TERLAMBAT

257 16 21
                                    

Tanpa sadar kami berjalan, mengobrol, dan bercanda tawa. Sekitar 5 kilometer lagi sampai sekolah.

Kringggggg.....

Tiba-tiba bel berbunyi. Kami pun berlari. Lalu aku tersandung batu, lalu terjatuh. Aku pun dibantu oleh teman-temanku. Untung saja aku tidak terluka.

Sesampainya disekolah, kami dihukum guru untuk berdiri didepan kelas selama 2 jam pelajaran, 2 jam pelajaran tersebut adalah matematika, yaitu pelajaran favoritku. Sekolahku tidak berisi orang kaya namun aku merasa sekolahku ini sangat tertib. Karena aku tadi terjatuh jadi kami terlambat. Aku tidak tega dengan teman-temanku. Kami berdiri didepan kelas. Ternyata tidak hanya kami yang terlambat, Nila juga terlambat.

Kejadian ini membuat aku teringat saat dulu, saat aku Taman Kanak-kanak aku terlambat. Saat itu di Jakarta hujan deras dan banjir dimana-mana, beda disini di Bangka. Saat itu, aku berangkat pukul 06.30 dan pelajaran dimulai pukul 07.00. Aku berangkat dengan Mama dan Papa saat itu.

"Ma, Pa, hujannya deras sekali, aku takut aku telat." kataku sambil menangis.

"Jangan takut, ibu guru tidak akan menghukum kamu, nanti mama akan menjelaskan kepada gurumu. Udah ya Odi, jangan nangis lagi, sini mama peluk." kata Mama sambil membuka tangannya untuk kupeluk, lalu aku maju ke jok bagian depan sambil melepas tasku, lalu aku memeluk mamaku.Rasanya hangat dan aku merasa tenang.

"Odi kamu harus jadi orang yang kuat dan tabah dimasa depan nanti, agar kamu bisa menjadi orang sukses dan memecahkan masalah dengan baik seperti namamu yang berasal dari kode menjadi Odi dan Pratama yaitu anak pertama dan agar dapat menjadi yang pertama tapi kamu harus bijaksana." kata papa sambil satu tangan memegang kepaku dan satu tangan lagi memegang setir mobil disaat macet saat itu dan aku baru ingat arti namaku itu dan nanti akan kutambahkan kedalam tugasku.

"Iya papa." jawabku sambil mengapus air mataku. Aku sayang mama dan papa, coba saja mereka masih disini.

Tiba-tiba aku teringat hari itu, dimana aku mau pulang kerumah dari rumah kakek. Aku pulang bersama kedua orang tuaku. Saat kita menyusuri jalan dipegunungan yang tidak terlalu jauh dari rumah kakek, tiba-tiba ada mobil truk melintas didepan lalu papaku banting setir mobil dan mobil membelok ke kanan menabrak pohon disekitarnya dan aku pun pingsan dan terakhir yang kudengar adalah teriakan mama yang histeris.

Saat aku terbangun dari pingsan aku berada dipelukan mamaku yang sangat erat dengan ditutupi selimut kesukaanku yang berwarna biru dan aku tidak terluka sama sekali.

"Mama, bangun..!" teriakku sambil melihat wajah mamaku dengan penuh darah dikepalanya. Lalu aku, melihat kearah papaku.

"Papa, bangun..!" aku berteriak sangat keras.

Tiba-tiba beberapa detik kemudian kedua orangtuaku terbangun.

"Odi, nanti kamu harus jadi anak yang pinter ya, kamu harus turuti perkataan gurumu." kata mamaku sambil terseyum dengan air mata yang keluar dari matanya, aku pun bingung mengapa mamaku mengatakan hal itu.

Lalu papa melihatku "Odi, kamu jangan jadi anak yang nakal ya, selalu tersenyum dan Tuhan bersetamu." kata papa tersenyum dan setetes darah jatuh dari pipinya.

Lalu kulihat kaki kedua orang tuaku yang penuh dengan darah. Lalu tiba-tiba mamaku membuka pintu mobil sambil berkata,

"Odi, lari yang cepat ya, pergilah ketempat kakek, handphone mama ketinggalan." kata mamaku dengan senyum yang hangat.

"Oke, ma.. tapi mama gapapa sama papa sendirian dan kenapa gapake mobil aja?" tanyaku dengan heran.

"Mobilnya rusak kita menabrak mobil, nanti ayah akan perbaiki. Nanti saat Odi balik pasti mobilnya bisa bekerja kembali." kata papa dengan senyum.

"Oke, aku pergi dulu ma, pa.." lalu aku bergegas pergi dan berlari kerumah kakek.

Sesampainya dirumah kakek, aku menceritakan semuanya yang terjadi kepada kakek dan ternyata mama berbohong, karena handphone mamaku tidak ada disana dan itu kebohongan pertama yang mamaku buat kepadaku. Lalu kakek dengan panik menelepon seserorang yang aku tidak tahu siapa. Lalu kakek bergegas naik motor bersamaku ke mobil orangtuaku. Saat itu sekitar 5 kilometer sebelum sampai disana, tiba-tiba aku mendengar sebuah petasan yang sangat kencang. Aku pun bertanya kepada kakek sambil dibonceng kakek dimotor.

"Wah kakek ada bunyi petasan. Ayo cepat, aku ingin melihatnya." kataku dengan semangat.

Mungkin karena suaraku kurang jelas dan karena saat itu kakek ngebut, kakek tidak menjawabku.

Sesampainya dilokasi ada 2 mobil disana, ada polisi, dan juga pemadam kebakaran. Disana, aku melihat api yang besar.

"Odi jangan dekat-dekat, masuklah kedalam mobil polisi." kata kakek.

Lalu aku pun masuk ke dalam mobil polisi dan aku ditemani oleh seorang polisi wanita yang sangat cantik.

"Adek namanya siapa?" tanya polisi wanita cantik itu.

"Nama saya Odi Pratama." jawabku.

"Oh, nama yang lucu. Siapa nama orangtuamu?" tanyanya lagi.

"Nama papaku Hendra Wijaya dan nama mamaku Natalia Gitawa. Hoaaam...." kataku sambil menguap.

"Oh begitu, kamu ngantuk ya? Tante turunkan joknya ya biar kamu bisa tidur." katanya dengan senyum dan matanya seperti kaca yang berkilauan.

"Iya, tante." kataku dan perlahan aku tidur karena sudah larut malam. Dan yang terakhir yang kulihat adalah kobaran api yang mulai padam.

The Lonely ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang