Lalu dokter memberitahuku bahwa keadaan kakek kritis dan setelah ini akan dilakukan operasi paru-paru. Lalu aku menyetujuinya dan menandatangani dokumen persetujuan.
Lalu sekitar 5 menit kemudian, kakek dibawa ke ruang operasi yang berada di lantai 2. Aku melihat wajah kakek sangat menyedihkan, wajahnya memancarkan rasa sakit yang dideritanya.
Lalu aku menunggu di tempat duduk di dekat ruang operasi dengan gelisah sambil memikirkan keadaan kakek setelahnya.
Setelah 10 menit berlalu, Rita datang bersama keluarganya. Rita langsung lari ke arahku. "Ini dompetnya, bagaimana keadaan kakek sekarang, tadi aku mencarimu di UGD, namun kata suster seorang kakek yang baru saja datang sedang operasi, maka aku ke sini." ucapnya khawatir sambil memberikan dompet milk kakek. "Oh, terimakasih banyak, kakek sedang operasi, kata dokter hasilnya kritis. Kalau begitu, aku akan membayar tagihan rumah sakit dulu." jawabku lalu pamit ke bawah kepada orang tua Rita.
Sesampainya dibawah, aku ke tempat untuk membayar tagihan. Seperti biasa, aku memakai kartu debit milik kakek. Total bayarnya adalah Rp 5.000.000, itu sudah termasuk biaya operasi dan kakek mendapat keringanan karena ternyata kakek dulu pernah menjadi dokter di Rumah Sakit ini, kakek tak pernah cerita.
Lalu aku kembali ke atas menuju ruang operasi yang terasa sepi. Ya, Rumah Sakit ini amat sepi, yang kulihat hanya ada beberapa pasien di sini.
Lalu 15 menit kemudian, datanglah mamanya Bryan dan Bryan. Lalu mamanya langsung memelukku, "Bagaimana keadaan kakek nak?" lirihnya sambul menangis. "Kakek kritis dan dokter belum kunjung keluar." jawabku lalu melepaskan pelukannya karena aku merasa Bryan tidak akan menyukainya. "Oh begitu." ucap mamanya Bryan lalu mengahapus air matanya. Lalu mereka menyapa keluarganya Rita dan mengobrol.
•••••
Sekarang waktu sudah menunjukan pukul 19.45 dan keluarga Rita telah kembali ke rumah mereka karena besok mereka ada acara keluarga. Tinggal aku, Bryan, dan mamanya.
Tiba-tiba keluarlah dokter, dan ia mengatakan bahwa pasien berhasil dioperasi paru-parunya dan kakek selamat namun kakek terkena penyakit infeksi saluran pernafasan yang berakibat pada jantung juga. Jadi, kakek setelah ini akan dipindahkan ke ruang ICU.
30 menit kemudian, kakek telah dipindahkan ke ruang ICU dan aku sudah melihat keadaan kakek, dan 15 menit lagi jam berkunjung habis. Aku sekarang berada di hadapan kakek sambil berdoa demi kesembuhannya bersama mamanya Bryan dan Bryan.
Lalu setelah jam kunjung habis, tante Shinta, yakni mamanya Bryan, membelikanku makanan dan minuman sebelum dia dan anaknya meninggalkan rumah sakit dan meninggalkan aku sendiri. Aku berjaga disebelah ruang ICU bersama beberapa orang disana yang juga berjaga malam untuk keluarga mereka yang sakit.
Di ruang jaga malam, kami membicarakan tentang pasien, yakni keluarga kami masing-masing. Ada yang sakit struk, sakit jantung, sakit empedu, dan berbagai macam penyakit yang kesannya rumit. Kami hanya berlima di ruangan ini, dan semua isinya bapak-bapak. Tadi, mamanya Bryan meminjamkanku beberapa bajunya Bryan sebelum ia meninggalkan rumah sakit, seakan ia tahu aku akan menginap disini. Karena sekarang sudah pukul 22.00 dan setidaknya aku sudah mandi di toilet rumah sakit, aku pun tidur.
•••••
Setelah 3 hari kemudian, kakek keluar dari ruang ICU dan berada di ruang rawat biasa dan kita mendapat ruang kelas VVIP. Selama 3 hari ini para suster maupun dokter bahkan sampai karyawan sangat menghormati kakekku. Kakek telah sadar kemarin. Kakek sudah mulai membaik dan batuknya sudah berkurang.
Hari ini hari Selasa, aku tetap mengikuti sekolah dengan baik karena saat hari Minggu ada seorang dokter yang mengatakan kepadaku untuk pulang kembali ke rumah dan ia akan mengantarkanku ke rumah. Ternyata dokter tersebut adalah ayah dari Bryan, yang bernama Fero Perez, dia bule dan dia cukup tampan.
Sekarang aku baru saja pulang dari sekolah dan langsung ke rumah sakit untuk menemui kakekku, sebelelum aku oergi terlebih dahulu aku ganti baju dan mengunci rumah. Tak lupa aku membawa beberapa jajanan dari luar, yang pasti jajanan yang sehat.
Aku naik kereta untuk sampai kesana sendirian. Aku tidak takut bila aku sendirian, karena aku yakin bila kita baik sama orang pasti orang juga baik dengan kita.
Setelah naik kereta, aku naik ojek pangkalan. Ojeknya cepat sekali, dia ngebut tapi masih dalam kecepatan normal. Kurang dari 20 menit aku sudah sampai di rumah sakit.
"Kakek..." sahutku ketika memasuki kamar kakek yang bernomor 345. "Eh, Odi. Baru pulang sekolah ya ?" tanya kakek sambil tersenyum hangat. "Iya, kek. Oh iya, aku membawa jajanan dari luar, ada jus buah kalo kakek mau." jawabku. "Iya, nanti kakek minum. Kamu taruh sini dulu saja." kata kakek sambil menunjuk meja yang berada di sebelahnya. "Ok, kakek." kataku lalu langsung menaruhnya di meja itu.
Lalu, tiba-tiba pintu terbuka dan ada seseorang yang masuk dan seseorang itu adalah...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lonely Child
Fiksi UmumOdi adalah seorang anak kecil yang berumur 5 tahun. Hidupnya yang bahagia tiba-tiba menjadi menyedihkan ketika kedua orangtuanya meninggalkannya. Lalu, Odi hidup berdua bersama Kakeknya. Apakah kisah hidup Odi akan bahagia selanjutnya? Atau bertamba...