Hari ini hari Minggu, aku dan juga kakek menghabiskan waktu bersama pergi ke kota. Kami naik kereta. Ini pertama kalinya aku menaiki kereta, karena dulu aku tidak pernah naik kereta.
Di kereta, sangat banyak sekali orang. Aku melihat berbagai pemandangan di luar kereta. Di kereta, ada seorang ibu-ibu hamil yang sedang duduk, lalu aku duduk disampingnya. Aku melihat banyak keluarga yang juga ingin pergi jalan-jalan. Aku berfikir bila aku ingin membeli seekor ikan koi aku ingin menamainya Nila. Aku sangat tidak sabar karena ikan koi yang baru nanti akan kunamai Nila, orang yang aku suka. Sesampainya di pasar, aku melihat banyak sekali pedagang, "Dibeli bang dibeli.", "Seribu satu, seribu satu.", "Diskon hari ini saja, jangan sampai ketinggalan.", "Sayang anak, sayang anak.", "Totalnya tiga ribu,bu.", itu semua yang kudengar di pasar yang sangat ramai.
Lalu setelah kami membeli berbagai macam bahan makanan dan lainnya, aku dan kakek menuju ke sebuah toko ikan yang pemiliknya seorang ibu-ibu, ternyata itu adalah ibu-ibu hamil yang kulihat tadi di kereta. "Selamat pagi dek, adek yang tadi di kereta ya?" tanya ibu itu sambil tersenyum kepadaku. "Iya, bu. Aku dan kakek ingin membeli ikan koi untuk ditaruh di rumah." kataku sambil membalas senyumnya.
"Kalau begitu, ibu ada ikan koi yang berwarna kuning emas, kamu mau?"
"Iya aku mau."
"Riko, tolong ambilkan satu ekor ikan koi yang berwarna kuning emas kepada anak manis ini."
"Siap bu." jawab mas Riko, karyawan toko ibu tersebut. Lalu mas Riko mengambil jaring dan kantong plastik untuk ikannya yang telah diisi air setengahnya. Setelah itu ia mengambil ikannya dengan gesit sekali, lalu memasukannya ke dalam kantong plastik, dan memberikan sesuatu yang tidak kelihatan yang keluar dari sebuah tabung besar. "Itu apa bu?" tanyaku kepada ibu yang tadi. "Itu tabung oksigen, gunanya untuk membuat ikan dapat bernafas." jawab ibu tersebut. "Bukannya ikan itu bernafas dengan air bu?" tanyaku dengan heran. "Ikan memang bernafas di air. Ikan memiliki alat pernafasan, yaitu insang. Ikan bernafas dengan insang yang berguna untung menyaring air untuk mendapatkan oksigen yang ada di air tersebut." jawab ibu itu seperti seorang guru. "Oh begitu..." jawabku, lalu mas Riko menghampiriku. "Ini dek, ikannya." katanya sambil memberikan ikannya kepadaku. "Jadi berapa bu?" tanya kakek sambil merogoh dompet yang ada di sakunya. "Jadi lima puluh ribu pak." kata ibu itu ,lalu kakek mengambil uang yang akan diberikan kepada ibu itu dan memberikannya. "Terima kasih pak." jawab ibu itu sambil menerima uangnya. "Sama-sama, bu." jawab kakek, lalu kami pulang ke rumah menggunakan kereta lagi.Saat di kereta, kereta sudah lumayan sepi, lalu aku duduk di kursi dan memegang erat ikan koi baruku. Karena aku bangun sangat pagi pada hari ini aku mengantuk, lalu aku mulai tidur di pangkuan kakek padahal masih siang.
Saat aku terbangun, ikan koi milikku hilang. Lalu aku melihat kakek yang ternyata juga tidur, lalu aku mencari-cari ikanku. Ternyata ikanku ada diujung gerbong yang sedang kunaiki, sepertinya tidak ada yang mengetahui bahwa ikanku terjatuh. Lalu aku cepat-cepat mengambilnya dan setelah itu...
Splash....
Seseorang telah tidak sengaja menginjak ikanku dan keluar darah merah yang membuat airnya berwarna merah, lalu kulihat ikanku sudah tiada, lalu aku memegang kantong plastiknya sambil melihatnya dengan iba. Padahal aku sudah sangat dekat dengan ikanku untuk meraihnya. "Wah ikan siapa ini? Aduh sepatu saya bisa bau amis." kata seorang pemuda yang terlihat nakal yang barusan telah menginjak ikanku tadi. "Ikanku..." kataku sambil merintih. "Oh ini punya adek, maaf ya dek, saya ga liat." katanya sambil duduk dan membersihkan sepatu miliknya dengan selembar tisu. Tiba-tiba kakek datang, "Waduh ikannya gimana ini? Hei, kamu harus bertanggung jawab!" kata kakek tegas. "Maaf kek, salah cucu kakek sendiri, masa digelindingin ikannya, hahaha..." katanya sambil ketawa mengejek. "Kamu ini kurang ajar, kamu harus bertanggung jawab dong, bukan ngetawain." kata seorang bapak-bapak yang ada di sebelah pemuda tersebut. "Iya, iya.. Repot banget." katanya lalu memberikan uang seratus ribu kepada kakek. "Sudah tidak perlu repot, Odi nanti lain kali kita beli lagi ya.." kata kakek sambil memegang tanganku agar aku tidak menangis. "Iya, kek." kataku dengan muka sedih. Lalu kereta berhenti, dan penjaga kebersihan mulai membersihkannya, lalu aku dan kakek meninggalkan ikan yang baru kubeli itu.
Sampai dirumah, aku ganti baju. Lalu aku pergi ke kolam, dan merenung disana. Lalu aku berbicara dalam hati kepada ikan...
Hai para ikan, hari ini tadinya aku akan memberikan kalian teman baru yang bernama Nila. Aku sangat senang sekali, karena ikan itu bernama Nila akan tetapi aku juga sedih, aku sedih ia pergi sebelum bertemu kalian.Lalu aku dipanggil oleh kakek untuk masuk ke dalam rumah, karena langit sudah mendung dan mulai hujan. Sepertinya hujan ini bagaikan tangisku yang tidak keluar tadi.
•••••
Pada hari Senin, banyak anak yang tidak masuk, mungkin mereka kena hujan kemarin karena sangat deras atau ada hal lain. Amal dan Rita juga tidak masuk pada hari ini, aku sedih, jadinya aku makan sendiri, pergi tadi juga sendiri.
Saat aku istirahat kedua aku ingin bermain dengan anak yang lain aku mencoba mendekati Rido dan Dias yang sedang ada di depan kelas. "Hai, kalian. Boleh aku gabung?" tanyaku dengan ramah. "Ih, ngapain kita temenan sama kamu, kata mamaku kamu ga punya mama papa kan?" kata Rido sambil memandangku jijik. "Iya, udah gitu dia deket banget sama Rita, kan seharusnya Rita itu main sama aku karena aku itu lebih ganteng dan pantes dibandingin kamu, hahaha..." kata Dias sambil tertawa mengejekku. Lalu aku dilihat oleh teman-teman disekitar kelas terutama Nila, dan sepertinya mereka mulai berbisik-bisik. Rasanya sakit sekali, aku diejek begitu.
Lalu aku pergi berlari ke belakang toilet, karena aku ingin bersembunyi dan aku ingin menangis. Lalu beberapa saat kemudian tiba-tiba aku melihat bayangan, seram sekali. Lalu aku mengusap air mataku, "Ka.. ka.. mu siapa?" tanyaku sambil berwaspada. Lalu bayangan itu memunculkan dirinya, dan ternyata itu adalah Nila. "Odi, kamu gapapa kan?" tanyanya kepadaku sambil mendekat. "Aku tidak apa-apa." jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lonely Child
General FictionOdi adalah seorang anak kecil yang berumur 5 tahun. Hidupnya yang bahagia tiba-tiba menjadi menyedihkan ketika kedua orangtuanya meninggalkannya. Lalu, Odi hidup berdua bersama Kakeknya. Apakah kisah hidup Odi akan bahagia selanjutnya? Atau bertamba...