part 3

2.5K 180 1
                                    


Libur pertengahan semester baru saja di mulai, dua gadis kembar itu tampak bergelung santai dengan selimut tebal yang menutupi hampir sembilan puluh tujuh persen tubuh ramping mereka, di dalam kamarnya masing-masing.

Hujan yang tercurah lumayan deras sejak semalam, membuat udara pagi ini terasa dingin, apalagi sang surya yang seolah enggan menampakkan dirinya, dan lebih memilih bersembunyi di balik pekatnya awan, semakin menambah kenyaman dua gadis remaja tersebut untuk ber-hibernasi sejak malam tadi.

Nina hanya dapat menggelengkan kepalanya kesal, karna mendapati salah satu putrinya tampak terlelap dengan amat damainya, diatas pembaringan empuk, dengan alas seprai bercorak daun.

"Erlyn bangun! Sampai kapan kau terus menyembunyikan tubuhmu di balik selimut tebal itu hah!" teriak Nina kesal, sambil menarik selimut tersebut dari tubuh putrinya.

"Oh ayolah mam... Aku masih mengantuk, lagipula sekolahku juga libur, please biarkan Erlyn bobo lagi ya," pintanya manja, sambil mencoba menyelimuti tubuhnya kembali.

"Hmmm... Baiklah, kalau begitu, mama suruh Jace balik ke rumahnya lagi aja," ucap Nina santai, sambil melirik usil ke arah putrinya yang kini sudah sepenuhnya sadar.

"What's! kenapa mama gak bilang dari tadi," ucap Erlyn panik sambil melompat dari tempat tidurnya. Gadis remaja itu berlari cepat ke kamar mandi untuk menyikat gigi, sekalgus mencuci mukanya dengan sabun wajah berbentuk pasta, dalam kemasan ber-merek dengan tutup berwarna pink.

Nina hanya menatap tingkah lucu putrinya itu dengan mimik geli.

"Udah, jangan lama-lama, nanti Jace-nya keburu pulang loh," ledek Nina, membuat Erlyn semakin panik, hingga tidak sempat berganti baju dan malah setengah berlari menuju pintu, dan menuruni anak tangga dengan langkah tergesa-gesa.

Sampai di ruang tamu, gadis remaja itu malah bengong karna tidak di temuinya siapapun disana. Ketika tersadar Erlyn memanggil mamanya dengan nada kesal.

"Mama bohongin Erlyn ya?"
Jerit gadis itu tak terima, yang di sambut cekikikan keras Nina di anak tangga teratas.

"Enggak kok sayang, cek aja lagi," balas Nina dari atas. Wanita itu segera berbalik menuju kamar Elya meninggalkan Erlyn yang masih terlihat kesal.

Tapi wajah Erlyn merona seketika, kala mendapati pintu kamar mandi yang di buka dari arah dalam, yang berdekatan dengan ruang tengah, dan sosok Jace yang nampak terusik, mendengar lengkingan cempreng gadis itu.

"Eh... Kak Jace, sudah lama kak," sapa Erlyn dengan suara yang kembali di lembutkan dengan wajah tersipu malu.

"Lumayan, dari sejak aku dengar suara gempa di lantai atas, terus langkah kaki gajah di anak tangga, sampai suara toa pedagang sayur yang biasa mangkal di depan komplek rumah kita," sindir Jace dengan mimik datar, membuat paras Erlyn semakin berwarna-warni seperti bunglon.

"kak Jace nyebelin, masa suara Erlyn di samain sama tukang sayur banci yang suka pakek celana leging pink itu sih," protes Erlyn tak terima.

Ha... Ha... Ha..

Tawa Jace meledak seketika, saat melihat bibir manyun Erlyn yang maju tiga centi, ketika cemberut.

"Sorry... Sorry, abisnya kamu tuh tidurnya kebo banget sih, udah di telpon berkali-kali gak diangkat-angkat juga, saudara kembarmu juga sama aja," adu Jace lagi.

"Loh memangnya kak Jace telpon Erlyn sama Elya ada keperluan apa, penting banget yah?" tanya gadis itu lagi penasaran.

"Ya, pentinglah... Kalau gak penting, ngapain juga kak Jace buang-buang pulsa buat nelpon kalian berdua," jawab Jace sedikit kesal.

Menggapai cinta Jace (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang