part 6

2K 141 0
                                    

Bram dan Nash sedang berbincang santai di teras belakang, ketika Jace datang menghampiri mereka.

"Cucuku Jace kau baru datang nak, duduklah di sini dekat kakek," ucap Bram antusias.

Jace segera mendudukkan bokongnya di samping Bram yang mulai mengeluarkan kotak catur dari bawah meja berlaci miliknya,

Wajah pemuda tersebut langsung terlihat suntuk, ketika menyadari apa yang baru saja di keluarkan kakeknya dari balik meja kayu berwarna coklat gelap tersebut.

"Sekarang kau harus bermain catur melawan kakek," perintah Bram tegas, sambil menarik lengan Jace yang baru akan bangkit kembali dari duduknya.

'Aduh! Jace lupa beli rainbow cake pesanan mama di toko kue dekat pasar kek," ucap Jace beralasan.

"Kamu bermaksud menghindari kakek lagi ya Jac, kau pikir kakek tidak tahu, kalau abangmu Fredo dan Elya sudah mengambil kue pesanan mamamu semalam," Jawab Bram dengan sorot tajam.

Ya, ketahuan deh ...
Duh, mesti cari alasan lain lagi kalau begini.

"Itu memang benar kek, tapi sepertinya kak Fredo lupa membeli kue basah yang juga di pesan mama," elak Jace lagi.

"Benar begitu?" tanya Bram penuh selidik.

Jace tampak mengangguk pelan, keraguan jelas terlihat dari bahasa tubuh pemuda tersebut.

"Jace pergi sekarang ya kek, nanti tokonya keburu tutup," ucap Jace yang hendak bangkit lagi.

"Tunggu ...!" seru Bram yang membuat gerakan tubuh Jace terhenti, Bram lalu menoleh kepada Nash sebelum kembali berbicara.

"Nash kamu panggil Fredo kemari," perintah Bram tegas,  membuat manik Jace membulat seketika.

"Kek ... kakek untuk apa memanggil kak Fredo" ucap pemuda itu terdengar panik.

"Untuk menanyakan kembali, apa yang barusaja kau bilang tadi pada kakek," jawab Bram santai.

Wah ... gawat.
pasti ketahuan nih!

"Kek, maaf ..." pemuda itu terdiam sejenak, "sebenarnya tadi Jace berbohong," ucap Jace takut-takut.

"Alasannya?" tanya Bram tenang, walau dirinya sudah tahu apa yang mendasari Jace untuk membohonginya tadi.

"Jace tidak suka catur kek, kakek kan tahu, sebegitu antinya Jace dengan permainan hitam putih itu,"
Jawab Jace beralasan.

"Mengapa kau tidak mengatakannya dengan jujur pada kakek, kau bahkan selalu menghindar dengan berbagai alasan yang terkadang tidak masuk akal, sampai harus berdusta seperti ini," balas Bram sedikit kecewa.

"Maafkan jace kek, Jace tidak akan mengulanginya lagi," jawab pemuda itu merasa bersalah.

"Mulai sekarang kau harus selalu jujur pada kakek, ltu lebih baik daripada harus terus berdusta seperti ini." Ucap Bram bijak, yang di angguki Jace dengan patuh.

"Ya sudah Nash kau gantikan Jace menemani ku bermain catur," ucap Bram beralih pada Nash yang membalasnya dengan anggukan.

"Jace bilang pada mama untuk membuat kopi buat kami," perintah Nash, sambil mengatur bidak catur pada papan persegi tersebut beserta Bram.

"iya pah," jawab Jace yang beranjak bangkit.

Pemuda itu terus melangkah menuju lorong samping yang terhubung langsung ke kamar mamanya.

Tanpa terduga ia justru berpapasan dengan Elya yang hendak ke ruang tengah. Jace yang terlalu gugup tidak sanggup bersuara untuk sekedar menyapa. Malahan, ekspresi dingin yang kini terpampang di paras tampan pemuda tersebut. Akibatnya, mereka hanya saling diam tanpa ada yang bertegur sapa, hingga Elya menghilang dari pandangannya.

Menggapai cinta Jace (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang