"Hai sayang lagi makan apa?" tanya Jace mesra, saat menghampiri kekasihnya yang sedang duduk sendiri di sudut kantin, dengan semangkuk sotomie yang telah tersisa separuh.
"Lo bisa liat sendirikan," jawab Elya kasar, sambil melirik Jace sebal.
"Loh kok jawabnya gitu sih sama pacar sendiri," jawab jace terlihat kesal.
"Kamu kan bisa liat apa yang aku makan, tanya khabar apa kek, daripada nanyain hal yang gak perlu," jawab Elya lagi cuek, sambil menyuap kembali sisa sotomie-nya.
Jace tersenyum geli mendengar kekesalan dalam nada suara kekasihnya, ia lalu mengusap lembut kepala Elya yang sedikit tertunduk.
"Bagaimana khabarmu pagi ini sayang, semalam tidurnya nyenyak kan? Ku harap tadi malam kau memikirkan aku seperti aku yang tidak berhenti memikirkanmu honey," ucap Jace sambil tetap membelai rambut kekasihnya sayang.
"Gombal," celetuk Elya sebal.
"Loh kok gombal sih yang, aku tuh ngomong tulus dari dasar hati yang paling dalam loh," ucap Jace yang telah berhenti membelai rambut kekasihnya.
Baru saja Elya hendak membalas perkataan Jace, kehadiran seorang gadis yang melangkah menghampiri tempat duduk mereka, membuatnya terpaksa diam."Hai, kalian udah duluan aja nih di sini," sapa Erlyn yang baru saja datang dan segera duduk di samping Jace.
Dengan manja Erlyn menyandarkan kepalanya di bahu Jace, membuat pemuda itu tersenyum kikuk, apalagi saat menyadari ekspresi Elya yang terlihat tidak senang.
Jace hanya dapat menatap Elya dengan tatapan memelas, meminta pengertian darinya. Tapi gadis itu malah memalingkan tatapannya ke arah lain.
"Lyn, jangan sandaran ya, bahuku agak pegal hari ini," ucap Jace beralasan.
Erlyn segera menegakkan tubuh-nya, membuat Jace dapat kembali bernafas lega, tapi sikap Erlyn selanjutnya justru membuat Jace semakin serba salah, karna gadis itu dengan setengah memaksa, justru memijat bahu Jace.
"Gimana kak Jace, sudah enakan?" tanya Erlyn, setelah hampir dua puluh menit lamanya memijat bahu Jace
"Sudah kok Lyn, makasih ya," jawab Jace sambil melirik ke arah Elya yang bersikap tak acuh sejak tadi
"Kalau gitu Erlyn balik ke kelas dulu ya kak, yuk El," ucapnya sambil melangkah pergi dengan hati riang.
"iya," balas Elya singkat.
"Asyik ya di pijetin sama cewek cantik," sindir Elya, sambil memasukkan buku miliknya yang sejak tadi tergeletak di atas meja.
"Lantas aku mesti bagaimana El, kamu kan yang minta untuk merahasiakan hubungan kita untuk sementara waktu sampai saudaramu dapat menerima- nya. Lagipula aku juga gak mungkin merubah sikapku dan menjauhinya, itu hanya akan membuat Erlyn menjadi sedih dan terluka," jawab Jace serba salah.
"Aku tahu kak, maafin Elya. Hanya saja Elya tidak dapat menahan kecemburuan ini, apalagi aku tahu kalau Erlyn juga sangat menyukaimu," desah Elya sedih.
"Aku ngerti El, tapi kamu juga harus percaya sama aku, hanya dirimu satu-satunya yang ada di hatiku, Erlyn selama ini hanya ku anggap sebagai adik, tidak lebih dari itu," jawab Jace sambil mengenggam kedua jemari Elya erat.
"Nanti sepulang kuliah temui aku di tempat biasa ya," ucap Jace setelah melihat jam di pergelangan tangannya.
"Iya kak Jace," balas Elya lagi.
Jace segera menyampirkan ransel coklat di atas bahunya, sebelum berdiri.
"Sampai nanti sayang," ucap jace dalam posisi setengah membungkuk, untuk dapat membisikkan suaranya di telinga Elya, ia menoleh ke sekitar sejenak, sebelum mengecup mesra bibir yang sejak tadi menggodanya.
"Kak Jace!" pekik Elya dengan wajah merona menahan malu, sedang Jace hanya tertawa melihatnya, pemuda itu melangkah santai meninggalkan Elya dengan sisa tawa di bibirnya.
+++
Tanpa terasa sudah satu hari menjelang ulang tahun kekasihnya, tidak henti-hentinya Jace menatap senang kado merah berisi hadiah yang telah di persiapkannya untuk hari istimewa gadis itu.
Jam digital di atas nakas sudah menunjukkan pukul 23.00 malam, membuat Kegugupan Jace makin terlihat nyata.
Tepat pukul setengah dua belas Jace menelpon Elya,meminta gadis itu untuk menemuinya malam ini. Jace memperhatikan sekilas penampilannya di depan cermin sebelum beranjak keluar dari kamarnya, terus melangkah menuju pintu gerbang untuk menuju ke rumah Elya. Berdiri dengan sabar di depan pagar rumah gadis itu, menanti kekasihnya yang belum juga terlihat.
Senyuman lebar langsung tercetak jelas di bibir Jace saat melihat bayangan Elya di kejauhan.
"Kak Jace ngapain sih kamu nyuruh aku keluar malem-malem gini?" tanya gadis itu tak sabar.
"Aku mau nunjukin sesuatu sama kamu, ayo ikut," ajaknya
Sambil menarik lengan Elya untuk mengikuti langkahnya.
Jace mengajak Elya ke taman samping rumahnya. Dari kejauhan tampak beberapa cahaya jingga yang bergoyang lembut dengan meja yang telah di hias sedemikian rupa dengan bunga beserta aneka hidangan kesukaan Elya."Kak, semua ini," ucap Elya dengan tatapan tak percaya, matanya tampak berbinar bahagia, dengan takjub Elya menghampiri meja dan duduk dengan anggun, saat Jace menarik kan sebuah kursi untuknya.
"Ini indah sekali kak, apa Kak Jace yang telah menghias semua ini?" tanya Elya dengan mimik bahagia.
"Tentu saja, kecuali makanannya. Kau tahu bukan kalau aku tidak seahli kak Fredo dalam urusan memasak. Jika aku paksakan mungkin kau akan mati keracunan, atau yang lebih ringan langsung masuk UGD," jawab Jace setengah berkelakar.
"Selamat ulang tahun ya sayang, maaf aku hanya bisa nemberikanmu ini," ucap Jace yang kembali serius.
"Ini sudah lebih dari cukup sayang, aku merasa begitu di istimewakan malam ini, terimakasih untuk semua kejutan membahagiakan ini," ucap Elya tulus.
"Masih ada lagi yang ingin ku berikan padamu," ucap Jace sambil mengambil sesuatu dari balik saku celananya. sebuah kotak pipih berwarna merah, berhias pita mungil senada, dengan satu tingkat warna lebih gelap.
"Bukalah," ucap Jace lembut, ketika hadiah itu telah sampai ke tangan Elya.
Mata Elya menatap haru hadiah yang baru saja di bukanya.
"Ini indah sekali kak Jace, benar-benar indah, di mana kak Jace mendapatkannya," ucap Elya dengan mata berbinar kagum.
"Aku tahu kau akan sangat menyukainya, ternyata ideku untuk mengajak Erlyn memilih kado ini untukmu, tidak sia-sia," jawab Jace bangga.
"Jadi minggu lalu kau pergi dengan Erlyn tanpa sepengetahuanku, hanya untuk membelikan hadiah ini," ucap Elya memastikan.
"Iya," jawab Jace polos.
"Tapi apa kau tahu kak Jace, tindakanmu itu justru menimbulkan kesalah pahaman di hati Erlyn," ucap Elya dongkol.
"Maksudnya?" tanya Jace tak mengerti.
"Saudaraku itu justru mengira kau ingin memberikan gelang tersebut sebagai kejutan di hari ulang tahunnya," ucap Elya lagi.
"Ya Tuhan, bagaimana ini sayang," ucap Jace bernada panik.
"Berikanlah gelang ini pada Erlyn," ucap Elya sambil menyerahkan gelang itu kembali ke tangan Jace.
"Tapi sayang, gelang ini ku belikan khusus untukmu," jawab Jace tidak terima.
"Dan membuat saudaraku menjadi sedih dan terluka, kau pikir aku sanggup melihat itu kak Jace," jawab Elya sedih.
"Tapi ... "
"Kau bisa mengajakku untuk memilih hadiahku yang lain," ucap Elya memberi solusi.
"Baiklah jika itu maumu," jawab Jace pasrah.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai cinta Jace (END)
Ficção Adolescente(sequel maafkan aku) Jace pemuda berusia 19tahun yang terkenal playboy, harus di pusingkan dengan dua cewek kembar yang sangat tergila-gila dengannya, siapakah yang akan jace pilih, erlyn yang periang dan supel atau elya yang pendiam dan polos.