part 15

1.6K 104 0
                                    

Elya terbangun dari tidur tidak nyamannya. Peluh nampak membasahi tubuh dan parasnya, walau Ac kamarnya sudah di setel sedingin mungkin.

Gadis itu menghempas dengan kasar selimut putih bermotif bunga, yang membungkus sebagian tubuh rampingnya, beranjak bangun dan melangkah pelan ke arah balkon dengan pintu geser berbahan kaca, di bungkus  tirai putih linen di depannya.

Angin langsung menerbang kan gaun tidur tipisnya, yang kini berdiri termenung dengan tatapan sendu di tepi balkon, hingga tanpa sengaja tatapannya berbenturan pada manik kelam milik Jace yang juga berdiri seorang diri di balkon kamarnya.

Lama mereka saling bertatapan, hingga Jace memalingkan wajahnya dan masuk kembali ke dalam kamar, dengan suara pintu geser yang di tutup kasar.

Elya hanya diam tertunduk di tempatnya, tanpa terasa air matanya meluncur pelan.

+++

Siang ini cuaca cukup panas saat Elya melangkah seorang diri menyusuri lorong kampus.

Dari arah berlawanan nampak sosok Jace yang baru saja keluar dari parkiran mobil bersama dengan Erlyn di sisinya.

"Mau kemana El," sapa Erlyn ketika sudah berada di depan gadis itu.

"Ke kantin bentar, beli minuman," jawab Elya pelan, ia sempat memandang sekilas ke arah Jace yang tidak mau menatapnya sejak tadi.

"kamu kok gak nungguin aku sih tadi, untung aja kak Jace belum jalan," protes Erlyn kesal.

"Maaf Lyn aku ... "

"Aku duluan," potong Jace cepat. Tanpa menunggu kalimat balasan dari Erlyn, pemuda itu langsung melangkah pergi meninggalkan mereka.

"Jace tunggu!" panggil Erlyn sambil setengah berlari mengejar pemuda itu,  melupakan Elya yang berdiri terpaku seorang diri.

Elya tersenyum getir melihat semua itu, gadis itu kembali meneruskan langkah kakinya yang sempat terhenti tadi.

+++

Jace baru saja akan melangkah menuju kelas ketika Riko dan Erwin memanggilnya. Pemuda itu langsung berbalik dan melihat kedua sahabatnya menghampiri.

"Ke kantin yuk," ajak keduanya setelah sampai dibhadapan Jace.

"Lo gimana sih, bentar lagi kan ada kelas," tolak Jace langsung.

"Lo gak denger pengumuman tadi, kelas di undur dua jam karna ada meeting," balas Erwin gemes.

"Mangkannya ngelamun mulu lo, siapa sih yang lo pikirin, " ledek Riko.

"Yang pasti dia mikirin Elya lah," ucap Erwin ikut menggoda Jace, tanpa menyadari ekspresi Jace yang berubah murung, jace segera merubah raut mukanya menjadi datar kembali, sebelum kedua temannya menyadarinya. 

"woy, lo mau kemane!" Panggil Riko spontan, saat melihat Jace yang pergi begitu saja meninggalkan mereka.

"Kan lo berdua ngajakin gue ke kantin tadi," balas Jace cuek, tanpa perlu repot-repot untuk menoleh, dan terus melangkah dengan senyum geli.

"Bangke lo, main ninggalin aja," omel Erwin tak terima.

"Sorry, udah laper bro, " balas, Jace sekenanya.

"Pinter banget lo ngeles," protes mereka hampir berbarengan, membuat Jace kembali tersenyum walau tampak samar.

"Lo pesen ape Jace?" tanya Erwin yang masih dalam posisi berdiri, sedang kedua temannya tengah duduk santai sambil memperhatikan keadaan sekitar yang belum terlalu ramai.

"Lo itu udah persis banget kayak pelayan cafe, yang lagi nanyain pesanan customer-nya," ledek Riko yang geli sendiri dengan ucapannya.

"Sialan lo," ucap Erwin kesal sambil bergerak untuk menjitak kepala Riko gemas, Riko yang sigap segera menghindar sehingga kepalan tangan Erwin hanya mengenai udara kosong.

"Ya udah lo berdua pesen sendiri," ucap Erwin kesal yang segera ngacir menuju kasir. Kantin berbentuk kafetaria ini memang menggunakan konsep seperti restoran cepat saji, yang langsung membayar setelah memilih menu.

"Jas, gue perhatiin akhir-akhir ini kok lo malah deket sama Erlyn sih, apa cewek lo gak cemburu, lo kan belum lama jadian," ucap Erwin penasaran, ketiganya saat ini sedang menyantap pesanannya masing-masing, di atas sebuah meja persegi dengan empat kursi yang mengelilinginya.

"Gue udah putus," ucap Jace tak acuh sambil meraih gelas berisi kopi dan mereguknya pelan.

Riko yang sedang asyik  menyedot minuman jus di sampingnya, langsung terbatuk-batuk karna kaget.

"Whats!  Kenapa bisa gitu?" tanya Riko kaget, setelah batuknya mereda.

"Dia gak cinta sama gue," jawab Jace getir, ada kemurungan di bola mata pemuda itu yang tertangkap sekilas oleh Riko.

"Tapi ... bukannya Elya langsung nerima elo Jas, waktu lo nembak dia di tempat wisata waktu itu," komentar Erwin bingung.

"Dia nerima gue karna balas dendam, atas sikap buruk gue selama ini," balas Jace lesu.

"Gue bener-bener gak nyangka Jas, padahal gue sempat ngerasa kalau dia ada perasaan sama lo sejak dulu," ucap Erwin lagi.

Jace tersenyum sinis mendengar perkataan Erwin.

"Lo itu udah salah nebak dia, cewek sedingin Elya mana mungkin memiliki perasaan apalagi cinta. Gue sendiri gak ngerti, kenapa gue bisa jatuh hati sama cewek dingin tanpa ekspresi macam Elya, bukan pada saudaranya yang ramah dan ceria itu, apalagi dia jelas-Jelas memiliki perasaan sama gue," ucap Jace sambil menghela napas, nampak kesal dengan perasaannya sendiri.

"Jadi lo banting haluan ceritanya nih," ucap Riko yang telah menyelesaikan makannya.

"Gue akan coba membuka hati gue untuk Erlyn," jawab Jace mantap, atau lebih tepatnya meyakinkan dirinya sendiri untuk keputusannya kali ini.

"Nah, Itu dia Erlyn, cepet deh lo samperin sono," seru Erwin sambil menepuk bahu Jace pelan sambil tersenyum memberi semangat. Dia memberi tahu Jace posisi Erlyn berada lewat gerakan matanya, yang tertuju ke arah sekumpulan gadis berpenampilan modis, yang kini sedang bercanda ria, sambil melangkah bersama menuju area kantin.

TBC

Menggapai cinta Jace (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang