part 10

1.8K 123 0
                                    

"Lo ngapain narik-narik gue," seru Jace tak suka, saat mereka telah berada kembali di halaman rumah.

Elya nampak tertunduk saat mendengar nada amarah di suara Jace, entah kenapa gadis itu tidak mampu untuk berkata sinis dan kasar saat pemuda itu bersikap buruk padanya, tidak seperti yang di lakukannya pada pemuda lain yang jelas-jelas bersikap lembut dan baik.

"Maafkan aku kak Jace," lirih Elya pelan.

Bertepatan dengan itu teman Jace yang tadi sempat membukakan pintu pagar untuk mereka berdua muncul.

"Kalian sedang apa di luar, aku sudah membuatkan minuman untukmu dengan Jace," ucapnya ramah dengan senyuman aneh, membuat Jace mengernyit curiga.

Jangan-jangan si Bagas udah nyampurin sesuatu di minuman gue sama Elya.

"Sorry bro, kami berdua harus pergi sekarang, ada keperluan mendadak. Ayo Elya," ajak Jace dengan nada suara yang berubah lembut namun penuh peringatan.

Jace segera menarik Elya menjauh menuju mobilnya, dan membukakan pintu kendaraan untuk gadis itu tepat di samping bangku kemudi, ketika di lihatnya gadis muda itu tidak memberikan reaksi atas ucapannya tadi.

"Gas, kita berdua cabut ya, kirim salam buat anak-anak duta," ucap Jace sambil melangkah menuju gerbang, mendorongnya cepat hingga pagar tersebut terbuka lebar.

"Eh tapi... '

Belum sempat Bagas menyelesaikan kalimatnya, Jace sudah kembali memotong dengan kalimat perintah.

"Gas gerbangnya lo yang tutup!" Ucap Jace santai bernada perintah, tanpa memperdulikan tatapan protes dari Bagas. Setelah duduk di balik kemudi dan kembali menyalakan mesin kendaraan, mobil tersebut mulai melaju pelan menuju luar halaman dan bergerak semakin kencang setelah melewati jalan besar.

Dua puluh menit lamanya mereka berdua menempuh perjalanan dalam keheningan, hingga akhirnya sampai juga di depan kompleks.

Keduanya saling diam sebelum akhirnya pemuda tersebut menoleh ke arah Elya.

"Udah nyampe El," ucapnya datar, membuat Elya mengerjap pelan.

"Terimakasih kak," lirihnya pelan, sebelum membuka handle pintu. Namun belum sepenuhnya pintu mobil terbuka, Jeci sudah lebih dulu menahannya.

"El, terimakasih sudah nemenin aku, dan maaf atas sikap kasarku selama beberapa minggu ini," ucap Jace pelan dengan nada lirih, tanpa menggunakan kata gue dan lo lagi.

Elya hanya membalasnya dengan senyum tipis, yang di balas Jace sedikit kaku.

"Sampai ketemu lagi besok kak Jace," ucapnya setelah keluar dari mobil pemuda itu.

"Sip, aku balik dulu ya," balas Jace sedikit lebih santai.

"Iya kak," jawab Elya lagi, keduanya kembali tersenyum, sebelum saling melambaikan tangan.

Sepeninggal Jace, Elya kembali melangkah untuk memasuki halaman rumah- nya dengan senyum ceria.

"Eh non Elya udah balik, tadi di anter sama den Jace ya," sapa bi Marni, ketika dirinya berpapasan dengan Elya di pertengahan tangga dengan senyum lembutnya yang bersahaja.

"Eh iya bi," jawab Elya sedikit malu dengan wajah tersipu, gadis itu kembali melangkahkan kakinya menuju lantai atas, terus melewati lorong, hingga akhirnya berhenti tepat di depan kamar berpintu putih tersebut.

Di lain tempat, lebih tepatnya rumah berpagar hitam yang bersebelahan dengan kediaman keluarga Arya, tampak Jace yang sedang merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, setelah sampai di kamarnya yang terletak di lantai dua tersebut. Kejadian bersama Elya seharian ini kembali terbayang di pelupuk matanya. Senyum kecil tercetak jelas di sana, hingga bulu mata lentik itu mulai merapat dan semakin terlelap dalam mimpi indahnya.

+++

"Pagi tante," sapa Jace yang sudah muncul di kediaman Nina dengan penampilan cassual-nya.

"Hai Jace masuklah," sapa Arya ramah, yang kini sedang menikmati sarapan paginya.

Jace segera menghampiri Arya dan duduk tepat di sebelah lelaki itu.

"Kamu pasti cari Erlyn," ucap Arya, saat Jace baru saja mendudukkan bokongnya bersebelahan dengan tempat duduk lelaki itu.

"Eh buk ... " Baru saja Jace hendak membantah, Nina sudah keburu memanggil Erlyn yang baru saja menuruni anak tangga.

Haduh, padahalkan yang pengen gue temui itu Elya.

"Erlyn, Jace mencarimu!" seru Nina pada putrinya.

Wajah Erlyn seketika Langsung ceria, dengan senyum seribu watt-nya.

"Hai Kak Jace," sapanya hangat, yang hanya di balas Jace dengan  senyum tipisnya.

Dengan semangat, Erlyn meneruskan langkahnya menghampiri Jace. Ketika sampai di hadapan Jace,
Erlyn Lansung mengambil tempat duduk di sebelah pemuda itu.

"Kak Jace ada perlu apa cari Erlyn, kangen ya?" Ucap gadis itu penuh rasa percaya diri.

"Enggak," jawab Jace cuek, sambil menyesap coklat panas yang baru saja di sajikan Nina untuknya.

"Ish kak Jace gitu ma, ngejatuhin mood aja," balas Erlyn manja, sambil memukul gemas punggung tangan Jace, yang kini sedang tertawa lepas, karena telah berhasil menggoda gadis itu. Bertepatan dengan itu Elya juga turun dari anak tangga dan melihat kejadian tadi, ada sorot kesedihan di manik indahnya, yang dengan cepat segera di tutupinya.

"Elya sayang sini sarapan," panggil Nina lembut.

Jace yang tidak menyadari kehadiran gadis itu seketika mendongak, tatapan mata mereka bertemu cukup lama, sebelum Elya memalingkan pandangannya lebih dulu.

Perlahan Elya menghampiri meja makan dan duduk berhadapan dengan Jace, pemuda itu tersenyum manis, membuat Elya tertegun sejenak karna mendapat perlakuan tak biasa dari Jace, sebelum membalasnya walau nampak ragu.

Cukup lama mereka terlibat perbincangan santai, dengan Jace yang lebih banyak aktif dari biasanya.

"Makasih ya tante sarapannya enak sekali," ucap Jace sambil bangkit dari dudulnya, ia lalu menoleh ke arah Elya, "El jam sepuluh nanti ke kampus bareng aku ya," ajak Jace.

"Kak Jace Erlyn ceritanya gak di ajak nih," ucap Erlyn dengan tampang cemberut.

"Ya kamu juga ikut lah Er, masa kak Jace tega ninggalin kamu," ucap Jace dengan di selingi senyum geli.

"Aku balik dulu ya," ucap Jace pada si kembar, ia, lalu berpaling pada kedua orangtua tua gadis itu, "om tante, jace balik dulu," pamit pemuda itu lagi.

"Iya Jace," jawab kedua orangtua si kembar kompak.

+++

Elya sedang serius membaca buku, ketika seseorang mencolek bahunya pelan.

"Serius amat El," ucap Jace sambil tersenyum simpul, ketika Elya mendongakkan kepalanya.

"Eh kak Jace," ucap Elya sambil tersenyum malu.

"Aku boleh duduk disini gak? Disebelah kamu," tanya Jace dengan nada sedikit merayu.

"Si ... Silahlan kak," jawab Elya sedikit gugup.

"Jangan grogi gitu juga kali El, aku gak bakal nyerang kamu kok," ucap jace menggoda.

"Maksudnya, kak Jace mau hajar Elya gitu?" tanya Elya polos.

Hrppphhh ...

Jace segera menutup mulutnya, meredam tawa yang hendak meledak karna pertanyaan Elya tadi.

"Aduh El, kamu itu polos banget sih," ucapnya pelan.
Sedang Elya hanya menatap Jace dengan tatapan bingungnya.

"Kamu gak ke kantin El?" tanya Jace, mengalihkan topik
pembicaraan.

"Bentar kak, nyelesain baca buku ini dulu, tinggal tiga halaman lagi," ucap Elya, gadis itu kembali menunduk untuk menyelesaikan bacaannnya yang sempat tertunda tadi dengan mimik serius.

Jace memperhatikan gadis itu dalam diam, menatap wajah seriusnya yang masih dalam posisi menunduk.

Sangat cantik, ucap Jace dalam hati.

TBC

Menggapai cinta Jace (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang