part 25

1.7K 122 4
                                    

Erlyn yang baru saja sadar menatap bingung ruangan putih di sekelilingnya.

"Erlyn kau sudah sadar sayang?" tanya Nina bahagia. Wanita itu segera menghampiri putrinya, mengusap pelan rambut Erlyn dengan sayang.

Suara pintu yang baru dibuka mengalihkan perhatian Nina.

"Elya lihatlah kemari, saudaramu sudah sadar," panggil Nina senang.

"Sungguh ma," jawab Elya antusias, ia segera bergegas menghampiri Nina, namun baru saja ia hendak menyapa saudaranya, gadis itu segera memalingkan wajahnya, seperti tidak ingin melihat Elya.

"Kak Jace mana ma?" tanya Erlyn sedikit dingin.

"Jace? oh, tadi dia minta ijin pulang karena ada urusan," jawab Nina sedikit bingung.

"Bisa mama hubungi dia untuk segera kemari," ucap Erlyn sedikit memaksa.

"Mama tidak punya nomer Jace sayang, kalau begitu mama minta pada Fredo ya, kebetulan Fredo baru saja datang dan mengobrol dengan papamu."

"Iya ma," jawab Erlyn singkat.

"Elya, kamu temani Erlyn sebentar."

"Gak perlu ma, Erlyn mau sendiri, kalau Kak Jace datang, segera beritahu Erlyn ya," ucap gadis itu, sambil merubah posisinya menghadap dinding.

Elya menatap saudaranya dengan tatapan sedih karna menyadari sikap Erlyn yang sangat jelas sekali, tidak ingin berbicara padanya.

Begitu marahnya kah kau padaku Lin.

++++

Elya yang baru saja datang dari apotek nampak ragu untuk memasuki kamar Erlyn. terlebih ia tahu kalau  Jace juga ada di dalam sana. Dengan memantapkan hati ia mencoba untuk masuk, dan langsung di suguhi pemandangan Jace yang tengah memeluk Erlyn erat.

"Elya kok kamu cuma berdiri di sini?" tanya Nina yang baru datang dengan membawa bungkusan plastik. Ia segera menarik lengan putrinya ke arah Erlyn dan Jace yang langsung mengurai pelukannya.

"Mama bawa apa?" tanya Erlyn sedikit gugup.

"Mama tadi dari minimarket depan, ini biskuit Genji kesukaan kamu,"  ucap Nina sambil mengeluarkan beberapa bungkus makanan bermerek tadi ke atas meja, beserta empat kotak susu strawberry ukuran seliter.

"Makasih ma," jawab Erlyn senang.

"Loh Jace, kok Fanya gak ada, bukannya dia datang tadi?" tanya Nina heran.

"Fanya baru aja pulang tante, di jemput pacarnya," jawab Jace sopan.

"Oh Rion tadi juga mampir kesini."

"Iya tante," jawab Jace kembali, tanpa sedikitpun menyapa Elya yang kini berada di antara mereka.

"Kak Jace, tadi dokter bilang, besok sore aku sudah bisa pulang loh," ucap Erlyn manja sambil merangkul lengan Jace.

"Oh ya," balas Jace antusias, "besok sore aku bakal datang buat jemput kamu sayang. jam berapa kamu pulang?" tanya Jace lembut sambil merapikan helai rambut Erlyn mesra, tanpa memperdulikan kehadiran Elya, yang sejak tadi terus memperhatikan interaksi diantara keduanya.

"jam 3 an kurasa, kamu bener loh bakalan datang, awas aja kalo enggak," ucap Erlyn dengan nada merajuk.

"Iya sayang, aku pasti datang kok." ucap Jace mesra, sambil mencubit pucuk hidung Erlyn gemas.

"Ya udah ya sayang aku balik dulu, permisi tante," pamit Jace sopan, lagi-lagi Jace tidak mau repot-repot menyapa Elya yang masih berdiri kaku di tempatnya. Jace menyempatkan diri mengecup kening Erlyn yang dalam posisi setengah duduk sebelum benar-benar pergi dari ruangan itu, meninggalkan kesedihan dari Elya yang menatapnya sendu.

Menggapai cinta Jace (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang