part 5

2.1K 155 0
                                    

Lima hari kemudian:

"Tante bikin Apa?" tanya
Erlyn yang hendak ke dapur untuk mengambil minuman dingin di kulkas.

"Macaroni scotell," jawab Tania santai, yang di sambut pekikan senang dari gadis itu.

"Perlu bantuan dari si cantik Erlyn tante?" tanya gadis itu penuh percaya diri, setelah meneguk segelas minuman dingin yang baru saja diambilnya dari kulkas, dan meletakkannya kembali di tempat pencucian piring.

Tania tersenyum geli mendengar tingkat kepedean Erlyn yang cukup tinggi.

"Gak perlu Erlyn cantik, tante udah selesai kok. Ini tinggal manggang aja ke dalam oven." jawab Tania lembut.

"Hehehe... " kekeh Erlyn senang.

Tania segera memasukkan hasil olahan makanan yang di buatnya tadi ke dalam oven, dan kemudian menyetel waktu pemanggangan.

"Nah, Sekarang kita tinggal menunggu hingga macaroni-nya matang." ucap Tania bernada ceria.

"Asyik!" pekik Erlyn senang sambil bertepuk tangan, membuat Tania kembali tersenyum geli.

"Kamu kenapa?" tanya Elya yang baru saja datang dengan mimik datarnya. Tanpa menunggu jawaban Erlyn gadis itu kembali melangkah ke luar dapur dengan segelas susu cair dingin yang baru di tuangnya dari kemasan Karton besar bermerk.

Tania hanya tersenyum melihat tingkah ke dua gadis yang memiliki paras serupa, namun dengan sifat yang sangat bertolak belakang.

Elya langsung duduk di sebelah kanan Jace yang sedang asyik bermain play station dengan si kalem Fredo.

Jace melirik sekilas ke arah Elya sebelum kembali focus dengan stick PS-nya.

Gadis itu hanya menatap datar layar kaca yang terpampang di hadapannya, yang menampilkan games perang call of duty Black Ops III tersebut.

Tidak lama kemudian Erlyn muncul, dan langsung duduk di tengah Jace Dan Fredo yang masih serius bertanding games.

Jace memekik senang setelah berhasil menyelesaikan permainan dengan kemenangan mutlak, dan tanpa sadar memeluk erat Erlyn yang duduk tepat di  sebelahnya, antara dirinya dan Fredo. Tentu saja perbuatan repleksnya itu di balas oleh Erlyn tak kalah antusias, dengan balas merangkul Jace lebih rapat, membuat Elya yang melihat kejadian itu tertegun sejenak, hingga memalingkan tatapannya yang kembali terlihat sendu.

Fredo yang melihat hal itu hanya dapat menatap Elya iba.

Pemuda itu segera bangkit dan menghampiri Elya sambil mencolek bahunya pelan.

"El ikut aku yuk ke supermarket, sekalian jalan-jalan." Ajak Fredo sambil meraih lengan gadis itu umtuk ikut bersamanya.

Elya melirik sejenak ke arah Jace, pemuda itu terlihat tidak perduli dan kini malah asyik bercengkerama sambil tertawa lepas, membuat tatapan Elya semakin sendu.

"Ayo kak," balas Elya pelan, sambil melangkah lebih dulu meninggalkan Fredo.

+++

Di dalam mobil mereka saling diam, Elya hanya menatap jalanan pedesaan yang masih terlihat lenggang.

"Kak Fredo, apa aku sangat membosankan?" tanya gadis itu sedih.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu Elya, tentu saja kamu sangat menyenangkan, jika tidak... Mana mau aku mengajakmu untuk menemaniku seperti saat imi," jawab Fredo tidak suka.

"Entahlah kak, aku merasa Jace lebih nyaman bersama  Erlyn daripada denganku," ucap Elya dengan tatapan menerawang.

"Itu hanya perasaanmu saja Elya, jangan terlalu memikirkan tentang segala sesuatunya dengan terlalu serius, nanti kamu yang jadi stres sendiri. Hadapi semuanya dengan santai, semuanya pasti jadi leboh muda," ucap Fredo lagi.

"smile... " ucap Fredo sambil menatap santai Elya, gadis itupun tersenyum membuat garis bibir di wajah Fredo semakin melebar.

"Nah begitu dong, kau jadi terlihat semakin cantik," ucap Fredo senang.

Cukup lama mereka berbincang tentang apa saja, hingga tanpa terasa mobil yang di kemudikan Fredo mulai melewati jalan beraspal, hingga akhirnya berhenti tepat di depan sebuah supermarket yang cukup ramai.

Fredo segera turun dari mobil, di susul oleh Elya yang kini sudah melangkah di sampingnya. Teriknya sinar matahari, langsung menyambut mereka berdua ketika baru saja keluar dari mobil,  membuat Elya sedikit menutup wajahnya karna silau.

Fredo terlihat menawan siang ini, pemuda itu mengenakan kaos polos biru laut yang menempel ketat pada tubuh berototnya yang menggoda, dengan perut rampingnya yang di hiasi pahatan persegi membuat para kaum hawa tidak berhenti meliriknya dengan tatapan penuh minat.

Tapi Fredo hanya bersikap tak acuh tanpa berniat menanggapi, dengan gaya santainya Fredo malah memeluk bahu Elya mesra, menyisakan tatapan iri dari para mahluk yang bernama wanita tersebut.

"Kak Fredo banyak yang ngelirik kakak tuh," ucap Elya menggoda.

"Biarkan saja," jawab Fredo ketus, sambil membetulkan letak kaca mata hitamnya.

Dinginnya udara AC langsung menyambut mereka berdua, ketika memasuki pertokoan modern berpintu kaca tebal tersebut.

"Cari cemilan yuk?" ajak Fredo pada gadis muda di sebelahnya, mereka segera berpencar dengan keranjang masing-masing, menyusuri rak khusus makanan ringan, yang terdapat di dua lorong berbeda.

Elya segera meraih snack kentang dan aneka biscuits asin kesukaannya, sedang
Fredo mengambil beberapa bungkus kripik singkong bermerek, kuaci putih dan  kacang mede panggang.

"kita beli minuman ringan sekalian El," ucap Fredo, setelah melihat gadis itu kembali ke arahnya dengan membawa keranjang biru yang telah terisi dengan aneka cemilan ringan, begitu juga dengan keranjang biru yang di genggam Fredo.

"Susu cair dingin kayaknya juga abis deh kak, tinggal satu botol tadi, itupun waktu Elya tuang ke gelas isinya cuma tinggal seperempat aja," ucap gadis itu memberitahu.

"Untung kamu ngingetin aku El, sekalian ambilin yang rasa coklat juga ya, aku gak begitu suka susu pitih," ucap Fredo memberitahu, mereka berduapun kembali melangkah menuju lemari pendingin, Fredo segera meraih beberapa kaleng minuman ringan aneka merek dan rasa, sedang Elya memenuhi keranjangnya dengan enam kotak susu cair berukuran dua liter.

"Udah semuanya kan El?" tanya Fredo.

"Udah kak," jawab Elya singkat.

"Sekarang kita balik yuk." Ajak Fredo setelah membayar barang belanjaan mereka dengan kartu debit miliknya.

"Kak Fredo kita mampir ke factory outlet  dulu yuk bentar, ada yang mau Elya beli," ucap gadis itu saat mobil yang di kendarai Fredo hendak melintasi tempat tersebut.

"Siap tuan putri," jawab Fredo jenaka, pemuda itupun segera memarkirkan kendaraannya tepat di depan gedung, keduanya berjalan beriringan memasuki pusat perbelanjaan tersebut, dengan Fredo yang kembali memeluk bahu Elya.

Elya tampak cuek ketika kembali berada dalam rangkulan kokoh lengan Fredo, gadis itu bahkan dengan sengaja mengaitkan tanggannya di pinggang pemuda tersebut, menyisakan tatapan iri dan mupeng dari para wanita muda yang   berpapasan dengannya.

"Kamu kenapa senyum-senyum El?" tanya Fredo heran.

"Lucu aja ngeliat ekspresi mereka waktu ngeliatin kita," jawab Elya santai.

Mereka berdua memang sudah terbiasa bersikap mesra di depan umum, sifat fredo yang kalem dan murah senyum, membuat Elya merasa nyaman sekaligus terlindungi ketika berdekatan dengannya. Sangat bertolak belakang dengan watak Jace yang dingin dan cuek. Tapi justru, sikap Jace yang seperti itulah yang membuat Elya sangat mencintainya, walau tanpa sepengetahuan dari sang tokoh tentunya.

TBC

Menggapai cinta Jace (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang