part 16

1.5K 117 1
                                    

Lima hari kemudian:

"Elya mengapa kau belum
siap-siap juga, bukankah kita sekeluarga di undang, untuk menghadiri acara makan malam di luar dengan keluarga Vioner," ucap Nina gemas, ketika melihat putrinya masih mengenakan pakaian santainya, dan duduk bersandar di kepala tempat tidur sambil menonton tayangan televisi.

"Elya tidak ikut mah, kepala Elya agak pusing. Biar Erlyn saja yang mewakili," ucap gadis itu beralasan.

"Tidak bisa, kau harus ikut sayang. Mama tidak enak dengan keluarga mereka kalau salah satu dari kita tidak datang," jawab wanita itu lagi.

"Tapi mah... '

"Ada baiknya kau minum obat pereda nyeri sekarang, beberapa menit lagi sakitnya pasti reda," ucap Nina tegas, tanpa bantahan.

"Sekarang cepat Kau bersiap dan ganti baju, papah dan Erlyn sudah menunggu sejak tadi di bawah," ucap Nina lagi, sebelum dirinya melangkah pergi, dan menutup pintu kamar gadis itu pelan.

Elya haya dapat menghela napas pelan, usahanya untuk menghindari pertemuan dengan Jace gagal sudah. Dengan malas Elya bangkit dari tempat tidur dan menyibak selimutnya pelan, melangkah dengan lesu menuju kamar mandi dengan handuk bersih berwarna putih tersampir di bahunya, yang baru saja diambilnya dari lemari pakaian.

Elya hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk bersiap, dengan tenang gadis itu menuruni anak tangga, tanpa memperdulikan tatapan kesal Erlyn yang sudah menunggu sejak tadi.

"Ayo pah, kita sudah terlambat," ucap Erlyn ketus, sambil meraih lengan ayahnya untuk bangkit meninggalkan ruangan.

"Ayo sayang," ucap sang mama sambil menggamit lengan putrinya lembut, mengikuti langkah kaki Erlyn dan Arya yang sudah berada di teras depan .

"Kamu ngapain aja sih El, lelet banget, kan aku jadi gak enak sama keluarga Jace," omel Erlyn, yang kini sudah berada di dalam mobil yang sedang melaju lumayan kencang.

"Maaf Lyn," lirih Erlyn pelan.

"Saudaramu ini tadi sakit kepala Lyn, dia memang tidak berniat untuk ikut, tapi mama memaksanya," jawab Nina memberi pengertian pada putrinya.

"Tapikan kita jadi telat dua puluh lima menit mah, bagaimana kalau kak Jace sampai marah," ucap Erlyn lagi, ada keresahan di manik bulatnya tersebut.

"Jace gak akan marah kok sayang, nanti biat nama atau papa yang jelasin ke mereka ya," balas Nina kembali.

Erlyn menghela napas pelan, gadis itu tidak berbicara lagi dan hanya menengok pemandangan lalu lintas yang membosankan dari kaca samping.

Lima belas menit kemudian, mobil yang di kemudian Arya sudah sampai di sebuah restoran bintang lima.

Di kejauhan sudah nampak keluarga Nash yang duduk menunggu di sebuah meja besar, dengan berbagai hidangan penggugah selera yang hampir memenuhi isi meja.

"Selamat malam semua," sapa Arya ramah, "Maaf kami terlambat, tadi Elya sempat tidak enak badan," ucap Arya lagi menjelaskan.

"Oh tidak apa-apa pak Arya, kami juga belum lama datang. Bagaimana keadaanmu sekarang Elya, apa sudah merasa lebih baik," tanya Tania lembut.

"Saya sudah merasa lebih baik tante, tadi sudah minum obat sebelum berangkat," jawab Elya ramah. Gadis itu sempat melirik ke arah Jace yang terlihat tak acuh, dan tengah sibuk dengan hand phone-nya.

"Bisa kita mulai makan malamnya mah, aku sudah lapar," ucap Jace ketus. Tidak ada senyuman di paras tampannya, pemuda itu bahkan tidak mau sedikitpun menatap ke arah Elya yang duduk berhadapan dengannya.

Menggapai cinta Jace (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang