Hello, Doctor!

9.9K 541 13
                                    

Bunyi alarm membangunkan seorang Gilang Brawijaya yang kelihatannya sedang tertidur nyenyak. 
Ah ya sudah pagi ternyata. Gilang segera mematikan alarm itu dan kembali lagi pulas. Dia baru tidur beberapa jam dan sudah harus bangun lagi.

Tok. Tok. Tok

Bunyi ketukan pintu menggema di kamar Gilang.

"Gilang! Bangun! Woy, ini hari pertama lo di RS, gila lo!" teriak Galuh dari luar sana.

Galuh adalah kakak perempuan Gilang yang kadang itu bawelnya tak tertolong. Kadangkala Gilang sering bertanya kenapa dia harus ditakdirkan untuk bersaudara kandung dengan perempuan bawel semacam Galuh ini. Tapi, walaupun bawel, Galuh berprofesi sebagai seorang psikiater dan itu kadang membuat orang lain terkejut mendengar profesi Galuh yang bisa dikatakan tidak pada umumnya. Gilang sendiri adalah spesialis bedah saraf. Gilang mendapat gelar spesialis bedah sarafnya di usianya yang ke 27 tahun. Gilang memang terkenal pria yang jenius dan disiplin waktu. Masa muda nya dia korbankan demi gelar itu. Tapi, itu semua juga adalah upaya yang dia lakukan untuk melupakan seseorang.

"Gilang! Lo nggak bangun gue laporin Papa loh! Gue nggak bercanda," ancam Galuh dengan suara kencangnya. Nah, kan.

Gilang langsung terbangun. Dia berjalan menuju pintu kamarnya ingin menghentikan keributan yang terjadi di depan kamarnya.

"What the hell, Kak! Ini masih pagi. Apaan sih," gerutu Gilang sambil mengucek-ngucek matanya. Gilang terlihat berantakan.

Gilang membuka pintu kamarnya dan melihat sosok Galuh sudah rapih dengan celana kain abu-abu dan kemeja lengan pendeknya itu.

"Bangun juga lo," kata Galuh tersenyum penuh kemenangan dibalas tatapan tajam dari Gilang.

"Resek lo, kak! Gue tuh baru sejam tidur," kata Gilang

Galuh memukul kepala Gilang.

"Aw. Apa lagi sih. Gue itu beneran baru tidur," kata Gilang sebal.

"Eh! Lo tuh harusnya bersyukur udah diusahain keterima kerja di RS itu secepat mungkin, kalo enggak juga lo nggak bakal bisa masuk sana, bego!" kata Galuh segera menuju ke sofa apartemen Gilang.

"Tanpa lo bantu juga gue bisa kali masuk sana. Banyak yang ngincer gue. Udah muda, berbakat, ganteng, bujangan lagi," balas Gilang menyombongkan dirinya sambil melangkahkan kakinya ke tempat pemanas air.

Galuh tidak menghiraukan perkataan adiknya dan segera mengambil remote TV dan menyalakan TV tersebut. Better.

"Lo nggak telat, kak?" tanya Gilang

"Gue mah siang,"

"Kok bisa?"

"Papa bilang gue istirahat di rumah sambil jagain Farrel soalnya Nino lagi ke luar kota urusan kantor," jelas Galuh.

"Lah trus Farrel mana?"

"Udah ke sekolah tadi gue anterin dia,"

"Jauh?"

"Darisini sih deket makanya gue mampir kesini sekalian bangunin lo,"

"Ohh gitu. Anterin gue ya ke RS? Mobil gue semalem mogok jadi diderek deh," kata Gilang sambil menyengir lebar. Sepertinya Gilang salah karena telah menyusahkan kakaknya pagi ini. Semoga Galuh bersedia mengantarnya. Lucu kalau di hari pertama dia kerja harus naik taksi.

"Cepetan mandi. Ntar gue suruh lo naik taksi kalo lo lama. Cepet sana!" pinta Galuh.

'Ya allah salah apa gue dapet kakak galak kayak gini ya allah!' batin Gilang.

"Iya iya berisik lo!" balas Gilang segera menuju kamar mandinya.

****

"Wah ganteng banget!! Sumpah beneran itu manusia?!!"

"Itu dokter baru disini ya?"

"Iya! Dia si jenius tampan!"

"Tapi denger-denger sifatnya dingin banget tau!"

"Bodo amat yang penting ganteng!! Aaa mau dong sama dia!"

"Aduhhh gue terpesona banget sumpah demi apaa!"

Gilang hanya tertawa sinis mendengar bisikan para perawat-perawat disekitarnya itu. Hari ini adalah hari pertama Gilang bekerja di Jakarta International Hospital atau biasa akrab dengan nama JIH.  JIH adalah salah satu Rumah Sakit paling ternama di Jakarta bahkan mungkin Indonesia. Beruntung bagi para dokter yang bisa bekerja di RS itu karena gajinya sangat besar bisa dibilang.

Tentu saja, seorang Gilang Brawijaya bisa masuk dengan mudahnya di JIH karena keinginannya untuk merasakan suasana baru. Dia bosan karena harus tinggal selama lima tahun di Seattle, USA. Merasa bosan, Gilang meminta ayahnya yang memang adalah seorang dokter kejiwaan paling tersohor di Indonesia akan dengan mudahnya memasukan Gilang di RS manapun. Apalagi Gilang dikenal sebagai dokter yang jenius. Bukanlah hal yang sulit baginya.

Gilang berjalan di sepanjang koridor RS mencari ruang kerjanya.

"Ah! Itu dia!" tunjuk Gilang segera membuka pintu itu.

"Waaahh enak nyaaa!" kata Gilang setelah mendapati kursinya sangat empuk dan nyaman.

"Gak kalah dari USA lah kalo dibilang," puji Gilang meneliti seluruh penjuru ruangan kerja barunya.

Tiba-tiba pintu ruangan Gilang diketuk.

"Masuk," kata Gilang memperbaiki posisi duduknya yang tadi setengah tiduran itu menjadi tegak dan raut wajahnya berubah dingin seketika.

Aneh!

"Hello, Doctor!!"  sapa orang di depan Gilang tersenyum lebar.

Galih!

"Ngapain lo disini? Gak kerja?" tanya Gilang pada Galih.

Wajah Gilang yang tadinya dipasang dingin menjadi santai kembali ketika mengetahui bahwa ternyata itu adalah adiknya.

"Gak ada, gue denger lo hari pertama di JIH yaudah deh gue sekalian samperin lo. Kak, makan yuk!" ajak Galih.

"Bayarin gue," kata Gilang

Galih ternganga mendengar perkataan Gilang.

"Gila lo, kak! Lo sama gue kayaan lo. Masa iya gue traktir lo, apalagi ini hari pertama lo kerja masa gue yang traktir sih?!" gerutu Galih.

"Lah kan lo yang ngajak,"

"Yaampun pelit banget sih kakak gue ini. Duit lo kan banyak, nggak ada salahnya dong lo amalin ke gue,"

"Masih aja jago argumen. Ck. Yaudah berhubung ini hari pertama kerja, gue yang traktir," kata Gilang menyerah juga sama bujukan adiknya itu.

Memang mereka dari keluarga kaya. Sangat kaya malah. Tapi, Gilang heran dengan adik bungsunya yang hobinya majak.

"Hahaha. Gue kesini mau temu kangen sama kakak gue ya sekalian kan win-win solution!" kata Galih.

Gilang terkekeh. Adiknya ini tidak berubah sama sekali.

"Yaudah. Makan dimana?" tanya Gilang.

"Ikut gue aja pokoknya."

Gilang pun mengambil dompetnya serta ponselnya dan langsung pergi menyusul Galih yang sudah keluar duluan.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang