Dyspraxy-ary

6.7K 392 3
                                    

"Mau minum apa?" tanya Achel pada Gilang yang sedang sibuk berkeliling di rumah Achel.

Gilang tersenyum sambil menggeleng menatap Achel.

"Gak usah. Mau langsung pulang aja soalnya nanti lo kecapekan," kata Gilang mulai mendekati Achel.

"Lo yakin gak mau minum dulu?"

"Emmm lo pengen banget gue disini ya?" goda Gilang.

Achel memukul kepala Gilang pelan. "Kata siapa?! pulang sono," usir Achel udah jadi salting.

Gilang terkekeh pelan sambil mengacak-acak puncak rambut Achel lembut. "Besok gue anterin ke butik, ya?" tanya Gilang.

Achel terlihat berpikir sebentar lalu mengangguk. Gilang tersenyum melihat respon Achel. Seneng!

"Yaudah balik dulu ya," pamit Gilang.

"Hati-hati ya,"

"Ini nya mana?" tanya Gilang menunjuk-nunjuk bibirnya.

Achel melotot membuat Gilang tertawa. "Yaudah deh gue balik yaaaaa," kata Gilang lagi akhirnya

Saat Gilang mulai beranjak dari tempatnya berdiri semula, Achel dengan kecepatan kilat berlari ke arah Gilang dan memberi kecupan manis di pipi kanan pria itu.

Cup!

Achel langsung berlari dari tempat itu. Astaga Achel malu!! Bodo amat yang penting dia gak munafik, mau cium ya di cium aja orang Gilang nya juga yang minta. Pikir Achel menenangkan dirinya sendiri.

Gilang terkekeh melihat sikap kekanakkan Achel yang sedari dulu dia rindukan itu. Sangat dirindukannya. Pikiran Gilang kembali melayang ke kejadian tadi bersama Achel di mobil.

Achel masih diam tak bergerak saat mendengar pertanyaan Gilang tentang Kyla.

Apakah Gilang sudah tahu? Tidak mungkin!

"Jawab!!" bentak Gilang tajam.

Achel tersentak. "Anak gue! Kenapa?!!" balas Achel tak kalah tajamnya.

"Siapa bapaknya?"

"Lo gak perlu tahu bahkan gue aja gak tau yang mana bapaknya," jawab Achel santai.

Gilang tersenyum sinis. "Lo tetep gak pinter bohong," kata Gilang.

Achel menghela nafas. Tenang, Chel!

"Turunin gue disini!"

"Mau dijemput siapa lo? Oom-oom? Mau jual diri dimana lagi malam ini? Bayaran lo berapa sih? Apa boleh gue booking lo malam ini? Gue bayar mahal deh," tanya Gilang masih dengan senyuman sinisnya.

Plakk!

Satu tamparan melayang di pipi kiri Gilang. Ya. Achel menampar Gilang. Wanita itu terlihat sangat marah. Bisa-bisanya Gilang ngomong gitu.

Gilang menoleh ke kiri.
Gilang menatap Achel. Tatapan yang perlahan-lahan menjadi sangat lembut. Gilang terus memperhatikan Achel. Gilang pun meraih tangan Achel dan langsung memeluk tubuh wanita itu.

Achel perlahan mulai terisak di pelukkam Gilang. Tubuh wanita itu bergetar. Dia menangis dalam diam. Gilang mengusap-usap punggung Achel mencoba menenangkannya. Gilang mencium puncak kepala Achel dan menghirup bau coklat rambut Achel. Sangat menenangkan. Bau itu tidak pernah berubah. Gilang rindu bau ini.

"Jangan lagi bohong masalah kayak gini sama gue. Gue bisa langsung tau kalo lo bohong, gue kenal lo, walau lima tahun lo ngilang, gue gak pernah lupa sama sifat dan sikap lo, lo anti banget sama asap rokok apalagi buat ngisap rokok? Itu gak mungkin, lo juga gak bakalan semudah itu nyerahin diri lo ke pria lain. Tch! Walaupun gue tadi tau lo boong tapi tetep aja rasanya kesel denger lo ngomong kayak gitu," kata Gilang mulai membuka pembicaraan.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang