Hari itu Tuan Gandhi membawa Achel ke rumahnya. Entah karena apa, Achel semakin lengket dan akrab dengan Tuan Gandhi. Kepribadian Tuan Gandhi yang bersahabat itu membuat Achel nyaman. Walaupun sebenarnya Tuan Gandhi adalah sosok yang dingin di kalangan umum, tapi tidak untuk pasien istimewanya ini. Anak dari sahabat terbaiknya itu.
"Oom, rumah Oom kok sepi sih?" tanya Achel sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah.
Tuan Gandhi hanya tersenyum. "Yakin??"
Achel mengangguk walau sebenarnya gak ngerti juga.
"Galuh, Gilang, Galih!!! Ayo turun dulu ada temannya datang ini," teriak Tuan Gandhi yang pastinya suaranya itu akan bergema di seluruh penjuru rumah.
Tak perlu menunggu beberapa saat, bunyi pintu-pintu kamar dibuka langsung memekakan telinga Achel. Penampakkan satu wanita remaja dengan celana jeans dan kaos silver polos yang melekat di tubuh rampingnya yang kalau diliat itu pasti anak kuliahan. Lalu kemudian satu anak laki-laki yang turun dari tangga membawa-bawa PSP nya, kelihatan seumuran dengan Achel. Dan satu lagi yang terakhir. Laki-laki yang mungkin menurut Achel adalah laki-laki tertampan yang pernah dilihatnya seumur hidupnya. Laki-laki yang mungkin lebih tua beberapa tahun darinya sedang membawa buku ditangannya entah buku apa yang pasti sangat tebal. Achel menganga menatap laki-laki itu.
"Ini loh yang Papa ceritain. Marchelle anaknya Oom Agus," kata Tuan Gandhi.
"Cantik deh! Halo, Marchelle? Nama aku Galuh.. panggil aja Mba Galuh, ya?" sapa Galuh terlebih dahulu.
Achel tersenyum. Bukan cuma cantik. Wanita itu sangat ramah dan baik.
"Aku Achel, Mba. Mba cantik!" puji Achel
Galuh tertawa mendengarnya. "Mba janji kalo Mba pulang nanti bakalan Mba bawain makanan ya buat kita berdua," kata Galuh
Achel mengangguk malu-malu.
"Yaudah Mba pergi dulu ya mau ngampus. Kamu main aja sama Gilang dan Galih," kata Galuh.
Achel sekali lagi mengangguk.
"Bye bye cantik!"
"Gilang! Galih! Jagain adek cantik gue.. awas jangan diapa-apain!" kata Galuh.
"Papa juga sekalian pergi ya, Gilang. Galih. Jagain Achel," kata Tuan Gandhi.
"Oom pergi dulu ya, Chel," kata Tuan gandhi lagi pada Achel.
Achel mengangguk tersenyum. "Hati-hati ya, Oom,"
Jadilah akhirnya tersisa Gilang, Galih dan Achel setelah meratapi kepergian Tuan Gandhi dan Galuh.
Suasana hening.
"Achel, lo bareng kak Gilang dulu, ya? Soalnya gue harus ke rumah temen gue ada tugas kelompok," kata Galih memecahkan suasana.
"Iya kak," balas Achel.
Galih tertawa. "Kata papa lo masih tiga belas tahun, kan? Tenang aja gue seumuran sama lo, gue juga tiga belas kok. Yang harus lo panggil kakak itu si Gilang. Dia beda dua tahun dari kita," jelas Galih.
Oh beda dua tahun. batin Achel.
"Yaudah deh kak Gilang temenin Achel ya, gue jalan dulu," kata Galih.
"Hm," gumam Gilang tanda mengiyakan
Yaaah pergi semua. Batin Achel.
Hening lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
ChickLitBagaimana perasaan seorang Gilang Brawijaya saat dipertemukan kembali dengan mantan sekaligus cinta pertamanya yang telah menghilang sekian tahun? Marchelle Sutanto.. akhirnya dia kembali. "Achel?" kata Galih tak menyangka dengan perempuan yang ada...