Sah

6.8K 329 0
                                    

Gilang menghembuskan nafas lega setelah melakukan operasi pengangkatan tumor jinak yang menghinggap di otak pasiennya. Operasi itu memakan waktu berjam-jam dan tentu saja itu sangat melelahkan. Tapi, Gilang sudah terbiasa dengan hal itu. Takdirnya memang begitu.
Ini juga memang pilihannya sedari dulu dan dia tidak pernah sekalipun menyesal.

Tok..Tok..Tok

Siapa?

"Masuk," pinta Gilang bermalas-malasan.

Rencananya mau tidur sebentar malah diganggu.

Pintu pun dibuka dan langsung saja ruangan itu gaduh.

"Daddy!!!!!" pekik Kyla berhamburan ke pelukkan Gilang.

"Oom Gilaaangggg!!!" pekik Farrel juga dari belakang minta ikut dipeluk.

Gilang terkejut dengan kedatangan dua bocah itu di RS tapi entah mengapa rasa capek Gilang langsung hilang begitu saja tergantikan dengan rasa senang bertemu dua bocah kesayangannya.

"Kalian bareng siapa kesini?" tanya Gilang sambil menggendong Kyla dan Farrel yang cukup berat itu.

"Mama," jawab Farrel.

"Terus Mommy Achel gak ikut?" tanya Gilang. Ya ampun masih sempet nanyain calon bini sama anak kecil.

Kedua anak itu menggeleng sekaligus minta turun daru gendongan Gilang, mereka sadar diri kalo Gilang gak bakalan kuat berlama-lama menggendong mereka.

Eh. Ternyata bukan karena itu alasan mereka minta turun. Ternyata mereka malah menuju ke arah meja kerja Gilang, pulpen dan kertas. Aneh. Di sekolah mereka ngambekkan males belajar, megang buku sama pensil aja ogah-ogahan. Nah, ini giliran ketemu sama pulpen kertas kok kayak seneng banget. Udahlah nggak penting juga mikirin begituan.

"Gilaaangg! Gue cuma mau ngingetin elo, besok itu lo fitting gaun sama Achel di butiknya si Achel," kata Galuh yang entah sejak kapan udah duduk di sofa dekat jendela.

Gue lupa mengumumkan kepada kalian kalau minggu depan gue nikah sama Achel. Iya. NI-KAH. Weits, jangan kaget kok cepet banget. Nggak cepet. Lima tahun gue sahabatan sama dia. Tiga tahun gue pacaran sama dia. Lima tahun dia menghilang tanpa jejak. Dan, enam bulan ini gue ngejar-ngejar dia. Totalnya kurang lebih hampir empat belas tahun gue kenal Achel. Proses yang lama, ya?
Selama proses itu banyak banget masalah yang gue sama Achel hadapin. Mulai dari penyakitnya, mantan-mantannya, mantan-mantan gue juga, dan mungkin yang paling mengesankan adalah kesalahan gue sama Achel yang membuat Kyla ada di dunia ini. No! Gue ralat. Kyla bukan kesalahan. Kyla adalah Serendipity gue. Begitupula Achel. Maka dari itu, gue nggak bakalan nunggu lama-lama lagi buat meresmikan hubungan gantung gue sama Achel. Gue pengen RES-MI. Takut ada yang nikung. Edeh, takut banget secara calon istri gue cantik gini. Wajah? Asli cap Sunda nggak pake campur-campur. Badan? Weittss, kalo seksi sih enggak, yang pasti menurut gue badannya pas banget.

Gue sih nggak terlalu mengutamakan fisik walau tak dapat gue pungkiri, gue bakalan nilai seorang cewek itu dari fisiknya juga. Gue bakalan mengutamakan inner beauty nya. Cewek itu cantik kalau hatinya juga cantik. Sejuta spesies laki-laki berkata bahwa wanita itu 'merepotkan'. Iya gue tahu bagi kalian para saksi yang sudah membaca kisah cinta gue sama Achel yang udah mirip cerita-cerita wattpad, kalian juga tahu kalau Achel sangat merepotkan. Tapi, kalian juga nggak bisa memungkiri kenyataan bahwa dia itu baik, kan?

Dia itu nggak egois. Dia nggak mau bahagia diatas penderitaan orang lain. Contohnya adalah gue, dia pergi menghilang tanpa jejak, hidup susah selama lima tahun kerja keras buat ngehidupin Kyla itu semua karena gue. Bahkan, saat itu dia hanya modal ijazah SMA! Duh, gue yang sakit kalo nginget penderitaan Achel. Semua itu Achel lakuin karena gue. Dia nggak mau merusak masa depan gue yang kalo dari jauh dilihatnya itu sangat cerah. Cih. Padahal masa depannya waktu itu juga teramat cerah sebelum kejadian naas itu terjadi.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang