Lana
Handphone yang diletakkan di meja praktekku berbunyi dengan nyaring, membangunkan aku yang tengah memandang keluar jendela ruang praktekku, malas aku meraihnya, sebuah nomor tidak dikenal, dan sepertinya dari luar negeri, karena nomornya tidak tercantum di layar handphoneku. Malas aku mengangkatnya karena aku tahu siapa yang meneleponku itu. Dibelahan bumi yang lain kemungkinan ini adalah tengah malam.
"Ya halo..."
"Lana, kamu dimana sekarang?"
Aku menghela napas berat, "ditempat praktek..."
"Kok tidak dirumah sakit?..."
Menghela napas, "ini hari Sabtu Rangga, hari ini jadwal praktek sampai jam 2 siang nanti," jelasku, takutnya Rangga lupa. "Tumben kamu telepon aku jam segini, ada apa?"
"Disini hampir tengah malam, dan aku menyempatkan untuk meneleponmu padahal hari ini aku sangat lelah dan ingin segera beristirahat, dan pertanyaanmu membuatku seperti aku orang yang tidak pernah menghubungi kamu..."
"Memang benar seperti itu bukan?" tanyaku, sebelum kembali aku menghela napas, "kamu menghubungi aku kalau kamu ada perlu." Lanjutku. "Ada apa? Apa yang harus aku lakukan untuk kamu kali ini? Uangmu minggu ini masih cukup?"
Aku tahu, pertanyanku kali ini membuat Rangga bingung, karena selama ini aku selalu salah tingkah dan senang, setiap menerima teleponnya, tapi kali ini berbeda. Aku jengah dengan semua perlakuan buruknya kepadaku.
"Aku ingin bicara denganmu..."
"Kita sedang bicara sekarang."
Rangga terdiam lama. "Aku akan pulang bulan ini, aku akan ada di Indonesia selama kurang lebih satu bulan, untuk mengurus visa tinggal kamu. Aku ingin kamu ikut aku kesini segera..."
Aku terkejut dengan penjelasan Rangga, "kenapa tiba-tiba seperti ini?.."
"Aku sudah memikirkannya dari sejak aku berangkat, tapi baru sekarang ini aku katakan sama kamu.."
"Ada yang kamu sembunyikan dariku, dan aku yakin ini akan jadi kejutan besar untukku, benar?"
Bukannya menjawab pertanyaanku, Rangga mengomeli aku panjang lebar, sampai aku menjauhkan kupingku dari suaranya yang stereo di horn handphone yang aku pegang.
Pembicaraan berakhir.
* * *
Dua tahun yang lalu,
"Aku mohon Rangga, kamu jangan pergi sekarang ini. Aku ingin ikut mendampingimu saat kamu sedang belajar disana." Isakku mencoba mencari tali penyelamat terakhirku. Saat Rangga memutuskan meninggalkanku untuk mengambil Doktoral untuk bidang medisnya Rangga di Universitas Of California UCLA, kampus untuk mahasiswa kedokteran yang berada di Berkeley.
"Aku tidak bisa menunggu lagi Lana, aku sudah memundurkan rencana studyku selama hampir tiga tahun, dan aku pikir inilah waktu yang tepat untukku memulai rencana studyku."
"Kenapa Ga, kenapa kamu Tidak mau menunggu selama 6 bulan lagi, setelah masa adaptasiku di rumah sakit selesai, aku akan mengikutimu kemana pun kamu pergi, aku akan mendampingimu."
"Aku sudah menunggu kamu selama hampir tiga tahun, dan sekarang aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi." Tukas Rangga, ucapannya memotong tali penyelamatku yang terakhir, "kamu boleh mengikutiku nanti, tapi dengan catatan selesaikan dulu apa yang sedang kamu lakukan disini." Putus Rangga.
Ya enam bulan lagi aku akan menyelesaikan adaptasiku di rumah sakit, dan setelah itu aku bisa praktek di rumah sakit atau melepaskannya.
Dan aku tidak bisa mencegahnya saat dua bulan berikutnya Rangga benar-benar pergi meninggalkanku. Dan yang lebih menyakitkan hatiku, Rangga melarangku untuk mengantarnya ke bandara. Walaupun aku sudah memohon kepadanya. Tapi Rangga tidak luluh dengan permohonanku. Sejak itu, aku berusaha memendam yang aku rasakan kepadanya didasar hatiku, biarlah ini hanya rahasiaku. Karena tampaknya Rangga tidak pernah menginginkanku, seperti aku yang menginginkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Mistake
RomanceRangga keterlaluan, membawaku melintasi belahan dunia hanya untuk menjadi ibu anaknya, yang akan lahir dari wanita lain. -Lana- Melihat wajah terluka milik Lana karena perbuatanku, membuat rasa bersalahku semakin menumpuk berkali lipat. Aku s...