Part yang ini terinspirasi saat aku menemani keponakanku yang saat itu sedang hamil 5 minggu, dan akhirnya si janinnya tidak bertahan dan memutuskan untuk keluar lagi. Aku melihat bagaimana terpukulnya keponakanku pada saat itu, walaupun bukan anak pertama, karena anak pertamanya baru saja berusia 5 bulan.
Psssttt... Takut ada yang penasaran. Hehehe...
Dannn... Ada yang mau double update nggak? Votenya jadi 325 ya... aku bakal update lagi ya... 😅
****
Lana
Aku mengerang resah, karena perutku terasa dicengkeram oleh seribu tangan, sakit. Keringat mengalir deras didahiku. Rangga yang duduk disebelahku, menggenggam erat tanganku, memberikan kekuatan semampunya, saat perawat datang dan berkata, "minum obat penguat kandungannya ya Mrs?"
Aku hanya menganggukan kepalaku, pengobatan apapun aku ikhlas menjalaninya, asal janin yang berada didalam perutku bertahan.
Rangga membantuku, melalui pengobatan itu, walaupun rasa sakit diperutku tidak berkurang sedikitpun. Dan saat rasa sakit diperutku semakin tajam terasa, aku mengerang dan menggigit bibirku erat, dan Rangga yang melihat kondisiku menghampiriku memegang tanganku menguatkan.
Saat perawat datang lagi kepadaku, dan memintaku untuk mengangkat kakiku dalam posisi mengangkang, hatiku pedih apalagi saat perawat itu mengangsurkan penjepit kecil yang digenggamnya, yang tampak tengah menjepit gumpalan kecil berwarna merah, "janinnya keluar Mrs.." dan tanpa mendengar kelanjutan apa yang perawat itu katakan, aku menangis histeris memeluk Rangga kuat, dan Rangga memelukku erat, air matanya menetes mengenai rambutku dibalik kerudung yang berantakan.
Setelah tangisku reda, perawat menghampiriku lagi, "saya akan menghubungi Dokter dan meminta untuk melakukan kuret sebelum jam tujuh pagi besok,"
Aku hanya menganggukan kepalaku, menyanggupi apapun yang akan dilakukan dokter untuk kesehatanku, "sayang, sabar ya.. Inshaa Allah, Allah akan memberikan anak yang lain untuk kita," bisik Rangga menenangkanku.
Aku berusaha tersenyum menatap Rangga, "aku tahu Ga,"
Rangga menatapku lembut, "sekarang kamu istirahat, supaya kesehatan kamu segera pulih."
Aku menatap Rangga lama. Ada kesakitan yang sama di mata hitam itu, dan aku tahu apa penyebabnya.
Dan yang aku rasakan saat ini adalah sepi. Aku mengambang dilaut kehampaan. Tidak punya harapan. Tidak ada bayi yang akan aku cintai dan mencintaiku. Jantungku mulai berdetak lagi, pelan, enggan, aku juga ingin mati.
****
Keesokan harinya,
"Mrs Yunarzat..."
Nada simpati Dokter Freeman memaksaku untuk membuka mata. Bukan salah dokter bila aku harus kehilangan bayiku. Allah sudah memutuskan bahwa aku tidak akan memilikinya saat ini, aku akan kembali berpisah dengan bayiku, yang sudah aku cintai saat ia juga masih ada didalam perutku.
Perawat yang membantu
"Lebih baik Anda di kuret sekarang."
"Ya." Ini waktuku untuk membalikkan waktu. Aku tidak mengandung kehidupan itu lagi. Bayiku entah laki-laki atau perempuan yang aku cintai, akhirnya harus meninggalkanku kembali.
Ini seharusnya bisa dilewati tanpa perasaan resah seperti ini. Tapi Rangga tampaknya berpikir lain, setiap matanya bersitatap denganku, tampak kesakitan itu diwajahnya. Ya Tuhan, seandainya Rangga melakukannya sebelum ia menduakan aku, mungkin aku akan sangat merasa bangga dan merasa dicintai, tapi sekarang? Apa yang harus aku rasakan?
![](https://img.wattpad.com/cover/100312133-288-k911036.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Mistake
RomanceRangga keterlaluan, membawaku melintasi belahan dunia hanya untuk menjadi ibu anaknya, yang akan lahir dari wanita lain. -Lana- Melihat wajah terluka milik Lana karena perbuatanku, membuat rasa bersalahku semakin menumpuk berkali lipat. Aku s...