Adakah yang nunggu cerita ini? Ceritanya hari Minggu yang lalu aku mau update, tapi pas aku buka filenya ternyata ceritanya masih gantung, terpaksa aku tunda dulu updatenya deh, dan baru selesai aku kurang tambah beberapa saat yang lalu.
Respon untuk cerita yang ini, tidak sebaik, respon di cerita "SAVE MARRIAGE". Hiks... Sedihnya.... Aku harus belajar banyak lagi niy biar greget. Qiqiqi... Yang pasti pembacanya cerita ini sudah lumayan banyak lhoo, tapi entah kenapa pada pelit vote. Padahal vote yang kalian kasih di cerita ini, menjadi motivasi untukku melanjutkan cerita ini lhooo...
Pokoknya jangan sampai Anda lupakan ya.. Jejak-jejak cinta untukku ya... Happy reading pemirsah.... Kiss-kis-kiss...
Lana
Ini bulan Februari, dua bulan kemudian, saat aku sudah kembali menjadi pengangguran terselubung di Berkeley.
Aku terbangun di pagi hari, dan kembali aku mengalami mual yang sangat dahsyat, untung aku masih mampu mencapai kamar mandi sebelum aku harus muntah ditempat tidur, aku kembali bertanya-tanya ada apa dengan diriku?
Aku meyakinkan diriku sendiri, kemungkinan aku hamil, karena selama di DC, setiap kali Rangga menyentuhku, ia tidak pernah menggunakan pelindung, ada saja alasannya, setiap kali aku ingatkan untuk menggunakannya, lupa, malas untuk membelinya di apotek, habis, padahal ia hanya tinggal mengangkat telepon dan memintanya dari layanan kamar.
Siang itu, setelah makan siang disebuah restoran didekat perpustakaan umum yang menyediakan buku-buku kedokteran yang banyak, aku pergi kesebuah apotek untuk membeli test pack, dan saat ini sudah hamper lima belas menit aku berada dikamar mandi. Perasaanku kacau. Dan hamper selama lima menit ini aku memegang alat ini, tapi aku tidak berani melihat hasilnya.
Ini adalah kali kedua menggunakan test pack, setelah beberapa tahun yang lalu pun aku menggunakannya, dua minggu sebelum Rangga berangkat ke Amerika.
Aku menarik napas dalam-dalam. Dikuatkan hatiku untuk melihat hasilnya. Perlahan aku angkat tanganku dan pandanganku terarah kepada alat tes ditanganku. Dua garis merah yang tampak jelas. Pekik tertahan ke luar dari bibirku tak bisa dicegah, mataku terbeliak dan tanganku mulai gemetaran.
Ya Tuhan, aku hamil.
Aku sudah menduga hasilnya akan seperti ini. Aku memang merasakan bahwa sudah beberapa bulan ini menstruasiku tidak lancar, mual-mual di pagi hari yang belakangan ini aku alami mungkin gejala awal yang namanya ngidam. Tapi selama ini aku hanya menduga itu karena pikiranku stress akibat permasalahan yang sekarang aku hadapi, atau karena perubahan pola hidup yang tiba-tiba membuatku belum bias menyesuaikan diri.
Merasa penasaran dengan hasil yang aku dapatkan pada siang harinya, sore itu aku pergi ke dokter, untuk meyakinkan hatiku bahwa aku benar-benar hamil. "ini biasa terjadi," kata Dr. Lousi dengan tenang. Pemeriksaan ini telah menjelaskan semua yang aku ingin ketahui.
Aku berusaha tenang, sudah berhari-hari aku memikirkannya dan sampai saat ini tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Tapi aku bahagia, karena didalam diriku kini telah hidup buah cintaku dengan Rangga. Selain cinta untuk anaknya apalagi yang bias aku berikan untuk Rangga? Karena aku tidak akan pernah bias untuk mencintainya, dan Rangga tidak pernah berusaha mencintaiku.
"Anda harus banyak beristirahat, dan jangan lupa meminum vitamin yang saya resepkan, juga melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan anda selama dua minggu sekali,"
Aku mendengarkan Dr. Lousi berbicara. Tapi benakku dipenuhi pikiran. Apa yang harus aku katakan pada Rangga? Dan bagaimana reaksinya?
Dokter memberiku banyak vitamin dan menyalamiku dengan hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Mistake
RomansaRangga keterlaluan, membawaku melintasi belahan dunia hanya untuk menjadi ibu anaknya, yang akan lahir dari wanita lain. -Lana- Melihat wajah terluka milik Lana karena perbuatanku, membuat rasa bersalahku semakin menumpuk berkali lipat. Aku s...