Part 12

5.7K 346 5
                                    

Rangga

Keesokan harinya.

"Sayang, bisa kalau acara kamu hari ini diperpendek?" tanyaku, sambil memasang dasi yang akan kukenakan.

Lana yang sedang merapihkan kerudungnya, berjalan menghampiriku, menarik dasiku tanpa melihat wajahku, dan merapihkannya, "kenapa?"

"Ada undangan makan malam dari keluarga Lance," jelasku, "mereka baru saja kembali dari perjalanannya di Inggris minggu lalu, dan malam ini mengadakan pesta untuk kepulangan mereka kembali ke Amerika." Sambungku.

Lana menganggukan kepalanya, "jam berapa acaranya?"

"Undangannya sekitar jam 8 malam, tapi kita bisa berangkat 1 jam sebelumnya, perjalanannya kan jauh ke Oregon, biasanya selepas jam pulang kerja perjalanan akan macet." Jelasku.

Lana menganggukan kepalanya. "Oke." Jawabnya pendek.

"Rencananya siang ini mau kemana sayang?" tanyaku melanjutkan.

Lana terdiam lama, "Danielle mengajakku ke United States Botanic Garden, dan tempat-tempat yang layak dikunjungi disekitar Tidal Basil."

Mendengar Tidal Basil yang aku tak tahu, segera aku mencarinya di gadget yang kebetulan sedang aku pegang. "Ehm... aku tahu, Tidal Basil, itu kalau tidak salah sebuah taman sakura kan sayang?" tanyaku, tanpa melepaskan tatapanku dari gadget yang kupegang.

Lana menganggukan kepalanya, "kalau tidak salah sih begitu." Jawabnya. Ia lekat menatapku, hingga aku agak serba salah, "tapi kok kamu tahu? Kamu pernah datang ke DC?" tanyanya, sambil menarik cuping hidungku pelan.

Aku tertawa, dan berusaha melepaskan capitan tangannya dari hidungku, "aku melihat google sayang." Jelasku sambil memperlihatkan gadget yang sedang aku pegang.

"Curanggg..." jerit Lana, sambil menarik gadget yang sedang aku pegang.

Aku tertawa, dan mengangkat tanganku, menjauhkan gadgetku dari jangkauan tangannya. Lana meloncat berniat mengambil gadgetku. Dan karena aku kurang hati-hati saat menangkap tubuhnya, akhirnya kami kembali terjatuh diatas tempat tidur.

Aku yang jatuh dibawah tindihan tubuh Lana menatapnya. Dan Lana tampak jengah saat aku menatapnya dalam. Aku kembali tertawa, dan membalik posisi kami, hingga Lana ada dibawah tubuhku, kucium bibirnya mesra, dalam, dan panas. Lana mengerang membutuhkan.

Tapi dering telepon membangunkan kami dari hipnotis yang memabukan itu. "Ya halo.." Aku mengangkat teleponku. Aku menatap Lana dan menjauhinya, mencoba untuk menjaga privasi-ku, karena Gea yang meneleponku, menanyakan kebaradaanku, dan saat aku bilang bahwa aku sedang di DC menemani Lana mengunjungi teman-temannya, Gea menjerit kecewa, dia mengomeliku, karena dia bilang aku lebih memperhatikan Lana daripada ia yang saat ini sedang hamil besar.

Aku hanya menarik napas berat, mencoba menenangkannya, membujuknya dan juga merayunya, dan mengingatkannya bahwa emosinya akan berpengaruh terhadap bayi yang sedang ia kandung.

Dan terdengar Gea kembali menjerit, ia menyumpah-nyumpah. Dan aku sadar, Lana tidak pernah melakukan apa yang Gea lakukan saat ini, sesalah apapun yang aku lakukan, Lana masih bisa berbicara tenang, dan sabar, ia tidak pernah berteriak histeris, menyumpah ataupun menghujatku.

Dan ketenangan Lana yang itu yang akhir-akhir ini membuatku ketakutan. Karena dibalik sikap yang tenang, tersimpan kekuatan maha besar, karena hanya manusia kuatlah yang mampu mengendalikan dirinya sendiri, mungkin Lana merupakan salah satu orang yang mampu menahan kemarahannya, walaupun aku tahu kemarahan perlu diluapkan, ada waktunya juga untuk dijaga.

Dan Lana lebih memilih untuk memendam emosi sehingga kemarahan terpaksa disimpannya sendiri, tapi yang aku takutkan kemarahan Lana akan membuatku hancur dan luluh lantak, karena bila hal itu terjadi padaku, aku tidak mampu setabah Lana, sesabar Lana menerima apapun yang aku lakukan.

The Right MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang