Part 20

8.5K 444 58
                                    

Puasa berapa hari lagi ya? Bagaimana puasanya masih pada lancar kan? Alhamdulillah. Udah pada beli baju lebaran belum? Aku belum nih, ada yang mau beliin. Hehehehe...

BTW Busway, kisah ini sepertinya akan segera berakhir, entah 5 atau 6 part lagi, kita lihat nanti aja ya.. Tapi ada yang nungguin nggak sih? InshaaAllah sebelum aku pulang kampung untuk merayakan Idul Fitri aku update lagi ya.. Doakan aja aku selalu sehat, dan pikiran lancar, jangan sampai, 'zonk' hehehe...

Jangan lupa tinggalkan jejak-jejak cinta untukku ya... Selamat membaca.

****

Rangga

Beberapa minggu kemudian,

Malam ini, aku pulang lebih cepat dari biasanya, dan Lana wanita yang aku rindukan dan aku bayangkan seharian ini, sedang bersenandung riang di dapur menyiapkan masakan makan malam untuk kami dinikmati bersama.

Seminggu kemarin Lana benar-benar tidak memiliki waktu untukku karena kesibukannya yang meningkat tajam menjelang perayaan ulang tahun tempat penitipan anak, dan Alhamdulillah sudah selesai di laksanakan pertengahan minggu kemarin dengan sukses, dan saat ini waktu Lana hanya untukku seorang.

Aku lingkarkan tanganku dipinggangnya yang ramping dari belakang, hembusan napasku yang panas aku singgahkan ditelinganya, dan tak lupa aku berikan sebuah gigitan lembut menggigiti telinganya dengan mesra, karena aku tahu, Lana menyukainya. Bulu kuduknya sudah pasti meremang menerima perlakuan itu. "Ga," tegurnya sambil mencoba melepaskan pelukanku darinya.

"Kenapa sih wangi dan rasanya begini enak sayang, aku tidak bosen untuk menciumi kamu," bisikku ditelinganya, saat ini sasaran ciumanku pindah kelehernya. Tanganku yang melingkari pinggangnya aku biarkan mengelusi perutnya dari balik pakaiannya.

Sekuat tenaga Lana mencoba menghentikan perbuatanku, dan aku berhasil membalikkan tubuhnya menghadapku, tapi aku masih segan melepaskan tubuhnya. Saat ini sasaran ciumanku adalah bibir dan seluruh wajahnya.

"Ga...." tegurnya sebelum kehilangan kendali diri.

Aku hanya tertawa tanpa menghentikan kegiatanku. "Rasa kamu terlalu menggiurkan untuk aku lewatkan sayang," jawabku.

"Ga..." aku memutus ucapannya dengan menariknya keluar dari dapur, setelah sebelumnya aku mematikan kompor juga pemanas makanan, dan membawanya kekamar yang kami tempati.

Aku menutup pintu dan menguncinya, setelah itu aku kembali menghampirinya, pelan tapi pasti aku menciumi apapun yang ada padanya, wajahnya, bibirnya, belakang telinganya, dadanya, dan semuanya. Aku yakin, Lana tidak bias melakukan apapun, karena kenikmatan ini begitu intens menghampirinya, kenikmatan yang baru kembali ia nikmati.

Aku berusaha untuk mengertikan dengan kebutuhannya, aku berusaha memberikan apapun yang belum pernah ia rasakan. Udara disekitar kami semakin panas, panas dan panas. Aku merasakan Lana diseluruh tubuhku, bukan hanya diwajahku, tapi dimana-mana, dan aku mengawali semuanya dengan pelan, pelan, agak cepat, cepat dan sangat cepat.

Hingga akhirnya Lana berteriak liar, saat Lana merasakan aku menegang, bergetar, dan menumpahkan benih cintanya di dalam dirinya.

Beberapa lama kemudian Lana membuka mata dan menatap mataku yang cemerlang, "apa yang terjadi padaku?"

Aku mengangkat sejumput rambut hitamnya yang menutupi pipi, dan mengusap-usapnya, "kita baru mengalami pengalaman indah bersama-sama,"

Wajahnya memerah ketika menyadari tubuh telanjang kami yang saling bertautan, "aku harus kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam,"

Aku menarik bahunya untuk tetap berbaring disebelahku, "saat ini aku belum ingin makan," bisikku.

"Tapi aku lapar!"

The Right MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang