Part 16

6K 445 34
                                        

Rangga

Aku merasa ada yang berubah dengan Lana seminggu ini, ia lebih banyak melamun, dan seperti menghindariku. Seperti ada hal berat yang tengah ia pikirkan, tapi setiap aku tanya, ia selalu menjawab dengan senyuman manisnya, tapi tanpa berkata apa-apa.

Seperti saat ini, aku tahu Lana sedang asyik melamun di balkon apartemen kami, menikmati musim dingin yang akan segera pergi, wajahnya beberapa kali tampak meringis, bibirnya ia gigit seperti sedang menahan sakit. Khawatir, aku melangkahkan kakiku di belakangnya sambil membawa secangkir teh mint kesukaannya, tapi Lana tidak terusik dengan kehadiranku, lamunannya kemungkinan begitu dalam.

Lana baru tersadar akan kehadiranku, saat aku melingkarkan tanganku di pinggang dan perutnya, menumpangkan kepalaku di bahunya, menyurukkan bibirku di lehernya, dan memberinya ciuman lembut.

"Rangga, geli iih.." kata Lana sambil berusaha melepaskan diri dari ciumanku.

Aku hanya tertawa parau, "kamu tahu? Aku tidak suka diacuhkan." Kataku sambil mencium pipinya yang menggemaskan.

Lana membalikan tubuhnya, "siapa yang mengacuhkan? Kamunya aja over acting Daddy." Katanya sambil menepuk dadaku pelan.

Aku membulatkan mataku, mendengar panggilannya. Lana tampak jengah dengan ekspresiku yang pasti menurutnya tampak bodoh, "kenapa?" tanya Lana sambil mengerutkan keningnya, hingga alisnya yang bagus bagai bulan sabit hampir menyatu sempurna di wajahnya.

"Kamu memanggilku Daddy?"

"Ya memang calon Daddy kan? Kalau anaknya Gea lahir kan manggil kamu dengan sebutan Daddy," ejeknya sambil tertawa menggoda, sebelum akhirnya berjalan masuk kedalam apartemen kami.

Aku tertawa, dan dan berjalan mengejarnya, dan setelah ada disebelahnya, dengan tiba-tiba aku membopongnya menuju kamar kami, melemparkannya keatas tempat tidur, dan mengurungnya dibawahku.

Melihat kelakuanku, Lana hanya tertawa menggodaku, dengan buas aku menciumi wajahnya. Lana menatapku dalam dan lama, sebelum akhirnya, ia naikan kepalanya, bibirnya menyentuh bibirku dengan ciuman panjang, dan diselimuti gairah yang tidak pernah habis mengisi hari bahagia mereka.

Lana mabuk kepayang usapan tangan dan sentuhan-sentuhan bibirku, menerbitkan dahaga yang memanggil-manggil jiwanya untuk melayang tinggi.

Dan akhirnya kekuatan yang maha dasyat mampu merobohkan tembok besar dan meluluh lantakan keteguhan jiwa yang nyaris beku. Lana dan aku tersenyum malu saat pelayaran mereka akhirnya sampai ditujuan, dan dayung sudah berhenti disauh, dan tidur sambil berpelukan.

Sebelum jatuh terlelap menyusul Lana, aku kembali menatap wajah cantik Lana yang seminggu ini lebih pendiam dari biasanya, walaupun tidak mengacuhkannya, entah apa yang Lana pikirkan? Membuatku semakin bertanya-tanya.

****

Pagi itu, sebelum Lana dan aku melanjutkan aktivitas kami, Lana di tempat penitipan anak Auntie Pamela, dan aku yang kembali disibukan dengan penelitianku di rumah sakit.

"Nanti malam kamu ada acara sayang?"

"Kenapa?"

"Aku ingin minta kamu untuk mendampingiku di pesta pernikahan emas, kolega bisnisku Mister Logan yang akan merayakan pernikahan emasnya di San Fransisco."

"Tidak ada yang lain? Kamu tidak ngajak Gea?" tanya Lana seolah-olah Gea begitu penting bagiku dibandingkan dirinya.

"Aku ingin mengajak kamu sayang, karena kamu yang istriku bukan Gea!"

Lana terdengar tertawa pahit, "siapa bilang Gea bukan istrimu? Gea istrimu sayang," jawabnya menohok jantungku.

Aku terdiam lama. "Tapi kamu istri sahku sayang...."

The Right MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang