Lana
Satu bulan kemudian,
Aku tahu Rangga akan segera memberiku kabar kedatangannya, walaupun sampai saat ini aku masih belum menerima kabar darinya, tapi orang-orang kepercayaan Rangga sudah datang bolak balik padaku berkali-kali untuk meminta berkas-berkas yang harus kulengkapi untuk mendapatkan visa tinggal di negara adi daya itu.
Dan menurut informasi yang mereka berikan kepadaku, semuanya sudah siap, dan aku tinggal menunggu hari kedatangan Rangga menjemputku, untuk selanjutnya berangkat menuju tempatnya menetap saat ini.
Mama dan papa saat kuberitahu itu, awalnya keberatan, maklum saja, aku sebagai anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan, aku menjadi anak kesayangan mama, walaupun aku bukan anak kandung mama. Aku lahir dari perempuan lain, dan keluasan hati mama membuat papa kembali jatuh cinta kepada mama, dan pernikahan mereka bertahan sampai saat ini.
Tapi setelah mendengar penjelasanku, mama dan papa akhirnya mengerti dan mengijinkanku untuk pergi, dengan catatan aku pulang kembali dan membawa cucu perempuan yang cantik, ya mama dan papa memang sangat menginginkan cucu perempuan, karena dari ketiga kakak laki-lakiku belum ada satupun yang memberikan cucu perempuan untuk mama dan papa.
Aku tersenyum, walaupun tak yakin bisa memenuhi keinginan kedua orang tuaku.
Sore itu, sepulang dari shift pagi di rumah sakit, aku mengemudikan mobilku menuju rumah mungilku yang belum pernah aku tempati, dan aku rahasiakan dari orang tuaku, hanya Rangga yang mengetahui keberadaan rumah ini, karena aku sudah beberapa kali mengajaknya untuk menengok rumah mungil ini.
Bukan, bukan, mama dan papa bukan melarang aku memiliki aset pribadi, tapi mama dan papa tidak mau aku tinggal sendirian, apalagi saat ini, saat Rangga tidak ada bersamaku, dan bisa menjagaku, mama dan papa selalu berusaha memberikan yang terbaik sepanjang hidupku.
Setelah membuka pintu, dan memeriksa segala sesuatu di rumah itu, mungkin atap bocor karena sekarang sudah mau memasuki musim penghujan, keramik retak, atau kran yang bocor, kembali aku mengendarai mobilku menuju utara Kota Bandung, menuju rumah yang dijadikan kado pernikahan kami dari orang tua Rangga, disebuah kawasan prestisius dan bergengsi, walaupun waktu tempuh satu jam lebih lama dari tempatku saat ini, apalagi bila musim liburan tiba, kemacetan akan semakin menambah waktu tempuh perjalananku.
Dulu, saat Rangga sebelum berangkat ke California, ia selalu mengajakku untuk tinggal di penthousenya, di lantai teratas gedung apartemen mewah di tengah Kota Bandung.
Tapi sejak Rangga pergi melanjutkan pendidikan dua tahun yang lalu, aku hanya datang kadang-kadang saja ke penthouse-nya, untuk mengecek, dan membersihkan. Walaupun aku tahu, Rangga membebaskanku untuk menempati apartemennya, tapi karena dia tidak ada bersamaku, aku jadi merasa tidak enak tinggal sendirian, tidak ada orang yang bisa aku ajak diskusi, atau bertukar pikiran.
Sampai di halaman luas rumah yang aku tempati saat ini, halaman tampak terlihat ramai, mobil-mobil parkir berbaris rapih, tanpa menghalangi jalur masuk mobil yang aku kendarai, dan tampak beberapa orang kepercayaan Rangga tengah duduk-duduk di lobby utama rumah, dan asyik ngobrol satu dengan yang lain.
Setelah memasukan mobilku ke garasi yang biasa, aku buka sabuk pengaman dan merapihkan kerudungku yang tampak acak-acakkan, setelah dirasa rapih, aku ambil tas tangan dari jok disampingku, keluar dan mengunci mobilku.
Rahadian asistennya Rangga, setelah ia diserahi tanggung jawab mengurusi anak perusahaan papih yang saat ini sudah menggurita, yang tadinya perusahaan kecil, menjadi perusahaan yang diperhitungkan di Indonesia, perusahaan konstruksi yang besar. Rahadian tampak tengah duduk dikursi tak jauh dari tempatku parkir mobil, berdiri dan menyambutku dengan riang, "hai Madame, Boss pulang, kok datangnya sore banget?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya hangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Mistake
RomanceRangga keterlaluan, membawaku melintasi belahan dunia hanya untuk menjadi ibu anaknya, yang akan lahir dari wanita lain. -Lana- Melihat wajah terluka milik Lana karena perbuatanku, membuat rasa bersalahku semakin menumpuk berkali lipat. Aku s...