Part 14

5K 389 20
                                    

Yeyeyeye.... Lalalala.... Malam ini Alhamdulillah bisa update lagi niy, adakah yang nunggu? Ngarep banget di tungguin. Hehehe... Happy reading pemirsahh... Jangan lupa tinggalkan jejak-jejak cinta untukku. Kiss-Kiss-Kiss..

****

Rangga

Hari ini Rabu pagi, masih di bulan Februari, walaupun tampaknya musim semi akan segera tiba, dan salju akan segera mencair.

Aku melangkahkan kakiku keluar dari ruang professorku untuk melanjutkan pekerjaan di tempat lain, ini menyangkut bisnis diperusahaan yang papih percayakan kepadaku untuk memulai ekspansinya disini.

Aku hampir masuk kedalam sebuah taksi, saat handphone yang aku taruh di dalam saku jasku bergetar dan berbunyi nyaring, terpaksa aku membatalkan diri untuk naik taksi, dan memilih menjawab panggilan itu. Gea.

"Iya sayang,"

"Kamu dimana?"

"Aku masih di kampus baru keluar, dan sekarang sedang menuju ke Mascom untuk membicarakan bisnisku disana,"

Terdengar tarikan napas berat disana, "aku berharap hari ini sebelum malam kita bisa bertemu.."

"Ada apa sayang?" tanyaku penasaran.

"Ada hal penting yang ingin aku bicarakan..."

"Tentang apa? Perut kamu kram lagi?" potongku cepat.

"Tentang kita."

Mendengar jawaban Gea yang seolah tidak ingin aku bertanya terlalu jauh, yang bisa aku lakukan hanya menghela napas, sebelum bertanya lagi, "oke dimana?"

"Jam Lima, di Sweatheart Cafe,"

Dan teleponpun berakhir begitu saja.

****

Setelah menyelesaikan pertemuan bisnisku di gedung Mascom, aku langsung menuju Sweatheart Cafe yang terletak Durant Avenue, Berkeley. Dan tidak sampai tiga puluh menit aku sudah sampai ke cafe yang dimaksud, masuk kedalam dan mencari sosok Gea, dari sekian banyak orang yang sedang bercengkrama dengan teman-temannya di dalam cafe.

Gea melambaikan tangannya kepadaku, dia berada di sudut dekat dengan jendela kaca, menatap lalu lalang lalulintas yang padat merayap diluar.

Setelah aku duduk, Gea memanggil pelayan untuk memesan minuman, karena aku masih kenyang, setelah tadi rapat di Mascom disuguhi dengan snack-snack yang lezat, tapi alasan yang sebenarnya, aku ingin menikmati makan malam yang akan disajikan oleh Lana di apartemen kami.

"Jadi hal apa yang ingin kamu bicarakan Ge?" tanyaku setelah pelayan pergi meninggalkan kami berdua di meja ini.

Terlihat Gea menarik napas berat, sebelum memulai berbicara, "aku ingin kita bercerai." Kata-kata Gea sungguh membuatku terkejut dan tidak menyangka.

Aku terdiam lama, sampai kesadaranku kembali, "ke..kenapa?"

Gea mengangkat gelas didepannya, dan menyeruput isinya dengan tenang, seolah pembicaraan kami kali ini hanya basa-basi yang tidak penting, "aku lelah harus bersaing dengan Lana, karena nyatanya kamu lebih mencintai Lana di bandingkan aku." Jelasnya tanpa beban.

Dan menghantamku dengan kenyataan pahit yang harus aku terima. Dan yang lebih membuatku merasa semakin bersalah, karena apa yang disampaikan Gea benar. Belakangan ini aku lebih memilih menghabiskan waktuku bersama Lana, di bandingkan Gea, wajar bila Gea berpikir aku lebih mencintai Lana.

"Tapi kenapa sayang? Selama ini kita baik-baik saja kan?" tanyaku mencoba mencari tahu alasan dibalik permintaannya.

"Kita lebih dari baik-baik saja, hubungan kita masih tetap hangat seperti sebelumnya," jelas Gea, "hanya aku tidak cukup mampu bersaing dengan Lana untuk memperebutkan cinta kamu, karena aku tahu, dalam diamnya Lana, ada kekuatan dahsyat yang akan membawa cintamu yang telah aku rebut dari Lana untuk kembali padanya," sambungnya, lagi-lagi aku tertegun diam mendengarnya.

The Right MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang