Part 9

5.8K 424 23
                                    

Semoga ada yang nunggu kisah ini, lumayan lama karena harus bongkar pasang bolak balik sampai yakin untuk di publis, hehehe... Dan jangan lupa baca juga ceritaku yang baru, "Aku Yang Tidak Diinginkan," yang baru aku update tadi siang. Teenfiction yang akan membuat berurai air mata (setiap melanjutkan kisah itu, aku selalu nangis).

Jangan lupa tinggalkan jejak-jejak cinta untukku juga ya... Baik disana, maupun disini. Dan aku juga lagi menyiapkan (menulis ektra part) untuk, "Save Marriage," jangan lupa di baca juga ya... Salam cinta pemirsahhh... Kiss-kiss-kiss..

****

Rangga

Aku merasa curiga dan sedikit was-was bagaimana aku dan Lana akan menjalani kehidupan bersama disini. Aku mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi kemarahannya. Tapi hal ini tidak pernah terjadi.

Aku juga mempersiapkan diri saat dimana Lana bangun pagi dengan suasana yang tidak enak. Dan itupun sama sekali tidak pernah terjadi. Lana masih tersenyum padaku, walaupun tidak seramah biasanya, ia masih menyiapkan kebutuhanku, walaupun tampak sangat ia paksakan. Dan Lana juga melakukan hal-hal yang tidak bisa Gea lakukan untukku.

Aku tahu, Lana sangat marah dengan apa yang kulakukan saat ini. Jauh membawanya dari Indonesia ke California, hanya untuk menjadikannya, ibu yang merawat anakku saat wanita yang aku cintai melanglang buana mengejar impiannya sebagai model internasional, juga ibu dalam akta kelahiran calon anakku yang akan lahir beberapa bulan lagi dari perempuan yang aku cintai.

Pasca kejadian itu, hubunganku dengan Lana merenggang, Lana sudah tidak mau lagi berdekatan denganku, walaupun aku masih mengusahakan untuk tidur dengan memeluknya, tapi Lana sepertinya berusaha sebisa mungkin menolak keinginanku lebih dari itu. Apalagi kehadiran Gea di tengah-tengah kami, walaupun selama hampir satu bulan ini jadi makhluk kasat mata, karena Gea yang tengah sibuk mempersiapkan debutnya, tidak pernah datang kesini, tapi Gea sebagai orang ketiga dalam pernikahan kami, membuat hubungan kami semakin memburuk.

Syukurlah, semarah-marahnya Lana, ia tidak sampai memutuskan pulang ke Indonesia, dan memberitahukan apa yang aku lakukan disini kepada orang tuaku. Pengecut memang, aku yang sudah 39 tahun hidup, masih takut dengan taring tajam kedua orang tuaku. Ya, aku tidak mau sampai mengecewakan orangtuaku, seperti yang dilakukan Bang Ivan, yang hampir menceraikan istrinya yang sangat disayangi oleh mamih dan papih, sebelum ia menyadari bahwa cinta sejatinya itu Kak Sisi yang notabene istrinya, dan bukan Reandra, dan Bang Ivan hampir menghancurkan hidupnya. Dan kehancuran Bang Ivan karena Reandra dijadikan mamih dan papih sebagai pengalaman hidup, dan harus dihindari, seburuk-buruknya orang tua menjodohkan anaknya, tidak mungkin dengan niat menjerumuskan dalam jurang kehancuran.

Aku yang sudah kembali dari tempat penelitianku, tadi siang dan melanjutkan pertemuan bisnis dimana papih sedang menimbang untuk mulai melakukan ekspansi bisnis di benua Amerika. Aku kembali ke apartemen dalam keadaan apartemen gelap gulita dan sepi, biasanya setiap aku pulang, Lana sudah duduk atau sedang menyiapkan makan malam untuk kami, sekalian menungguku pulang.

Setelah menyalakan lampu, aku masuk ke kamar, untuk membersihkan diriku, karena aku tau aktivitasku dilakukan di rumah sakit, yang kemungkinan membawa virus ke dalam rumah kami.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, aku menuju dapur menyeduh kopi hitam kesukaanku dan membawanya di balkon apartemen, menatap keramaian dibawah sana.

Minggu ini sudah memasuki musim dingin ekstrem. Guguran salju turun dengan derasnya, warna putih guguran salju tampak dimana-mana. Dan gunungan salju dipinggir jalan membuat lalulintas agak tersendat.

Hembusan angin, membawa bulir-bulir putih seperti kapas melayang tertiup angin yang berhembus dan berjatuhan menumpuk menjadi gunungan putih sejauh mata memandang. Dedaunan yang sudah luruh sejak berbulan-bulan yang lalu, menampilkan pepohonan yang meranggas merindukan kehangatan matahari. Mungkin pepohonan itu persis perasaanku saat ini yang sedang merasakan sakitnya tersakiti oleh diriku sendiri, oleh ulah yang kulakukan.

The Right MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang