LANA
Saat itu kami berdua sedang berbelanja mingguan kebutuhan rumah tangga disebuah supermarket besar dikotaku, kami berdua asyik mengobrol tentang berbagai hal yang banyak terjadi belakangan ini, kejadian sehari-hari di rumah, kelucuan-kelucuan yang terjadi dirumah sakit, maupun di kantornya Rangga, masalah social juga ikut dibahas. Rangga yang mendorong kereta belanja, dan aku yang mengambil barang-barang yang aku butuhkan dari catatan yang aku bawa, tingkah laku kami hari ini persis orang-orang yang berumah tangga pada umumnya.
Entah kenapa hari ini Rangga selalu mengangguku dengan keusilannya, kadang bila di lorong sepi dan tidak ada orang lain, ia akan melingkarkan tangannya ke pinggangku dan menciumiku di leher masuk ke dalam kerudungku, atau di bibir, dan itu dilakukan berulang-ulang bukan hanya satu atau dua kali, walaupun aku sudah mengingatkannya tentang kamera CCTV yang mungkin akan merekam tindakan kami, tapi ia tidak peduli.
Saat di lorong tempat peralatan dapur yang sepi, Rangga kembali melingkarkan tangannya kepinggangku dan menarikku kedalam pelukannya, ia menyandarkan aku di kereta belanja kami dan mencium bibirku dengan ganas. Aku mendorong tubuhnya ketika aku menyadari beberapa meter dari kami tampak ibu-ibu tengah berjalan menuju tempat kami berada. "Udah aah Ga,"
"Tapi kamu suka kan aku cium?" godanya sambil menjawil daguku lembut, matanya berbinar mesra.
Aku tersenyum, "suka banget, ketagihan malah," aku balik menggodanya, "tapi kalau dilakukan ditempat umum kan jadi tindakan asusila sayang," gerutuku padanya.
Rangga tertawa dan menghampiriku, menarik kepalaku kedalam pelukannya dan berbisik, "aku suka gaya kamu, saat sedang mengomel, seksi banget!" bisiknya usil. "siap-siap saja, nyampe rumah bias lebih lama dari yang sebelumnya," lanjutnya.
Pipiku memanas.
Tindakan Rangga kadang membuatku harus mengerutkan kening dalam-dalam, karena perlakuannya padaku sekarang ini seperti menggambarkan bahwa kami merupakan sepasang kekasih atau suami istri yang saling jatuh cinta.
Rangga menghampiri aku, saat kami melewati medicine area, "jangan lupa kondom sayang," bisiknya ditelingaku. "Persediaan kita sudah habis tadi malam," godanya terhadapku. "Dan aku yakin nanti malam ada yang minta lagi," Rangga kembali menggodaku.
Aku balik menatapnya yang sedang tersenyum padaku dengan mata berbinar nakal.
"Kamu ambil sendiri deh, aku kan tidak tahu ukuran kamu," kataku. Wajahku pasti sudah memerah karena malu mendengar godaannya kali ini.
"Suka menikmatinya tapi tidak tahu ukuran?" Ejeknya, "luar biasa," katanya sambil menghampiri etalase untuk mengambil apa yang kami butuhkan, "kamu mau rasa apa untuk yang sekarang sayang?" Tanyanya iseng sambil melihat-lihat bungkusan itu sok serius.
"RANGGA...!" Rangga tertawa dan memelukku erat.
Dan ia menjejalkan barang yang diambilnya ke kereta belanjaan, selanjutnya kami masih berkeliling, karena kami harus membeli bahan-bahan makanan kering untuk stok di dapur, saat Mak Ijah tidak pergi ke pasar.
"Sayang aku ambil Air untuk batere mobil dulu ya!" pamit Rangga, saat aku sedang memilah-milah sayuran.
Aku menatapnya, dan menganggukan kepalaku. Rangga itu seorang pengusaha dan juga seorang dokter yang terkemuka di Bandung. Tapi Rangga tidak pernah segan melakukan hal remeh temeh seperti saat ini, walaupun aku tahu Rangga mampu meminta sederet orang untuk melakukan apapun yang ia butuhkan. Dan saat aku pernah komentari tindakannya, Rangga hanya berkata, "yang tahu kebutuhan kita kan hanya kita sayang dan bukan orang lain," sejak saat itu aku tidak pernah komentar apapun yang ia lakukan untuk keperluannya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Mistake
RomanceRangga keterlaluan, membawaku melintasi belahan dunia hanya untuk menjadi ibu anaknya, yang akan lahir dari wanita lain. -Lana- Melihat wajah terluka milik Lana karena perbuatanku, membuat rasa bersalahku semakin menumpuk berkali lipat. Aku s...