Ada yang nunggu lanjutan cerita ini? Hehehe... Ini hasil semedi selama 2 hari akhirnya selesai juga. BTW, ada yang bisa menggambarkan karakter Rangga siapa gitu? dan Lana siapa gitu? Biar aku bisa bayangin. Qiqiqi...
Ehm... BTW, next part aku private ya... bukannya sombong, nggak mau karyanya di baca orang lain, aku hanya melindungi buah pikiranku saja. Sekian...
Selamat pada malam Minggu ya... malam mingguannya ngapain? Kalau aku semedi didepan lepi, dan update di Watty. Kalau kamu? Hehehe.... Ookee deh, selamat rehat dan berkumpul dengan orang-orang tercinta ya... Dadah Babay.... Jangan lupa tinggalkan jejak-jejak cinta untukku ya pemirsah... Salam hormat penuh kasih dari aku.... Muachhh....
****
Rangga
Kesibukanku belakangan ini membuatku jarang meluangkan waktuku untuk sekedar bertegur sapa dengan Lana, dan di lihat dari kelakuannya belakangan ini, ia sepertinya sengaja menghindariku, mungkin Lana merasa aku sudah mengintimidasinya, padahal aku melakukan itu bukan karena membencinya, tapi karena aku takut ada pria lain yang mendekatinya.
Aku mendesah dan menatap keluar jendela ruang kerjaku, jalanan di depan gedung kantorku lumayan ramai, mungkin karena jam pulang kantor telah tiba beberapa menit yang lalu.
Langit Bandung hari ini sangat gelap, awan tebal belakangan ini sering menghiasi hari-hari, persis seperti hari-hari yang harus aku lewati dengan kelabu.
Aku tersenyum pahit, saat aku ingat kenangan buruk yang terjadi beberapa hari yang lalu.
* * *
Hari itu udara sangat panas, seolah tidak mau kompromi kepada sebagian orang yang sedang berjalan, dan itu membuat sebagian orang enggan untuk keluar rumah, begitu juga denganku. Saat itu aku tengah sibuk memeriksa hasil pekerjaan yang menumpuk dan membuatku betah duduk berjam-jam di kursi sejak kedatanganku kekantor pagi tadi. Saat pekerjaannya sudah hampir rampung, iphone yang tergeletak tidak jauh dariku bergetar, dan berbunyi, tanda ada orang yang memanggil.
Malas aku mengangkat teleponnya dan menjawabnya, setelah dia menatap nama yang terpangpang didepan layar Gea Calling, "Halo...". Gea gadis yang telah menarik minatku jutaan kali, dan dia ada disini, karena saat aku memutuskan pulang untuk menjemput Lana, dia sudah pulang duluan, dengan alasan sebelum kehamilannya kelihatan, ia ingin mengunjungi negara Ibunya ini. Ya Gea adalah gadis blasteran Indonesia dan Amerika yang demokratis, kehamilan tanpa suami baginya hal yang biasa, tapi tidak bagiku, aku ingin anakku sah secara hukum dan agama.
Terdengar suara empuk perempuan berbicara dari seberang sana, Gea, kebetulan akan di karunia buah cinta kami bersama, "Hai Ga, kok suaranya lemes banget sih?"
"Iya nih lagi banyak pekerjaan."
"Bagaimana kalau kamu istirahat dulu, sudah hampir jam makan siang nih!" Ajak Gea manja, saat itu aku melirik Rolex yang melingkar di pergelangan tangan kiriku dan memang benar sudah hampir jam dua belas siang. 'Pantesan dari tadi perut sudah minta di isi.' pikirku.
"Oke! tapi di mana?"
"Kalau di tempat biasa!"
Aku terdiam, 'tempat biasa' yang Gea maksud adalah sebuah restoran mewah yang berada di pusat kota dengan privacy terjaga.
"Wah itu sih kejauhan sayang, beberapa jam lagi aku ada rapat penting, bagaimana kalau di mal yang dekat dengan kantorku saja!" aku menawarkan.
"Boleh, kamu tunggu aku yah, setengah jam lagi aku sudah sampai disana!."
"Oke!" setelah menutup pembicaraannya dengan Gea, aku termenung di balik meja, dan setelah tersadar dari lamunanku, aku cepat-cepat beranjak dari duduk dan keluar dari kantor.
![](https://img.wattpad.com/cover/100312133-288-k911036.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right Mistake
RomantizmRangga keterlaluan, membawaku melintasi belahan dunia hanya untuk menjadi ibu anaknya, yang akan lahir dari wanita lain. -Lana- Melihat wajah terluka milik Lana karena perbuatanku, membuat rasa bersalahku semakin menumpuk berkali lipat. Aku s...