"Kalian begitu dekat, dan mungkin terlalu dekat. Mengapa kalian tidak menjadi sepasang kekasih?"Hembusan nafas sabar terdengar dari hidung Daviel William Russel. Tangannya tak berhenti memilah ribuan panen telur di sebuah gudang kecil dimana semua hasil ternak akan disimpan di ruang ini. Satu persatu telur disinari di bawah lampu untuk mengetahui telur itu bagus atau tidak. Duduk di sebuah meja kecil berbentuk persegi, mirip meja cafe. Tapi ini bukan cafe, ini peternakan miliknya.
Diseberangnya ada seorang gadis cantik yang duduk manis membantu Daviel memilah telur yang bagus. Memilah telur lebih teliti daripada Daviel. Namanya juga perempuan, lebih teliti dan selalu benar daripada laki-laki.
"Ayolah ayah, aku sibuk mengurus telur, mengapa ayah membicarakan masalah jodoh lagi?" gerutu Daviel.
"Ya ayah melihatmu begitu dekat dengan Elicya. Sedangkan kamu sendiri tidak mempunyai kekasih, dan dia lebih cocok jadi jodohmu," ulangi ayahnya.Daviel memberhentikan memilah telur, lalu memandangi ayahnya. "Ayah, jangan sampai telur-telur yang dipasok ke supermarket kota ini cacat. Aku butuh konsentrasi. Jangan membicarakanku dengan Elicya disaat aku benar-benar butuh konsentrasi."
"Ia butuh konsentrasi tuan. Jangan mengganggunya sekarang," Elicya membenarkan, yang duduk diseberang Daviel.
"Oh oke." ayahnya mengalah. "Mungkin kalian bisa lebih mesra jika aku tidak disini." Ia meninggalkan Daviel dan Elicya yang berdua sedang memilah telur.Daviel melepas pandangan dari ayahnya yang keluar dari gudang panen peternakannya. Lalu memejamkan matanya dan kembali menggerutu. "Sial."
"Ayahmu sepertinya benar-benar ingin menjodohkanmu denganku Viel," sahut Elicya.
Daviel meraih kembali telur dan menyinarinya dibawah sinar lampu sangat terang berwarna kuning. Masih banyak telur yang harus dipisahkan."Setidaknya aku hanya benci sifat ayahku yang seperti itu, agak memaksa." gumam Daviel lirih, masih terbawa perasaan.
Thomas Russel. Ayahnya Daviel. Belum disebut terlalu tua, karena usianya sendiri masih empat puluh enam tahun, tetapi benar-benar ingin anaknya menikah lalu punya cucu. Entah mungkin besok kiamat, atau ngidam jadi seorang kakek.
Anaknya sendiri juga baru matang dari usianya, baru dua puluh tiga tahun, dan masih butuh persiapan untuk menikah."Meski begitu, ayahmu masih hanya berbicara saja kan, belum benar-benar ingin membuat kita menjadi sepasang kekasih?"
"Entahlah. Ayahku memang begitu. Sudah tahu kita tidak berniat untuk saling berpacaran bukan?"
"Iya. Hanya bersahabat." Elicya membenarkan. "Sahabat sejak kita masih sekolah dasar."Daviel memandangi Elicya. Gadis berwajah Asia yang rupanya sangat cantik. Apalagi bernama lengkap Elicya Taylor. Rupa wajah Asianya berasal dari ayahnya, Edwin Taylor, yang merupakan seorang kelahiran Indonesia. Tentang asal-usul marga "Taylor" sendiri itu berasal dari ibunya, Annie Taylor. Tentu memakai marga Amerika, karena jika memakai marga dari Indonesia, lidah orang Amerika bisa terjepit, karena tidak terbiasa berbahasa Indonesia.
Persahabatannya dengan Elicya sudah sangat lama, sejak mereka berdua belum bisa membaca dan menghitung dengan lancar. Sejak masuk sekolah dasar. Sampai sekarangpun mereka tetap dekat, satu sekolah SMP hingga SMA. Kuliahpun satu universitas. Setelah lulus kuliah, jadi sarjana, merekapun bekerja dan tidak pernah terpisahkan hingga sekarang.Saling kenal satu sama lain, dari bagaimana cara tidur masing-masing sampai cara memegang sendok pun mereka sudah saling tahu. Bahkan, hampir setiap momen, mereka selalu berdua. Maka itu, banyak orang yang mengetahui dan lebih menyarankan mereka menjadi sepasang pacar, karena hubungan mereka itu.
Tapi hal itu selalu diabaikan Daviel dan Elicya. Mereka berpegang teguh selalu pada ucapan mereka :"KITA ADALAH TEMAN, DAN TEMAN BUKAN BERARTI BERPACARAN."
"Kau bengong saja Viel," tegur Elicya membuyarkan lamunan Daviel. "Mana senyum-senyum pula. Membayangkan siapa?"
"Oh. Maaf. Aku sampai lupa memilah telur lagi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Approval Of Love (Completed)
ChickLit"Kita adalah teman, bukan pacar" Bukan friendzone, melainkan parentzone! Elicya dan Daviel. Bersahabat 16 tahun membuat orangtua mereka untuk menjadikan menjodohkan sepasang sahabat ini, meskipun keduanya berpegang teguh, tidak mau berpacaran. Lal...