14 Juni 2016
"Semoga es krim ini tidak meleleh,"
Cuaca panas sangat terik. Musim panas di Atlanta tahun ini benar-benar membuat kepala gosong. Mau dicukur rambutnya sampai gundul saja masih terasa panasnya, apalagi berambut lebat, atau keriting seperti mie?
Daviel melangkah keluar dari mobilnya. Kali ini bukan mobil bak terbuka lagi yang ia bawa. Hanya mobil biasa yang ia parkirkan di halaman sebuah gedung Adamsville Memorial Library.
Ia menenteng lebih tinggi lagi gelas yang berisi es krim vanilla dan coklat. Rupanya seperti es krim 'sunday', hanya saja lebih besar, dan tentu, dahaga haus juga bisa tersingkirkan.Daviel melangkah masuk ke perpustakaan yang lumayan besar. Buku-buku terjajar rapi. Tidak terlalu ramai juga keadaannya. Ia pun tidak mempermasalahkan membawa es krim ke dalam perpustakaan, karena memang perpustakaan ini memperbolehkan membawa makanan, asalkan, mengikuti peraturan yang berlaku.
Ia menuju sebuah meja di pojok perpustakaan. Seorang gadis berpakaian layaknya orang resmi -kemeja bunga-bunga merah, jas hitam tipis,rok hitam, kacamata- asyik memandangi laptop. Sepertinya ia sibuk sendiri menjalani hobinya sehari-hari.
"Sejak kapan kau memakai kacamata?" sapa Daviel pada gadis yang duduk disitu.
Gadis itu memandangi Daviel perlahan, dan membalasnya dengan ringan. "Aku memakainya sejak bekerja disini. Merasa aneh dengan wajahku?"
Daviel menggeleng. "Tidak. Lebih cocok melakukan pekerjaan kakakmu sepertinya, menjadi sekretaris,"
Gadis itu tersenyum. "Aku hanya penunggu perpustakaan, dan waktu luangku hanya diisi untuk menulis naskah."Daviel lalu duduk di kursi didekatnya. Ia menariknya sampai dekat ke meja Elicya. Es krim 'sunday' itu ia letakkan di atas meja.
"Oh apa yang kau bawa?" tanya Elicya penasaran, menatap plastik berisi dua gelas yang ia tidak ketahui isinya.
"Es krim 'sunday'. Kumembelinya saat berjalan ke sini." jawab Daviel menoleh ke pintu keluar. "Setidaknya cocok untuk tengah hari yang panas ini."
Elicya tersenyum. "Memang. Musim panas tahun ini begitu panas. Akupun yang di dalam perpustakaan saja merasa pendingin ruangan terbanting suhu diluar."
"Kurasa juga ini karena pemanasan global." tambah Daviel.
"Mungkin." ucap Elicya sepatah kata. "Aku sudah membaca buku mengenai global warming disini. Beberapa makanan yang kita bisa makanan kemungkinan besar akan tidak ada beberapa dekade lagi,"
"Iya... aku juga pernah mendengar kopi akan sirna." Daviel menambahkan lagi.Daviel lalu membuka plastik itu, dan mengeluarkan dua gelas es krim, yang bentuk atasnya sedikit meleleh. Ia juga mengeluarkan sendok dari plastik itu.
"Mana yang kau mau?"
Elicya memilih, dan ia lebih memilih mengambil rasa susu, yang berwarna putih. Kesukaannya akan susu memang sudah jangan ditanya lagi.
"Oh oke. Aku mengambil coklat." Daviel meraih es krim coklat, dan membuka tutupannya."Kau datang di saat yang tepat. Otakku haus karena kepanasan mengetik naskah novel ini," Elicya memuji ketepatan datangnya Daviel. Tangannya mulai mencolek bagian atas es krim itu.
"Oh naskah novel apa?" Daviel penasaran. "Romance kah? Horror? Teenlits? Action?"Elicya menarik nafas. Belum ia berbicara panjang, Daviel telah menebak-nebak apa genre novel yang ia buat.
"Setidaknya novel teenlits yang kubuat. Banyak anak remaja yang menyukai karyaku, karena banyak kisah yang membuat mereka campur aduk perasaannya." jawabnya sambil memakan es krim itu.
"Kurasa lebih cocok seperti itu." Daviel kehabisan kata-kata untuk berkomentar. Untuk urusan buku, ia tidak terlalu mengerti.
Elicya memandang acak sekitarnya, dan menyenderkan tubuhnya pada kursi. "Setidaknya sudah jadi lima bab. Alurnya juga sudah cukup jelas."
"Oh baguslah."Inilah pekerjaan Elicya. Ia memang penjaga perpustakaan. Selain melayani para peminjam buku, ia juga menulis naskah, dan menerbitkan buku. Sudah ada empat karyanya yang berbentuk buku. Tentu juga, buku itu dipajang di mejanya untuk promosi, dan perpustakaan itu sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Approval Of Love (Completed)
Literatura Kobieca"Kita adalah teman, bukan pacar" Bukan friendzone, melainkan parentzone! Elicya dan Daviel. Bersahabat 16 tahun membuat orangtua mereka untuk menjadikan menjodohkan sepasang sahabat ini, meskipun keduanya berpegang teguh, tidak mau berpacaran. Lal...