"Minggu yang melelahkan..."
Hari masih siang. Terik matahari bersinar tanpa awan. Alhasil, amat panas, dan menambah lelah pekerjaan siapapun, termasuk Elicya.
Elicya menarik nafas panjang. Lagi-lagi dirinya mandi keringat, di hari minggu ini. Ia tidak menduga barang apa yang ia beli di supermarket tadi ternyata begitu banyak, sampai kelelahan harus memindahkannya dari mobil Daviel, meskipun sudah dibantu Daviel.
Ia terus menarik nafas panjang agar nafasnya tidak terlalu tersengal. Dirinya terbaring miring 20 derajat dari sudut vertikal sofa ruang tamu, dengan segala ganjalan bantal yang membantunya berposisi seperti itu.
Tracy datang.
"Darimana kau Ely?"tanyanya sesampainya di ruang tamu.
"Kau lihat sendiri."
Tracy memandang belasan plastik berbaris rapi di bawah sofa.
"Dari supermarket?" tanya Tracy lagi.
"Iya.." jawab Elicya masih tersengal nafasnya.
"Memang kau sudah gajian bulan ini?"
Elicya memandang kakaknya. "Apa aku harus menunggu gajian untuk belanja kebutuhan rumah? Dan membiarkan kita menderita?"
Tracy menggeleng. "Tidak selalu. Aku heran darimana uang sebanyak itu untuk membeli semuanya?" Tracy lalu meraba plastik dan menggesernya sedikit. "Lalu juga dengan microwave ini?"
"Entah,"
Tracy menegakkan badannya. "Aku akan beritahu ibu kalau kau membuyarkan uang terlalu banyak,"
Elicya bangkit dari baringannya. "Aku pergi bersama Daviel."
"Lalu kau memerasnya?"
Elicya menggeleng. "Ia yang memintaku agar ia yang membayarnya. Aku sebelumnya pula ingin ambil uang dari ATM, tapi ia melarangnya,"
Tracy mengelus dadanya. "Lalu microwave baru itu?"
"Ia menjajikannya," Elicya mulai tersenyum.
"Kau yang memintanya atau dia?"
"Dia." Elicya makin menampakkan senyumnya. "Sewaktu berkunjung kerumahku, aku membuatkannya roti goreng dengan teflon, jadi ia menjanjikan untuk membelikan microwave."
Tracy tersenyum sambil memegangi dahinya. "Oh astaga..."
"Dan kau tidak perlu berkeringat untuk membuat roti bukan?" lanjut Elicya masih tersenyum.
"Aku tidak tahu. Kalaupun suhu diluar panas, tetap sama,"
Elicya lalu duduk lalu membongkar salah satu isi plastik. "Setidaknya lebih baik bukan?"
Tracy mengangkat alisnya. "Ya begitu." Tatapnya masih pada microwave. Sedikit terkesan membanggakan.
"Tapi aku senang kau belanja dengan Daviel." balik Tracy tersenyum.
"Apa?"
Tracy melebarkan senyumnya. Kali ini ia membalikkan senyum Elicya. "Aku senang kalian baikan dan benar-benar menjalin hubungan pacaran."
"Ayolah Tracy, aku hanya sahabat dengan dirinya,"
Telepon di kantong Elicya berbunyi.
"Kurasa Daviel mencarimu. Selamat berpacaran," Tracy meninggalkan ruang tamu.
Elicya tidak lepas pandangan dari kakaknya. Wajahnya agak menggerutu kala kakaknya meledek seperti itu. Tangannya meraih ponsel, tanpa melihatnya lagi siapa yang menelponnya.
"Halo Daviel?"
"Halo oh maaf."
Elicya menurunkan ponsel dari telinganya, dan menatap tajam ponselnya.
"Oh"
"Halo.. maaf Vicky. Aku kira tadi Daviel. Hehe.."
"Justru aku meminta maaf karena mengganggu kalian pacaran."
"Oh ayolah Vicky. Kau sama seperti kakakku, dan kau baru saja melanjutkan kata-kata kakakku."
"Iyakah?"
"Aku tidak peduli. Dan ada apa kau menelponku?"
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin menelponmu saja."
Elicya mengerutkan dahinya. "Kalau begitu tadi aku tidak mengangkatnya."
"Oh jangan-jangan dimatikan Ely. Oke. Malam ini kau ada acarakah?"
"Tidak. Aku lebih memutuskan dirumah malam ini karena aku baru saja pulang dari berpergian."
"Pergi darimana dan bersama siapa?"
"Kau tidak perlu tahu itu." Elicya lalu berdiri dari tempat ia duduk dan melangkah menuju teras rumahnya. "Sekarang ada apa? Jangan membuatku terlalu pusing."
"Bisa bertemuku nanti malam?"
"Ehm. Aku bersedia. Kau ingin membahas ucapanku kemarin bukan?"
"Ya aku ingin membahasnya."
"Oke. Dimana? Kau tidak mengajakku ke kantin sekolahan bukan?"
"Tidak. Halo Ely, kita sudah dewasa."
Elicya tertawa dari balik teleponnya.
"Oke. Aku ingin kau bertemuku di Downtown malam ini. Restoran Veg's Avenue."
"Oke Vicky. Kurasa aku harus menutup teleponnya. Aku harus membereskan barang belanjaanku."
"Tentu. Sampai bertemu nanti malam,"
Elicya mematikan teleponnya. Ia lalu mengantongi ponselnya lagi, masuk ke dalam rumahnya, lalu membereskan semua belanjaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Approval Of Love (Completed)
ChickLit"Kita adalah teman, bukan pacar" Bukan friendzone, melainkan parentzone! Elicya dan Daviel. Bersahabat 16 tahun membuat orangtua mereka untuk menjadikan menjodohkan sepasang sahabat ini, meskipun keduanya berpegang teguh, tidak mau berpacaran. Lal...