Wisata #1

47 11 4
                                    

Jumat, 17 Juni 2016
 
  Tak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya, cuaca begitu panas. Sama halnya di peternakan Daviel. Untung saja ternak-ternaknya tidak ngamuk karena kepanasan disaat peternakannya ramai.

  Hari ini mungkin cukup membahagiakan bagi Daviel. Ia begitu senang kala peternakannya menjadi tempat wisata. Anak-anak yang berusia enam sampai anak usia enam belas tahun memenuhi peternakannya. Meski hanya berjumlah kurang lebih tiga puluh orang.

  Daviel memandangi anak-anak panti asuhan Eastville Foundation, sambil berkacak pinggang. Mereka asyik memerah susu sapi di peternakan sapinya. Setidaknya jumlah puting susu sapi masih sebanding dengan jumlah anak-anak yang hadir disini.
 
  Ia lalu melangkah berjalan melihat satu per satu anak-anak sedang memerah sapi. Kala saja mereka memerahnya sampai muncrat ke wajah, membuat sapi berteriak, ataupun sapi itu buang kotoran yang menjijikkan.

  Ia berjalan sampai ke ujung peternakan. Disana ada Elicya berdiri yang turut menjaga. Berpakaian sama seperti Daviel sendiri, berpakaian layaknya seorang peternak. Ia turut menjaga anak-anak seperti apa yang dilakukan Daviel.

  "Kurasa mereka sangat senang memerah susu, meskipun terkadang mereka kerepotan," ucap Elicya sesaat Daviel melangkah di dekatnya.
  "Ehm.." deham Daviel. "Tidak masalah juga bukan, belajar memerah susu. Susunya nanti dibotolkan dan mereka bawa pulang ke panti,"
  Elicya memandang Daviel. "Ya aku begitu kasihan saja ketika sedang menekan justru susu sapinya ke wajahnya,"
  "Bukannya itu suatu yang menggemaskan bagi seorang perempuan? Anak kecil dengan wajah belepotan susu?"
  "Antara gemas dan jijik," balas Elicya datar.

  Mereka berdua asyik memandangi para anak-anak, dari sisi kiri maupun sisi kanan. Mengawasi anak-anak.

  Daviel menatap arloji jam tangannya. Hari masih siang, dan aktivitas anak-anak hanya baru memanen telur, dan sekarang yang berlangsung, adalah memerah susu sapi.

  Seseorang berdiri di pintu masuk rumah ternak. Seorang itu masuk melangkah. Derapnya tidak terdengar, karena sisi lantai sendiri bukan dari bahan yang keras seperti keramik. Seorang itu terus mendekat, mendekat,
  "Apa kegiatan anak-anak setelah ini?" tanya seseorang yang cukup tua itu.
  Daviel mengangkat bahu. "Mungkin menunggangi kuda. Hanya setelah ini terakhir saja disini."
  Gadis yang berpakaian sama dengannya menyahutnya. "Menunggangi kuda?"
  "Iya. Apa yang salah? Kudaku tidak ada yang gila atau sakit jiwa, jadi aman saja,"
  Elicya tertawa. "Ya aku selalu berpikir kalau kuda itu mengamuk. Pengalaman mereka yang menyenangkan justru berakhir di rumah sakit,"
  "Oh. Mungkin setelah mereka menunggangi kuda, mereka diajak berkumpul untuk pulang kembali ke panti asuhan." ucap Annie, ibunya Elicya, disebut juga pemilik panti asuhan.
  "Apakah Nyonya tidak ikut menunggangi kuda?" Daviel menawarkan kuda-kudanya untuk ditunggangi ibu dari temannya itu.
  Ibu dua anak itu tersenyum. "Aku hanya takut tulang-tulangku retak karena menunggangi kuda."
  "Ibuku punya riwayat terjatuh dari kuda semasa dia muda, Viel," tambah Elicya.
  "Iya, dan karena itu kakiku memar." ibunya membenarkan. "Ngomong-ngomong, kalian begitu cocok hari ini, berpakaian sama sebagai sepasang peternak,"
  Daviel memandangi pakaiannya. Sekilas mirip koboy, berkemeja ungu tua bergaris merah, dan baju kodok. Tak jauh berbeda dengan Elicya, kemeja berwarna sama dan baju kodok dengan bawahan rok.
  "Ibu baru memerhatikan?"
  "Entahlah. Kalian layaknya sepasang jodoh." Ibunya berbalik badan dan melangkah keluar rumah ternak sapi milik Daviel.
 
  "Sama sifatnya seperti orangtuaku." keluh Daviel saat ibunya Elicya benar-benar jauh melangkah.
  "Iya. Mereka selalu menjodoh-jodohkan." sambung gerutuan Elicya. "Padahal ini pula hanya pakaian kebersamaan saja, jika aku datang ke peternakanmu."
 
  Arloji jam tangan Daviel berbunyi. Ia sengaja memasang alarm di arlojinya, menentukan seberapa lama anak-anak memerah sapi di sini. Ia ingin semuanya tepat waktu.

Approval Of Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang