Lemah

13 2 0
                                    

Ku susul teman-temanku. Ku lihat mereka sedang bercengkrama, entah mengapa ragaku seperti tak ingin berbicara sedikitpun saat ini, aku tak mengerti apa yang terjadi denganku, namun aku mencoba bersikap biasa saja didepan teman temanku, aku tak ingin membuat mereka bingung.

'Kopi Rei,' Ucap Didi
'Iya,'
'Pesen mie Rei, Bang Yono lagi promo katanya hahahaha,' kata Ipul
'Iya nanti aja,'

Aku bingung harus bersikap bagaimana, aku benar-benar sedang tidak ingin bicara, aku tak mengerti apa yang terjadi apa yang ku rasa.

Tidak. Aku tidak boleh seperti ini, aku tak boleh menjadikan mereka sebagai pelampiasan perasaanku. Lebih baik aku pulang, dan aku akan berusaha memperbaiki suasana hatiku ini.

'Bro, gue balik duluan ya, kurang enak badan nih,'
'Lo sakit Rei? Bisa bawa motor sendiri? Kita anter aja,'
'Udah gak usah Min, gue sendiri aja, duluan ya,'

Aku melajukan motorku dengan kecepatan tinggi, aku merasa ada yang aneh dengan hatiku. Langitpun sepertinya mengerti apa yang aku rasa, ia menghitamkan warnanya, lalu mencurahkan segalanya lewat hujan.

Tolong jelaskan padaku Tuhan, apa yang sedang terjadi pada diriku.
--------

'Rei, kenapa hujan-hujanan sih? Aduh, mandi sana,'

Ibuku terlihat begitu khawatir terhadap kondisi tubuhku yang basah kuyup karena terkena hujan, aku berusaha bersikap normal didepan Ibuku, aku tak ingin sampai dia bertanya apa yang terjadi denganku.

'Iya Bu, Rei mau mandi abis itu makan masakan Ibu,' Ucapku

Seusai mandi, aku langsung ke meja makan untuk menyantap masakan Ibu yang luar biasa enaknya, namun mengapa aku juga tidak selera? Apa aku sakit? Tidak, aku harus makan, Ibu harus melihat aku makan, aku tak ingin ia khawatir.

'Rei nambah ya, ' Ucap Ibuku
'Eh gak usah Bu, Rei mau belajar hehe,'
'Oh yasudah kalau begitu, belajar yang fokus ya nak,' ucap Ibuku

Badanku sangat lemas malam ini. Aku tak punya gairah untuk melakukan apapun, aku hanya ingin berbaring, namun mataku selalu tertuju kepada lukisan mata itu, lukisan yang ku letakkan di atas meja belajarku.

------------
Tak seperti hari kemarin, hari ini aku merasa tak semangat sekolah sama sekali, aku masih tak punya gairah untuk melakukan apapun. Badanku masih lemas karena kehujanan kemarin, flu juga datang menyerangku.

'Rei lo kenapa pucet banget gitu sih?' Tanya Alvian
'Gak papa Min, kurang tidur kali gue, sama lagi sedikit flu doang,'
'Kalau jadi lo gue milih gak masuk sekolah sih Rei, hahaha,' ucap Ipul
'Lo cemen,' jawabku
'Btw, kemarin gue liat Syirin dianter cowok gak tau siapa, sore-sore pas gue balik dari warkop,' Ucap Alvian

Iya, aku tahu semua itu, aku tahu ia dijemput lelaki itu, aku tahu mereka dekat, aku tahu aku bukan siapa-siapa.
Aku juga tahu, kemarin mereka tak langsung pulang, pasti kemarin mereka menghabiskan sore bersama, pasti sore mereka indah, pasti lelaki itu bahagia karena berdua dengannya.

Sudahlah, apa yang aku pikirkan ini.

'Rei woi kenapa lo bengong,' ucap Iki mengagetkanku.
'Eh iya kenapa Ki,'
'Gua udah nanya lo daritadi tapi lo ga respon,'
'Eh sorry, kepala gue soalnya agak pusing, nanya apa?'
'Lo udah tau kalo Syasya putus?'
'Gue gak pernah tau, emang urusannya sama gue apa?'
'Dia kemarin bilang, mau ketemu sama lo katanya kangen, dia whatsapp gue kemarin,'
'Lagi sibuk, bilang aja gitu,'
'Hm oke Rei'

Mengapa harus Syasya lagi, mengapa ia tiba-tiba mengatakan rindu? Sungguh saat ini aku sudah melupakannya. Mengapa dia ingin bertemu denganku setelah putus dengan kekasihnya? Kemana dia ketika masih berpasangan? Bahkan saat aku ingin berteman saja ia tak mau, sekarang ketika sudah kehilangan ingin memulai lagi.

Saat ini aku hanya ingin memperbarui hidupku dengan sesuatu yang baru. Bukan kembali ke masa lalu.

The Rain in the Summer[editing]Where stories live. Discover now