Mata coklat

24 3 0
                                    

Tentu saja, aku dan teman temanku terkena hukuman dari Pak Muzal karena telah melanggar peraturan yaitu bermain bola di jam sekolah, dan mengenakan bola itu ke jidat seorang siswi. Baiklah aku terima hukuman itu.
'Sekarang kalian berdiri di depan tiang bendera dengan membawa ini! Satu jam pelajaran,' ucap Pak Muzal
Sial. Aku harus membawa tulisan 'SAYA BERJANJI TIDAK AKAN BERMAIN BOLA LAGI DI JAM SEKOLAH'
'Tapi pak,' ucap Ipul
'Gak ada tapi-tapian, cepat kedepan tiang bendera!'

Aku dan teman temanku segera membuat saf di depan tiang bendera seperti ingin sholat jumat . Cuaca sangat panas . Belum lagi banyak teman-temanku yang meledek dari atas gedung ,tentu saja aku tidak malu, ini sudah biasa.
Dan entah kenapa aku tiba-tiba teringat matanya yang coklat, mata ketika ia marah, ya mata coklatnya. Dan aku juga teringat pada alisnya yang mengkerut ketika tadi ia marah.
Ipul tiba-tiba memecah suasana.
'Sorry ni gara-gara gue kita jadi kena,'
'Santai aja pul, udah biasa kan kita kayak gini. Jalanin aja ga pengaruhin masa depan kita ini.' Jawab Alvian
'Tapi kita jangan kayak tadi lagi ya, takut ada yang kena lagi,' Ucap Didi
'Iya kita juga salah,' sambung Rido
'Udah sih seru kayak gini, kapan lagi kan haha,'ucapku
Aku tidak menyesal telah melakukan pelanggaran ini. Bagaimanapun aku jadi bisa melihat mata coklat yang indah, walaupun pertemuan ku dengannya tidak seromantis kisah-kisah lainnya ,itu sama sekali tidak masalah bagiku.

Ia juga sudah membuatku mengingkari omonganku, aku jadi berpikir mungkin benar ia akan jadi penyemangatku?hahaha.
Ah sudah aku tidak mau terlalu banyak menghayal, siapa yang tau jika ternyata dia tidak akan suka padaku, atau mungkin dia sudah memiliki kekasih. Namun tak dapat aku pungkiri aku menyukai matanya. Aku jatuh cinta pada tatapannya. Tidak. Apa ini mana mungkin aku jatuh cinta kepada mata seseorang.

Akhirnya hukuman kami berakhir, menurutku hukuman ini tidak terlalu berat karena selesai hukuman langsung bel pulang sekolah. Aku langsung bergegas kekelas mengambil tas ku. Aku keluar kelas dengan berlari karena teman teman ku sudah duluan ke parkiran.

Tiba-tiba......

'Brughh'

Aku menabraknya. Menabrak dia,

Pak Muzal.

Buku yang ia bawa jatuh. Dan tentu saja aku meminta maaf dan membantu membereskannya.
'Kamu ini bisa gak sih satu hari gak membuat masalah.' Ucapnya
'Hehe maaf Pak saya gak sengaja soalnya lagi buru-buru, maafin saya ya pak,' ucapku
Setelah beres semua aku langsung berdiri dan bergegas pergi ,namun tiba-tiba aku mendengar suara seorang gadis yang berbicara pada Pak Muzal di belakang ku dan aku memberhentikan langkahku.

'Pak saya mau ulangan matematika susulan,' ucap gadis itu

Suara gadis itu, aku benar-benar ingin membalikkan badan ku.
Namun ketika aku membalikkan badan, ia sudah pergi bersama Pak Muzal. Ah rezeki sekali Pak Muzal itu.

Namun mengapa aku sangat mengenal suaranya , padahal aku baru satu kali berbicara dengannya.

The Rain in the Summer[editing]Where stories live. Discover now