Selalu teringat.

23 3 0
                                    

Apa yang terjadi denganku? Ada apa ini? Apa yang ku pikirkan? Apa aku sedang.....

Tidak.
Bahkan mengenal dirinya saja belum. Apa yang terjadi ini Tuhan.
Mengapa detak jantung ini semakin tak beraturan? Rasanya ingin ku copot jika bisa.

Ku akui dia indah. Aku selalu teringat senyumnya. Aku selalu teringat matanya. Baiklah. Sudah. Mungkin dengan membaca buku aku dapat menghilangkannya.

Aku pun mengambil buku-buku apa saja yang ada di rak ku.

'Nak, motor kamu masukin dulu, sudah malam,' ucap ibuku yang tiba-tiba memecah suasana hening dikamarku.
'Iya Bu'

Ternyata diluar hujan lagi, suara hujan sampai tak terdengar karena pikiranku dipenuhi dengannya.

Ternyata sudah pukul 23.20, tapi mengapa aku belum juga bisa menutup mataku untuk tidur? Ah mengapa senyumnya datang lagi! Sudah. Pergi lah sejenak, izinkan aku tidur.

*******
Syukurlah pagi ini tidak hujan, aku bisa pergi sekolah dengan motorku, dan hari ini aku tak ingin terlambat, aku harus sampai sekolah tepat waktu. Dan benar saja teman temanku sudah datang semua. Ah kapan aku bisa datang pertama.

'Rei, nanti lo mau ambil jurusan apa jadinya? Gue masih bingung, masih mikir-mikir,' ucap Iki
'Gue mau ilmu komunikasi, tapi kalo gak dapet gue mau bisnis manajemen, kalo dari kelas 10 gue mau yang berbau olahraga sih, tapi nyokap ga ngizinin,'
'Gue nyesel kenapa gak dari dulu gue nentuin jurusan apa nanti yang bakal gue pilih,' ucap Iki
'Hahahaha pacaran mulu sih lo,'

Aku sadar, aku harus serius mengolah masa depanku, jadi aku sudah punya rencana untuk kedepannya, walaupun orang-orang melihatku sebagai anak yang nakal dan pemalas tapi mereka tidak pernah tahu, sebenarnya aku punya keinginan yang kuat untuk mencerahkan masa depan ku. Aku tak pernah bermain-main dengan nilai-nilaiku.
*****
Hari ini aku tidak melihatnya, dimana dia, apa jangan-jangan tidak masuk? Ah tidak, sekolah ini besar, aku takkan bisa selalu melihatnya. Sudahlah, ini waktunya belajar.

*****

Sebenarnya hari ini adalah jadwal ekskul bola, tapi tentu saja aku tidak ikut, aku harus langsung pulang, karena banyak sekali tugas sekolah, lagipula aku juga sudah dianjurkan untuk off dari ekskul.

Dan ketika aku jalan ke arah gerbang sekolah aku melihat Syirin . Tapi dengan siapa? Lelaki tinggi, tapi tak begitu tampan, mengapa mereka terlihat sangat akrab? Atau jangan-jangan? Huh. Lelaki itu akhirnya pergi meninggalkan Syirin, pasti itu temannya, tak mungkin sekali Syirin memiliki kekasih seperti itu.
Namun mengapa aku overthinking? Entahlah.

'Syirin, seneng banget sendirian. Lagi nungguin siapa?' Sapaku
'Eh Kak, lagi nungguin temen gue hehe, lo juga tumben jalan sendirian,'
'Iya temen temen gue udah pada duluan,' ucapku
'Oh gitu,'
'Temen lo yang kemarin ngajak bareng tapi gak jadi itu?' Tanyaku
'Iya nih,'
'Kalo dia gak bisa lagi gimana, naik ojek?'
'Minta jemput kakak gue hehe,'

Mengapa aku sangat berharap temannya tak bisa lagi menjemputnya. Haha ini gila.

'Huh,' ucapnya
'Kenapa?gak bisa lagi ya?'
'Iya katanya ban mobilnya bocor dijalan,'
'Sama gue lagi mau?'
'Gak usah kak, ngerepotin banget gue gak enak, gue minta jemput aja,'
'Ngerepotin apa sih, emangnya lo naiknya harus dipangku? Kan enggak, haha. Udah ayo,'
Akhirnya aku bersamanya lagi, ya Tuhan terimakasih atas sore-Mu yang indah ini.

Aku makin senang, karena kali ini ia yang memulai pembicaraan selama di jalan.

'Kak maaf ya kemarin gue gak sopan marah-marah ke lo ,ya karena gue kesel aja temen gue kena bola,' ucapnya
'Haha santai aja kali Rin, malah seharusnya gue yg minta maaf, lo gak salah, lupain aja ya,'

Banyak yang kami perbincangkan selama dijalan, mulai dari sahabat-sahabatku sampai ke hal-hal buruk yang ada disekolah.

'Thanks ya Kak, hati hati,' ucapnya
'Sama-sama Rin,'

Setelah mengantarnya aku merasa bahagia sekali entah mengapa, rasanya berat untuk melajukan motor ku dari rumahnya.
Dan ,sial! Aku bertemu Alvian ketika di pertigaan dekat rumah Syirin, kami pun sama-sama menepikan motor kami, semoga Alvian tidak berfikir yang aneh-aneh.

'Eh darimana lo?' Tanya Alvian
'Itu tadi abis makan bakso tuh disitu,'
'Sejak kapan lo suka makan sendirian haha,'
'Sejak tadi lah, lo dari mana?'
'Abis nganter nyokap, kan tadi gue udah bilang ke lo makanya gue balik duluan,'
'Ohiya, sorry gue lupa,' jawabku
'Eh itu tuh rumahnya Syirin,'
'Ohh yang itu ya, baru tau gue,'
'Yaudah gue cabut ya Rei,'
'Iya gue juga mau cabut, Hati hati lo,'

Huh. Syukurlah Alvian tak berfikiran seperti apa yang terjadi tadi. Maaf aku harus berbohong, karena aku belum siap jika mereka tahu aku sudah mengenal Syirin.

Dan haripun semakin senja, aku hampir saja melupakan tugas-tugasku.

The Rain in the Summer[editing]Where stories live. Discover now