Hampir

16 3 0
                                    

Semakin hari aku semakin tak mengerti dengan apa yang ku rasa. Aku semakin mengingatnya, semakin merindunya. Walaupun aku sendiri jarang bertemunya.

Rasanya aku ingin terus menikmati senyumnya, menatap matanya, mendengar suaranya.

Ku akui, fase jatuh cinta ku ini tak seindah kisah-kisah lain.
Aku tiba-tiba jatuh cinta kepadanya, aku ingin selalu dekat dengannya, walaupun itu bagaikan menggapai bulan.
-----------

Entah ada apa, namun hari ini kami dipulangkan lebih cepat. Sepertinya sedang ada urusan sekolah yang sangat penting. Aku dan kawan-kawanku segera turun kebawah dan kami ingin segera pulang. Aku yang pulang, tetapi tidak dengan mereka. Karena mereka akan mampir kerumahku.

Dan ini terjadi lagi,  Syirin di depan gerbang sekolah. Aku bingung harus bagaimana, aku ingin menyapa Syirin, namun aku sedang bersama teman-temanku saat ini.

Mungkin aku harus melakukan sesuatu.

'Hm, bro kalian ke parkiran duluan. Gue mau ke toilet dulu. Kebelet,' Ucapku
'Yeh, sekalian aja nanti dirumah,' Ucap Alvian
'Gak bisa Min, gak tahan, duluan aja,'

Aku berlari ke arah toilet, namun aku tak serius ke toilet. Aku hanya bersembunyi dibalik tembok. Kawan-kawanku berjalan meninggalkan sekolah ini, perlahan lahan aku langkahkan kaki ku untuk mendekat kepada Syirin.

Dan kini aku berada tepat didepannya.

'Rin, dijemput?' Tanyaku
'Nggak, Kak'
'Terus?'
'Gue naik kendaraan umum,'

Aku saat ini sedang ada diantara dua sisi, di satu sisi, saat ini teman-temanku sedang menungguku diparkiran, namun disisi lain aku tidak bisa melihat Syirin sendirian.

'Terus kenapa belum pulang?' Tanyaku lagi
'Nunggu Lulu,'
'Oh.. Pulang bareng Lulu?'
'Iya Kak hehe,'
'Yaudah kalo gitu, hati-hati ya. Gue duluan,'

Huh, syukurlah ternyata dia pulang bersama Lulu, ia tak sendirian. Hatiku terasa begitu tenang.
Akupun berlari menuju teman-temanku yang sudah ada diparkiran.
-----------

Rumahku terlihat sepi, hanya ada Bi Kia, Ibu baru saja berangkat ke tempat cateringnya, dan Bi Kia bilang Ibu tak akan lama, hanya ada urusan sedikit. Sementara Ayah memang selalu pulang malam.

Bi Kia menyediakan kami banyak makanan dan juga minuman. Bi Kia tentu sudah mengenal mereka. Dia paling hapal dengan wajah Ipul.

'Mas Saipul nih Bibi buatin es jeruk, Bibi tau mas gak suka teh manis,' ucap Bi Kia
'Makasih Bibiii,' Jawab Ipul

Kami menghabiskan siang ini bersama. Kamarku seperti kapal pecah karena kedatangan mereka.

Dan astaga!

Aku baru teringat lukisan itu, sampai saat ini mereka belum menyadarinya, karena mereka terlalu fokus dengan perbincangan ini dan juga terhadap makanan.
Apa yang harus aku lakukan? Membiarkan lukisan itu tetap tertata atau diam-diam melepasnya? Sungguh aku takut jika mereka menyadari lukisan mata itu, aku takut mereka tahu jika mata indah itu adalah milik Syirin.

Baiklah. Aku tidak akan melepasnya. Aku tak ingin membuat mereka curiga.

'Eh tryout pertama kapan sih?' Tanya Iki
'15 Februari, kayaknya,' jawab Alvian
'Gue udah les di segala tempat, bahasa inggris, matematika ,segala macem tapi tetep aja gue gak fokus,' Ucap Iki
'Lo tuh gak boleh kebanyakan pikiran Ki, gue aja udah stop modusin cewek-cewek,'
'Ohh profesi lo udah berakhir nih?' Ucap Ipul
'Lanjut lagi lahh kalau udah selesai ujian hahaha,'

Aku benar-benar gugup saat ini, aku hanya terdiam, aku takut mereka tersadar dengan adanya lukisan itu.

'Woi Rei!' Panggil Ipul
'Lo belakangan ini bengong terus,' Sambung Didi
'Sorry-sorry, kenapa bro?' Jawabku
'Ya gak papa, lo diem aja daritadi,' Sambung Iki

Tiba-tiba......

'Rei, itu lukisan apa?'
'Ha? Lukisan mana? Hmm itu.. Lukisan matanya itu.....' Ucapan ku terputus
'Kok mata sih? Itu yang deket lemari lo, kalau yang mata sih gue tahu pasti lukisan beli,'
'Ohh...itu abstrak aja, asal gue hahaha,' jawabku

Huh. Rasanya hati ini lega sekali, aku kira Alvian akan menanyakan lukisan mata itu. Ternyata aku salah.

'Tapi kayak gue kenal matanya,' Ucap Ipul tiba-tiba
'Hah? Bukan mata siapa-siapa,'
'Itu loh......'

Sepertinya semua akan terbongkar hari ini, baiklah akan kusiapkan diriku untuk menghadapi mereka semua.

'Emma Roberts!'Ucap Ipul

Ah sial ku kira Ipul tahu yang sesungguhnya. Syukurlah hal ini belum terjadi.

Hari semakin sore , mereka semua memutuskan untuk pulang. Dan kami akan bertemu kembali esok hari.

The Rain in the Summer[editing]Where stories live. Discover now