Menahan

18 3 1
                                    

Sudah 14 hari aku tak melihatnya. Aku tak tahu bagaimana kabarnya, aku juga tidak pernah melihat dia lagi di depan gerbang saat pulang sekolah, ketika baru sampai sekolahpun aku tak pernah bertemu, dan jika aku melewati kelasnya juga ia tak pernah muncul. Kemana dia? Mengapa kami satu sekolah tapi sulit sekali bertemu?
------------

Hari ini adalah rabu, dan aku tak berharap untuk bertemunya, karena aku merasa dia adalah seseorang yang hanya sekedar lewat di hidupku dan memberi kesan tersendiri. Aku sadar aku tak seharusnya seperti ini dari awal. Hari rabu ini aku sudah mulai mengikuti les tambahan sepulang sekolah, walaupun bertemunya aku pun tak bisa menawarkan untuk mengantarnya. Mungkin aku harus mengembalikkan hidupku seperti semula. Walau tak dapat kupungkiri hatiku selalu menyebut namanya dan merindukan senyumnya.

Namun, aku percaya takdir Tuhan, ia selalu menciptakan sesuatu yang tak terduga, sesuatu yang indah akan dia ciptakan tanpa kita duga. Percayalah.
----------
Aku mengikuti pembelajaran dengan tenang, aku mulai bisa hidup seperti biasa tanpa ada rasa apapun.

'Rei, nanti pulang sekolah lo les? Tanya Iki
'Iya nih,'
'Syasya maksa mau ketemu lo,'
'Kenapa dia gak bilang sendiri? Kenapa harus lewat lo Ki?' Jawabku
'Dia gak bisa, dia mau ketemu sama lo,'

Sungguh aku sedang tak ingin bertemunya. Aku pun tak tahu mengapa sangat sulit untuk hanya sekedar berbicara dengannya, aku tak ingin memutus pertemanan ku dengannya, tetapi aku memang sedang tak ingin bicara dengan Syasya.
---------

Oh tenyata hari ini Tuhan merencanakan pertemuan ku dengan Syirin. Aku dipertemukan lagi di depan gerbang sekolah ,seperti biasa ia sendiri, aku bingung harus bersikap bagaimana, namun lebih baik jika aku menyapanya.
'Eh Rin, gak keliatan 2 minggu,' ucapku
'Hehe, lo tuh yang gak keliatan, gue gak pernah liat lo,'
'Haha yang penting sekarang ketemu, yaudah gue duluan ya ada urusan,' ucapku
'Iya kak,'

Aku sangat singkat berbicara dengannya, mengapa aku tak bisa walaupun sekedar basa basi untuk menawarkannya pulang, dia sedang sendiri, aku tak bisa melihatnya sendirian . Baiklah aku akan menawarkannya pulang.

Aku membalikkan badanku.

Dan benar saja, aku terlambat.

Ia sudah dijemput oleh lelaki itu, ia sedang memakai helm yang diberikan lelaki itu, lelaki itu beruntung sekali bisa dekat dengan Syirin, walaupun aku tidak tahu sebenarnya apa hubungan mereka, namun tentu saja aku tidak akan mengganggu.

Aku membalikkan badanku lagi, dan melanjutkan langkahku untuk mengambil motorku.

Mengapa aku harus melihatnya? Mengapa hatiku seperti ditombak? Mengapa seperti ada duri yang tersangkut dihati ini?

Tidak! Ingat, aku bukan siapa-siapa, berkenalan saja baru, bagaimana bisa aku seperti ini?

Tapi apa bisa kalian menyalahkan hati? Apa bisa aku memilih kepada siapa aku akan jatuh cinta? Mungkin aku belum terlalu lama mengenalnya, namun siapa yang bisa menebak kapan cinta akan datang?

Sepanjang perjalanan menuju tempat les mataku terasa panas, aku seperti sedang menahan sesuatu, aku tak ingin ada yang jatuh dari mataku. Sungguh aku seperti tak mengenal diriku sendiri saat ini.

"Waktu tidak menentukan cinta. Ada yang baru satu hari namun langsung jatuh mencinta. Adapula yang sudah satu tahun namun tak kunjung menjatuhkannya"

The Rain in the Summer[editing]Where stories live. Discover now