Buruk

14 2 0
                                    

Aku masuk ke dalam kelas dengan pikiran yang tak mengarah.
Aku tak mengerti mengapa Syirin semakin lemah, apa aku benar-benar tak berfungsi selama seminggu ini? Aku merasa tidak bisa mempengaruhi perasaannya.
*******

Tepat jam 2 siang aku keluar dari sekolah, tak ada Syirin, Lulu bilang ia dijemput Ibunya karena ia sakit tadi.

Aku tau jiwanya saat ini sedang terguncang, aku memang tak bisa mengubah keadaan.
----------
Aku melangkahkan kakiku ke parkiran untuk menjemput motorku bersama Didi.

'Rei, gue tau lu lagi deket sm Syirin,'

Langkahku sontak terhenti, aku cukup terkejut mendengar perkataan Didi.

'Lo tau darimana?'
'Gue liat lo udah 3 kali pulang bareng Syirin,'
'Hmm,'
'Iya gapapa Rei, asal jangan macem-macem bukan muhrim inget,'
'Di, tapi,' ucapku terpotong
'Iya santai aja, gua gak akan bilang ke yang lain,'

Ternyata Didi sangat mengerti pikiranku. Kami kembali melangkahkan kaki, pikiranku melayang layang aku sungguh tidak menebak ini akan terjadi.

*********

Hari ini adalah tanggal merah, aku akan pergi bersama Alvian, aku akan menemaninya mencari outlet jersey.
Tepat jam 10 aku berangkat bersamanya.

Setelah selesai, kami berkunjung ke toko buku untuk sekedar melihat dan membeli buku-buku khusus ujian nasional, sungguh aku tak pernah seperti ini sebelumnya.

'Rei, tolong cek buku yang dikirim di grup whatsapp deh, gue lupa yang mana,'
'Bentar,'

Aku mengeceknya, namun ternyata ada pesan dari Syasya, aku hanya melihatnya tanpa membalasnya.

'Nih,Min,'

Aku membuka pesannya, pesan dari Syasya dan membalasnya, kamipun memulai sebuah percakapan singkat.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Percakapan itu harus terpotong karena aku sedang tidak ingin mengaktifkan handphone saat ini, aku memasukannya kembali di saku celanaku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Percakapan itu harus terpotong karena aku sedang tidak ingin mengaktifkan handphone saat ini, aku memasukannya kembali di saku celanaku.
--------
Kamipun pulang karena sudah menemukan apa yang kami cari, langit begitu mendung, namun syukurlah ia tidak menjatuhkan air nya ketika aku dijalan.
Barulah ia menjatuhkannya ketika aku sampai rumah.

Aku mengaktifkan handphone ku kembali dan mengecek whatsapp, aku sadar aku salah karena hanya membaca pesan dari Syasya tanpa membalasnya. Aku membalas pesannya, dan benar saja ia mengatakan hal itu.

Aku mengakhiri percakapanku dengannya karena aku akan mengantar Ibuku ke tempat cateringnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Aku mengakhiri percakapanku dengannya karena aku akan mengantar Ibuku ke tempat cateringnya.

*******
Malam ini hujan, benar-benar  menggambarkan hatiku yang gelap dan dingin karena sudah terlalu lama tak di dekap.

Aku teringat Syirin, bagaimana dia saat ini? Apakah sudah membaik? Iya benar-benar tak membalas pesanku, dan aku juga tidak ingin mengganggunya, aku harap dia baik-baik saja.

Aku memejamkan mataku yang sudah terasa sangat berat, semoga esok aku akan melihat senyumnya lagi, dan dapat mendengar suaranya.

*******
Aku berlari kencang karena aku sudah terlambat 5 menit dan aku benar benar menghindari Pak Muzal, dan beruntung, aku tidak tertangkap dan berhasil masuk kelas, beruntung lagi dikelasku belum ada guru.
'Telat lagi lo Rei,' ucap Ipul
'Iya macet banget, gue juga bangun kesiangan,' jawabku
'Dapet kemarin jersey nya?'
'Dapet satu doang tuh Si Amin,'

Tak beberapa lama Bu Vivi masuk, ia adalah guru mata pelajaran sosiologi. Dan ia adalah wali kelas Syirin. Pelajaran ini sangat membuat ku mengantuk, namun tak apa, inilah tuntutan menjadi anak sosial.

*******
Ketika sudah satu jam belajar, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kelasku, ternyata itu adalah murid Bu Vivi, atau bisa jadi temannya Syirin
Mereka berbicara sesuatu, namun tak aku hiraukan dan tetap melanjutkan menulis. Tak berapa lama Bu Vivi izin keluar kelas, sepertinya ada urusan penting.

Kelas tetap hening, sampai Bu Vivi kembali ke kelas.

'Maaf ya nak, tadi ada urusan sebentar murid Ibu ada yang masuk rumah sakit,'
'Siapa Bu?' Celetuk Ipul
'Syirindita,'

Aku terdiam mematung, mataku terasa panas, perasaanku pun tak karuan. Didi langsung menengok ke arahku, dan aku tahu apa yang ia maksud.
Apa yang terjadi dengannya? Sakit apa dia? Seketika tubuhku menjadi lemah mendengar kabar tersebut.

'Ohh, Syirin yang cantik itu ya bu,' Ucap Lutfi teman kelasku
'Iya, yang kayak bule . Yasudah lanjutkan lagi ya kerjain tugasnya,' ucap Bu Vivi

Aku masih diam. Seperti tak sanggup walaupun hanya memegang pulpen.

*******
Bel istirahat berbunyi, aku tak ada hasrat untuk beranjak dari tempat duduk. Namun aku tahu apa yang lebih baik aku lakukan daripada sekedar duduk diam disini.

'Masih sakit dia Rei,' ucap Alvian
'Lo berdua emang tau?' Tanya Iki
'Kemarin pingsan dia, gue yang nolongin sama Rio anak bahasa, pucet banget gitu deh,'

Aku berdiri, aku akan mencari Lulu.

'Gue ke bawah dulu ya,' ucapku

Aku melangkah cepat menuju kelas Syirin, aku ingin menemui Lulu, dan kebetulan ia keluar kelas.

'Syirin kenapa?' Tanyaku
'Sakit Kak,'
'Iya sakit apa?'
'Tifus,'
'Rumah sakit mana? Tolong kasih tau gue, gue mau kesana,'
'RS Husada, kelas anggrek, kamar 420,'
'Yaudah, makasih Lu,'

Aku segera kembali ke kelas.
Hanya ada Didi disana, dan aku tahu dia yang mengerti aku saat ini.

'Mau jenguk Rei?' Ucapnya
'Iya,'
'Kapan?'
'Kalau bisa cabut, gue mau sekarang,'
'Jangan nekat.'
'Gue gak bisa kayak gini ,Di. Lo harus tau pikiran gue jadi kacau ,'
'Rei, doain aja yang terbaik. Jangan pake cara kayakgini,'

*******
Bel pulang sekolah berbunyi, aku langsung berlari ke parkiran, sedangkan teman-temanku masih ada urusan di sekolah.

-------
Pikiranku saat ini dipenuhi olehnya, aku harus menemuinya, aku harus tau keadaannya.

The Rain in the Summer[editing]Where stories live. Discover now