Jeonghan sedikit terusik saat sinar matahari mengenai wajahnya. Jeonghan meraih selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya, tapi itu semua kembali terganggu saat seseorang menarik selimutnya.
"Ahjumma, aku tidak ada kelas hari ini. Biarkan aku tidur. Aku masih mengantuk, Sehun hyung baru mengajakku pulang jam 4 tadi ahjumma" gumam Jeonghan dari dalam selimutnya.
"Mengabaikanku seharian dan kau justru pergi dengan Sehun hyung?" Suara dingin itu mampu membuat bulu kuduk Jeonghan berdiri dan dia segera menyingkirkan selimutnya lalu mendapati Seungcheol yang menatapnya tajam.
"Aish kau mengagetkan ku saja"
"Apa yang kau lakukan dengan Sehun hyung?" Tanya Seungcheol.
"Tidak ada. Kami hanya menonton Race semalam" Jeonghan kembali mengabaikan Seungcheol dan mulai memejamkan matanya.
"Kau marah padaku? Kenapa mengabaikanku dan tidak mengabariku sama sekali?"
"Aniy. Untuk apa aku mengabarimu saat kau tidak mengabariku?"
"Ya Tuhan. Do Yoon harus ke rumah sakit untuk mengambil obat kemarin jadi aku harus segera menemuinya"
"Aku tidak perlu tahu. Keluarlah, aku ingin tidur lagi" jawab Jeonghan dengan ketus.
"Kau benar-benar kekanakan Jeonghan. Lakukan apa yang ingin kau lakukan"
Tak lama Jeonghan mendengar suara bantingan pintu kamarnya yang sangat keras, tapi tidak membuatnya beranjak dan justru memejamkan kedua matanya. Dia tidak ingin merusak suasana hatinya dengan memikirkan Seungcheol serta Do Yoon.
Namun untuk kesekian kalinya, seseorang mengganggu tidurnya. Pada awalnya Jeonghan mengabaikannya, tapi siapapun orang yang menghubunginya itu tidak berhenti mencoba menghubunginya.
"Wae????!!!" Tanyanya dengan sangat kesal.
"Jeonghan ah. Kau marah padaku" suara lembut Do Yoon membuatnya menjauhkan ponselnya dan mendapati nama Do Yoon di layar ponsel.
"Ah Do Yoon ah. Aniy, aku hanya sedang kesal karena sejak tadi orang terus mengganggu tidurku. Wae?"
"Aniy, Seungcheol sedang kesal dan dia bilang kau mengabaikannya"
"Moodku sedang buruk jadi aku mengabaikannya. Do Yoon ah, bisakah kau menghubungiku nanti? Aku benar-benar butuh tidur sekarang" ucap Do Yoon.
"Arasseo. Aku akan menghubungimu nanti, selamat tidur dan aku akan menenangkan pangeran Seungcheol atau dia akan mengamuk seharian ini"
"Annyeong!!"
Jeonghan lalu men-Silent ponselnya dan kembali tidur jika tidurnya tidak cukup, bisa dipastikan ia akan marah pada semua orang. Namun harapan Jeonghan tidak pernah sesuai keinginannya karena kini ia harus kembali terbangun karena suara teriakan serta bantingan di lantai bawah.
"Kenapa mereka tidak pernah bisa membuatku tidur dengan tenang?" Geram nya.
Jeonghan menendang selimutnya dengan sangat kesal. Ia kemudian mengambil ponsel, memakai jaket serta sepatunya dan keluar dari kamar.
Di lantai bawah, suara teriakan semakin keras dan itu semakin membuat kepala Jeonghan sakit. Kedua orang tuanya baru saja datang dari acara kantor mereka di New York, jika kalian berfikir Jeonghan memiliki orangtua yang harmonis maka kalian salah besar. Orangtuanya selalu bertengkar karena mereka tidak pernah sepakat akan semua hal, mereka selalu bersikap mesra jika hanya di depan TV atau ketika berkumpul dengan rekan bisnisnya. Karena itu Jeonghan selalu mengatakan jika HIS parents Love is fake.
"Yoon Jeonghan, kau ingin kemana?" Tanya sang Umma.
"Sejak kapan kalian peduli?" Tanya Jeonghan sambil mencari kunci mobilnya.
YOU ARE READING
That Promise
FanfictionCinta adalah sebuah misteri dimana kau tidak akan tahu, kapan ia datang? Kepada siapa cinta itu akan jatuh? Just a simple Story about Love