Jeonghan sedang mempelajari beberapa berkas kerjanya mengenai kerja sama dengan beberapa perusahaan di kamarnya, lalu ummanya masuk dengan membawakan segelas susu.
"Sayang, besok malam kau harus pergi makan malam untuk membicarakan sebuah bisnis"
"Umma tahu aku tak akan melakukannya. Suruh saja vernon menggantikan ku, aku sudah menyuruhnya ke Seoul dan sepertinya dia sudah datang" ujar Jeonghan tanpa mengalihkan pandangannya dari laptopnya.
"Tapi ini merupakan kesepakatan besar"
"Dengan siapa Umma? Bukankah seharusnya mereka tahu kalau aku tidak pernah bertemu dengan mereka"
"JYO Group. Mereka mengajukan kesepakatan kerja dengan perusahaan kita, kau akan bertemu dengan Sehun untuk membicarakan kesepakatan kita"
"Sehun hyung? Aku tidak mau Umma. Suruh saja vernon atau umma ingin menemuinya langsung"
"Oh abeonim mu yang meminta pada Umma agar kau yang mengurus langsung kesepakatan ini. Umma tahu kau sudah berpisah dengan Sehun, tapi kalian hanya akan membicarakan kesepakatan itu" ujar Ummanya.
"Aku akan menyuruh vernon untuk ikut denganku, jika dia menolak maka aku juga akan menolak tawaran itu"
"Sayang, mengertilah. Bukan Umma takut kehilangan investasi itu tapi karena Umma sangat menghormati appa Sehun"
"Aku mengerti. Jika dia memang ingin membicarakan tentang kesepakatan maka dia tidak akan menolak kalau aku membawa vernon"
"Baiklah. Umma akan bicarakan dengan appa Sehun. Setelah pekerjaanmu selesai cepatlah tidur"
"Ne umma"
Jeonghan segera menyelesaikan pekerjaannya, saat ia akan tidur, ponselnya berbunyi dan itu telpon dari Seungcheol. Jeonghan melihat lagi kearah jam, jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.
"Wae cheol ah? Ini sudah malam apa kau lupa?"
"Jeonghan ah, bisakah kau ke rumah sekarang? Seung Yoon terus menangis memanggil Do Yoon, ini sudah hampir 1 jam dan aku tidak bisa membuatnya diam. Tolong aku"
"Baiklah, aku akan kesana sekarang"
Jeonghan segera menendang jauh selimutnya, mengambil jaketnya dan berlari turun ke bawah. Ia segera menaiki mobil dan mengendarainya ke rumah Seungcheol, dalam 30 menit dia sampai di rumah Seungcheol. Ketika ia memasuki rumah itu, suara tangis menggema di seluruh rumah ketika Jeonghan memasukinya.
"Ahjumma, dimana Seungcheol?"
"Tuan ada di kamar tuan muda Seung Yoon"
"Ahjumma, bisa buatkan susu kesukaan Seung Yoon?"
"Ne, akan saya buatkan"
Jeonghan naik ke lantai 2, ia lalu mulai mengikuti suara tangis Seung Yoon. Ia membuka pintu kamar dengan nama Seungyoon di depannya.
"Sayang, jangan menangis lagi. Ayo tidur"
"Aniyaaaaaaa!! Umma! Seungyoon ingin Umma huaaa"
Jeonghan menepuk bahu Seungcheol, ia bisa melihat pandangan permintaan tolong di wajah Seungcheol.
"Turun dan tenangkan dirimu dulu, aku akan menenangkannya"
"Gomawo"
Setelah Seungcheol pergi, Jeonghan menggendong Seungyoon. Wajah namja cilik itu terlihat memerah, dia pasti terlalu banyak menangis.
"Ulljima sayang. Jeonghan samchon disini"
"Umma hiks.... Seungyoon ingin Umma"
"Seungyoon tahu sebuah cerita? Do Yoon Umma saat ini sudah bersama dengan Tuhan, Umma sudah bahagia dan tidak akan kesakitan lagi. Jika Seungyoon melihat ke langit, Umma ada disana mengawasi Seungyoon bersama appa. Umma akan sedih jika Seungyoon menangis, nakal dan merepotkan appa"
YOU ARE READING
That Promise
FanfictionCinta adalah sebuah misteri dimana kau tidak akan tahu, kapan ia datang? Kepada siapa cinta itu akan jatuh? Just a simple Story about Love