How?

620 96 16
                                    

Jeonghan tiba-tiba membuka kedua matanya ketika mimpi buruk itu datang, nafasnya terengah-engah karena kejadian yang baru saja ia lihat dalam mimpinya. Jeonghan melihat Leo yang masih tertidur dengan begitu nyenyak di sebelahnya.

"Kenapa aku bermimpi seperti itu? Kenapa dia mengucapkan kata perpisahan padaku? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Jeonghan menarik Leo mendekat padanya, ia berusaha tidur kembali bersamaan dengan telpon rumahnya yang ada di lantai 2 berbunyi. Jeonghan mengangkat tangannya secara perlahan agar tidak membangunkan Leo, ia kemudian keluar dari kamarnya untuk mengangkat telpon itu tapi ternyata ummanya sudah mengangkat telpon itu terlebih dahulu.

Jeonghan hanya berdiri disana dan memperhatikan perubahan raut wajah ummanya itu.

"Kami akan segera kesana" ujar ummanya yang lalu menutup telpon itu.

"Ada apa umma? Siapa yang menelepon jam 3 pagi seperti ini?"

"Dari kediaman Choi. Jeonghan ah, Do Yoon meninggal. Mereka sedang mempersiapkan persemayamannya di rumah sakit universitas Seoul"

"Umma jangan bercanda. Baru kemarin lusa aku bertemu dengan Do Yoon dan dia baik-baik saja"

"Kondisi Do Yoon sudah memburuk sejak kemarin sore, mereka lalu membawa Do Yoon kerumah sakit untuk persiapan operasinya pagi ini tapi ternyata.... Do Yoon lebih memilih untuk menyerah Jeonghan ah, baru saja"

"Eotokhaji? Apa yang harus aku lakukan Umma?"

"Tenanglah, tenangkan dirimu. Sekarang kembali ke kamarmu, bangunkan Leo dan ganti pakaian kalian. Lalu kita akan ke rumah sakit untuk menemui mereka, jangan menangis di depan mereka sayang. Seungcheol membutuhkanmu saat ini, dia buruh sahabatnya untuk menguatkannya" Umma Jeonghan mulai mengelus pipi putranya yang kini mulai pucat.

"Arasseo, aku akan bersiap"

Dengan lunglai Jeonghan memasuki kamarnya, ia duduk di samping Leo dan kembali memikirkan mimpi yang baru saja dia alami tadi. Dia masih mengingatnya dengan sangat jelas, Do Yoon yang tersenyum begitu manis padanya, mengucapkan selamat tinggal dengan senyuman yang sudah sangat lama tak Jeonghan lihat.

"Itukah salam perpisahan mu Jang Do Yoon. Hanya tersenyum lalu meninggalkanku begitu saja? Kau bahkan tidak memelukku" Jeonghan sangat ingin menangis, tapi dia kembali ingat dengan ucapan ummanya kalau saat ini Seungcheol pasti sedang menunggunya.

"Leo ya, irreona" Jeonghan menepuk pipi itu pelan dan dia bisa melihat langsung kedua mata adiknya yang terbuka, ia beruntung Leo bukan termasuk orang yang sulit dibangunkan.

"Ne hyung?"

"Ganti pakaian mu, kita harus ke rumah sakit. Do Yoon hyung meninggal, kita akan menemani Seungcheol hyung disana"

"Nde hyung"

Jeonghan menaiki mobilnya dengan cepat menuju rumah sakit tempat Do Yoon di semayam kan. Seperti perkiraan Jeonghan, sudah ada begitu banyak wartawan yang menunggu disana. Jeonghan menyuruh ummanya berjalan terlebih dahulu, ia bersiap berjalan di belakang Leo.

Ketika ia memasuki tempat itu, ia hanya melihat Seungcheol berdiri sendirian menerima para tamu sedangkan keluarga Do Yoon berada di sebelah kiri. Wajah itu begitu datar, Seungcheol bahkan tak menangis, dia seperti robot.

Ummanya dan Leo mendekati keluarga Do yoon sedangkan Jeonghan mendekati Seungcheol dan berdiri di samping sahabatnya itu, ia menaruh tangannya di bahu Seungcheol hingga ia kini menatapnya.

"Jeonghan ah. Kau datang"

"Tentu aku datang. Gwenchana?"

"Aku mati rasa. Ini seperti mimpi Jeonghan ah"

That PromiseWhere stories live. Discover now