Suasana kamar itu sangat gelap, terlihat begitu kelam dan tak berpenghuni. Namun kenyataannya adalah ada seorang namja yang hanya menggulung dirinya diatas tepat tidur. Itu adalah Yoon Jeonghan. Dia yang biasanya sangat memperdulikan penampilannya, kini tak lagi memperhatikan penampilannya.
Wajahnya sudah begitu sembab, matanya memerah dan benar-benar terlihat buruk. Dia bahkan tak keluar dari kamar dan mengunci pintu kamarnya, mengabaikan semua orang yang membujuknya untuk keluar termasuk Sehun. Dia tidak ingin menghadapi orang-orang itu, dia tidak ingin menjawab pertanyaan apapun dan melihat wajah-wajah yang mengkhawatirkannya. Jeonghan hanya ingin sendiri, di dalam dunianya yang kelam.
Setiap kejadian yang ia lihat, masih terus berputar di kepalanya bahkan setiap gerakan yang keduanya lakukan. Dia tidak pernah ingin mendengarkan penjelasan Sehun yang memang selalu datang mengunjunginya setiap hari, berusaha membujuknya tapi dia tetaplah Jeonghan uang keras kepala. Bahkan suara tangis Leo tak mampu membuatnya beranjak untuk membuka pintu itu.
"Jeonghan ah, bukalah pintumu sayang. Tak ada lagi orang disini, hanya Umma dan Leo. Bukalah, Leo terus menangis dan Umma takut dia sakit. Umma takut kau juga sakit sayang"
Jeonghan menginjakkan kakinya ke lantai, dengan perlahan ia membuka pintu kamarnya dan mendapati ummanya serta Leo yang berdiri dihadapannya dengan tatapan sedihnya.
"Hyung hiks...hiks...hiks...."
"Kenapa? Hyung disini sekarang, jangan menangis" Jeonghan meraih Leo dan menggendong adiknya itu dengan sangat erat.
"Mandilah dulu bersama Leo, akan Umma buatkan makanan untukmu dan menyuruh ahjumma membersihkan kamarmu"
"Gomawo Umma" tangan hangat itu menyentuh pipi Jeonghan dan mengelusnya pelan.
Jeonghan memasukkan tubuhnya dan Leo kedalam bathtub yang sudah terisi dengan air hangat serta sabun, ia memperhatikan bagaimana Leo bermain dengan bubble itu. Ia menyadari jika pipi chubby itu menghilang, Leo pasti menolak makan dan meminum susunya karena biasanya Jeonghan yang mengurus itu semua.
"Hyung. Hyung marah pada Leo?"
"Aniy, hyung tidak marah pada Leo"
"Tapi hyung tidak keluar dan bermain dengan Leo"
"Hyung hanya tertidur sayang, tapi setelah ini hyung janji akan bermain dengan Leo terus"
"Leo sayang hyung" air mata yang ia fikir tidak akan keluar karena ia menangis terlalu banyak sebelumnya kini justru keluar lagi hanya dengan ucapan singkat namja cilik itu.
"Hyung juga sayang Leo. Sekarang selesaikan mandinya dan kita makan, Umma pasti menunggu"
Jeonghan segera menyelesaikan mandianya dan keluar dengan menggunakan bathrobe nya.
"Ahjumma, bisa bantu aku memakaikan baju untuk Leo?"
"Tentu saja tuan"
"Sekarang Leo ganti baju dengan Lee ahjumma, nanti kita turun ke bawah bersama"
"Ne hyung"
Jeonghan duduk di tempat tidurnya setelah mengganti seluruh pakaiannya lalu meraih ponsel yang sejak beberapa hari lalu ia matikan, ada begitu banyak pesan serta telpon tak terjawab dari seluruh temannya tapi Sehun yang lebih mendominasi. Namja itu seperti tidak mengetahui apapun yang terjadi, Sehun terus bertanya mengapa Jeonghan bersikap seperti itu dan mengabaikannya.
Jeonghan juga melihat anggotanya yang terus mengingatkannya mengenai pertandingan utama lusa. Jeonghan bahkan hampir melupakan kalau dia masih memiliki pertandingan hidup dan mati dengan Bobby.
YOU ARE READING
That Promise
FanfictionCinta adalah sebuah misteri dimana kau tidak akan tahu, kapan ia datang? Kepada siapa cinta itu akan jatuh? Just a simple Story about Love