1. Gua Iblis

8.5K 134 2
                                    

Halilintar memecah di langit yang berwarna kelam abu-abu dan menghantam bumi!

Getaran bunyi halilintar yang mengelegar-gelegar dahsyat bergentayangan di celah-celah lembah gunung lama sekali hilangnya.

Kilatan cahaya yang datangnya hanya sekilas, menerangi tiga macam barang yang membuat orang miris, di atas bukit tunggal yang menyerupai kepala botak dewa Lohan. Golok panjang yang putus, Pedang yang patah, Busur panah yang cacad.

Golok panjang yang putus, hanya menyisakan bagian kira-kira dua cun dari ujung goloknya, tetapi di atas puncak menusuk tanah batu yang kerasnya bagaikan emas dan besi di atas, ekor pitanya berwarna merah darah mencolok berkibar di terpa angin, gagang golok tersebut berbeda dengan yang lain, besarnya sama dengan jari tangan anak-anak, kelihatan terbuat dari bahan yang empuk, sekarang berdiri dengan tegak.

Pedang yang patah, tergeletak di tempat tidak jauh dari golok panjang yang putus, ujung pedang yang telah patah setengah, entah dimana bagian patahannya? Dalam kilatan halilintar, gagang pedang itu mengeluarkan cahaya ke sekeliling tempat itu, sekali pandang sudah dapat diketahui gagang pedang itu telah tertanam banyak batu perhiasan.

Busur panah yang cacad, tergantung di pinggir tebing tidak jauh dari golok putus, pedang patah, sepertinya hampir jatuh ke bawah jurang, sebetulnya, sebagian busurnya sudah terbenam di celah batu, kokoh tidak dapat dicabut lagi, punggung busurnya terbuat dari giok putih, tali busurnya sudah hilang, sehingga disebut busur panah yang cacad.

Kilat dan halilintar sudah berlalu, dari jurang yang sangat dalam timbul angin yang sangat dingin, dan mendadak suara rintik-rintik hujan turun dari langit yang lusuh!

Apakah langit turut bersedih atas sisa pertarungan di puncak bukit tunggal ini?
meneteskan air mata kasihan pada golok panjang yang putus, pedang yang patah dan busur panah yang cacad.

Apa betul? Atau bukan?

ooo0ooo

Kilatan halilintar bagaikan pelangi, amarah geledek masih bergetar! Lembah iblis yang gelap gulita terletak di daerah Ban-li-san (Pegunungan sepuluh ribu) di Gui-lin selatan.

Begitu kilat halilintar berkelebat, sisa cahaya yang merah menyala terang, membuat lembah iblis terang benderang sekilas dan lembah yang sejak ribuan tahun, siang malam terkunci oleh kegelapan, baru tampak di mata langit.

Tampak dasar lembah berlumut hijau tanpa jalan, tidak terlihat batunya, di sampingnya berdiri bukit-bukit yang menjulang tinggi, kadang ada juga batu-batu yang mencolok keluar, bentuknya seperti binatang raksasa jaman purbakala, dengan mata yang mengerikan memandang ke bawah, membuat orang takut.

Saat kilatan sinar berkelebat, terlihat satu anak kecil sedang meloncat melewati batu yang terletak di atas dasar bukit, yang tingginya puluhan meter.

Anak itu! Loncatannya ringan dan lincah, tidak kalah dari loncatan monyet batu-batu yang bisa meloncat sampai sejauh dua tombak.

Yang lebih aneh lagi, dia turun dari atas bukit tinggi yang banyak jumlahnya, bocah lelaki yang baru berumur sepuluh tahun, bagaimana bisa datang ke tempat itu? Untuk apa dia datang?

Saat kilatan sekali lagi datang di ikuti suara halilintar, geraknya seperti ular emas yang melesat ke bawah lembah, dengan cepat lewat di depan anak itu, biarpun sangat berani, dia terkejut juga atas kejadian itu.

Bocah itu belum minum dan makan sejak kemarin siang, tubuhnya gemetar tersiram air hujan, lapar dan dingin, membuat orang dewasa saja bisa patah semangat, apa lagi bocah cilik ini, dia hampir putus asa.

Dia melihat pemandangan sekeliling tempat, kesunyian dan kegelapan belum memperlihatkan muka asli lembah iblis yang mengerikan, semua menambah ketakutan bocah ini.

Mendadak, kilat dan halilintar datang lagi, membuat hati bocah yang kelaparan ini mendapat pukulan berat. Tetapi... sinar kilat dan suara halilintar ini seperti memberi rangsangan sejenak, membuat jiwa pemberaninya pulih kembali.

Dengan semangat yang pulih, dia berpikir: pepatah mengatakan ayahnya adalah gambaran laki-laki sejati, dia adalah pemimpin dari empat pendekar wahid yang termasyur yang mendapat gelaran "Lui-to (Golok Halilintar), In-kiam (Pedang Awan), Giok-kiong (Busur Kumala) dan Kau-sat (Kail Pembunuh)" Ayahku berjuluk Lui-to-cai-thian (Golok halilintar dilangit)! Adalah seorang ayah yang gagah, mana boleh aku jadi seorang pengecut dan gampang putus asa.

Semangatnya yang teguh seperti membuat suatu keajaiban, begitu bocah itu memikirkan sebutan ayahnya, Lui Kie Lui-to-cai-thian, semangat juangnya langsung bangkit, hilang rasa takut terhadap situasi sekelilingnya yang gelap dan asing, juga melupakan perihnya perut lapar dan gemetaran untuk sementara, mengunakan ilmu meringankan tubuh yang diajarkan ayahnya sejak dia masih kanak-kanak, dia meloncat kebawah, ke jurang iblis.

Ke bawah jurang iblis? Tentu saja, bocah kecil itu tidak tahu dia telah menuju tempat yang salah, dia tidak mengenal jalan, hanya menerjang tempat itu bagaikan orang buta.

Sekali lagi kilat dan halilintar berselingan keluar, hujan lebat tercurah dari langit, sekejap saja bajunya sudah basah semua, detik ini mana mungkin dia menpersoalkan bajunya yang basah? Tetapi terpaan hujan lebat tersebut, membangkitkan rasa dingin dan lapar yang telah dilupakan tadi, dia jadi lebih tersiksa lagi.

Bocah itu terpaksa melanjutkan loncatan yang bagaikan angin melewati batu-batu yang terjal, sebentar saja sudah melesat sejauh sepuluh tombak.

Hujan lebat, batu licin, di tambah lapar, dingin, dan kelelahan, baru saja bocah itu meloncati batu terjal di seberang yang jaraknya satu tombak, mendadak kakinya terpeleset, dalam hatinya berseru, 'Celaka' belum kata-katanya juga diucapkan, tenaga dalamnya seperti terkuras habis, tanpa daya dia jatuh terpelanting menuju bawah jurang yang puluhan tombak dalamnya.

Anak kecil itu putus asa! Dia memejamkan kedua matanya, terasa suara angin yang menderu di pinggir kupingnya, kecepatan turunnya cepat, dalam hatinya dia merasa sedih, dan berkata:

"Ayah, sebetulnya A Bin tidak boleh kabur dari rumah....."

Belum berhenti berpikir, tubuhnya mendadak menimpa benda yang basah, empuk dan sangat kenyal, dia tidak merasa sakit, malah tubuhnya terpental balik ke udara dan jatuh lagi, berulang-ulang hingga empat kali, baru bisa terlentang diatasnya.

Dia terkejut bercampur senang, dengan teliti di rabanya benda yang menahan tubuhnya, dalam hatinya berkata, 'beruntung selamat' ternyata dia selamat oleh lumut hijau yang tebalnya beberapa kaki, yang tumbuh sejak jaman purba kala tidak terkena sinar matahari, lumut itu berubah jadi empuk dan elastis, biarpun ada orang jatuh dari tempat tinggi hingga seratus tombak pun, tidak akan terluka.

Hujan makin deras, di bawah jurang terasa lebih deras lagi, A Bin merangkak bangun di bawah dasar jurang yang gelap, dia meraba-raba dinding jurang yang licin dan basah, dengan lunglai menginjak lumut yang empuk dan basah hingga sepuluh tombak jauhnya.

Mendadak tangannya meraba celah yang kosong, A Bin tidak waspada, keseimbangan tubuhnya tidak terkontrol, dan lumut yang dibawah kaki tidak bisa menahan kakinya, sehingga dia jatuh ke dalam lubang itu, terdengar satu suara "bruk", ternyata dia jatuh ke atas tanah yang keras dan kering.

Hujan yang deras menjadi berhenti karena terhalang lumut, sekarang A Bin merasa lebih leluasa, dia bersandar di tembok lubang itu yang ternyata menyerupai sebuah goa, setelah beristirahat sejenak, dia melihat gelapnya dalam goa hingga tidak kelihatan apa-apa,
pelan-pelan dia teringat kehidupan masa lalunya......

ooo00000ooo

Legenda Golok Halilintar - Lan LiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang