12. Puncak Tiang Langit

3.6K 69 1
                                    

Cia Ma-lek dengan muka lucu berkata:

"Orang tua ini sesudah berkata langsung meninggalkan kita, entah kenapa, begitu lihat dia aku merasa tidak tenang......" dan berkata lagi, "Oh, kau tahu tidak? Nona In telah pergi?"

A Bin sangat terkejut, dia berdiri dan keluar dari pintu kamar, Cia Ma-lek ikut keluar, sambil berkata:

"Adik, orang sudah pergi, kau mau lihat apa?"

A Bin tidak menghiraukan kata-kata Cia Ma-lek, dia menerobos masuk ke kamar Hong-tai, benar saja, kamarnya sudah kosong, dia tercengang beberapa detik, mendadak dia ingat pada satu tempat, dia langsung keluar kamar meninggalkan hotel, berlari menuju ke arah Ban-li-san.

Cia Ma-lek jadi dibuat kalang kabut, segera membereskan rekening hotel sambil berteriak-teriak, cepat mengejar A Bin, A Bin sama sekali tidak menjawab, menggunakan ilmu meringankan tubuhnya dia berlari kencang, meninggalkan Cia Ma-lek jauh-jauh.

Ternyata A Bin ingat kata-kata Gan Cu-kan, dia menduga Hong-tai dan pembantunya pasti ke puncak tiang langit, ingin menyelidiki sendiri apa betul cerita tentang golok putus, pedang patah, busur panah cacad, maka A Bin begitu terpikir langsung berjalan, berbalik lagi ke tempat asal dia datang, menuju Ban-li-san.

Berita kematian ayahnya, kepergian tanpa pamit In Hong-tai dan pekerjaan sadis dari Jian-kin-kau yang berurutan datang, membuat A Bin seperti mimpi dan dalam bayangan tidak menentu dia berlari kencang menuju pegunungan itu, tanpa menghiraukan keadaan disekelilingnya.

Ilmu meringankan tubuh yang digunakan A Bin seperti terbang, tidak sampai tiga jam, dia sudah sampai di kedai arak di Pak-lun, setelah semalaman kelelahan, perutnya sudah merasa lapar, maka dia segera makan, dan membeli makanan ringan, setelah itu dia menuju mulut gunung, dan masuk ke daerah Ban-li-san.

Enam tahun yang lalu, sebelum masuk kepegunungan itu, A Bin telah mempelajari dengan jelas daerah-daerahnya di peta, puncak tiang langit adalah puncak utama di Ban-li-san, mudah dicari, A Bin ingin mendahului Hong-tai tiba di sana, menyelidiki dengan jelas, maka dia tidak banyak istirahat.

Ban-li-san sangat luas, jurangnya sangat dalam mungkin ribuan li, dengan kemahiran ilmu meringankan tubuhnya, A Bin juga harus menghabiskan waktu banyak, hingga sore dia baru menempuh setengah perjalanan.

Hati A Bin sedang membara, ditambah berilmu tinggi, nyalinya besar, tidak takut pada kegelapan, pegunungan makin tinggi, sekeliling gelap dan embun makin tebal, pohon dan tanaman, batu dan bunga seperti diciptakan oleh iblis, berbentuk ingin memangsa manusia. A Bin tidak gentar, dia masih dengan cepat melompat menuju puncak tiang langit.

Tengah malam dipegunungan, jarang ada jejak manusia, perasaan A Bin seperti berada dalam neraka, otak terasa bimbang, pemandangan ditambah embun semakin remang, timbul bermacam-macam pertanyaan yang susah dipecahkan.

Dia ingat pada ayahnya, dia tidak percaya sebagai pesilat tangguh ayahnya bisa terbunuh, apa telah terkena tipu orang? Musuh yang mana? Apa betul kata-kata Gan Cu-kan, mereka bertiga Lui-to, In-kiam dan Giok-kiong saling membunuh? Makin dipikir dia makin tidak mengerti, persahabatan ayah dengan dua temannya itu biarpun bukan teman sehidup semati, tidak mungkin terjadi saling membunuh, bila itu terjadi, berarti ada sesuatu, apa ada dendam yang sangat besar atau terjadi kesalah pahaman?

Memikirkan sampai disini, otaknya terbayang muka sadis dan licik Kau Bun-kek, hati dia terasa menggigil, 'Celaka!' pikirnya dalam hati A Bin, apa betul jagoan licik ini yang mengadu domba?

Bolak-balik berpikir, A Bin makin percaya ucapan Gan Cukan yang memperolehkan desas-desus tentang ayahnya, In-kiam dan Giok-kiong telah terbunuh, semangat A Bin langsung ambruk.

Legenda Golok Halilintar - Lan LiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang