3. Benda Putih Sebagai Makanan

4.4K 76 1
                                    

Waktu cepat berlalu, setelah melewati waktu yang lama, dalam gua yang dingin tidak ada siang dan malam, tidak bisa membedakan hari, tapi perkiraan A Bin sudah ada beberapa bulan lamanya.

Kebanyakan waktu itu, A Bin berada dalam keadaan setengah pingsan, hanya pada waktu dipijat oleh Tiong Ki-cu baru sadar, walaupun masih ada rasa sakit karena dingin dan darah mengalir terbalik, tetapi makin hari terasa makin ringan, jalan darah tubuhnya pun sudah mulai menyesuaikan perobahan yang berlawanan dengan biologi manusia umumnya, yang dibuat oleh aliran ilmu sesat, tapi ada sesuatu hal yang aneh terjadi dalam jangka waktu panjang,

A Bin tidak pernah makan dan minum sedikitpun, tapi tidak terasa lapar.

Pada suatu hari, A Bin terbangun dari tidurnya, Tiong Ki-cu mendadak berkata:

"Langkah pertama ilmu ini telah selesai dengan sempurna, sebentar lagi, aku akan menggunakan ilmu rahasia dari aliran Tok-wan-tay-hoat (Cara cepat mencapai hasil), memberikan tenaga intisari dari hasil latihanku selama seratus tahun Han-kie-sin-kang (Tenaga inti hawa dingin) membantu tenaga dalammu, beberapa hari kemudian kau harus mengikuti petunjuk yang aku ajarkan, untuk mengendalikan cara nafas, setengah tahun kemudian tibalah waktu latihan tenaga dalam, tenaga luar dan ilmu silat lain!"

Mendengar kata-kata Tiong Ki-cu, dua adiknya merasa terkejut, bersamaan mereka berkata:

"Toako, jangan menggunakan cara itu! Bila kau menggunakan ilmu Tok-wan-tay-hoat dan memberikan tenaga mumi yang kau latih selama seratus tahun kepada anak ini, hawa murnimu akan terkuras sekitar delapan puluh hingga sembilan puluh persen, nanti bukan saja umurmu akan berkurang, pun selama sisa hidup harus terkurung dalam gua ini, tidak bisa keluar gua, dan karena tidak melihat matahari, kau akan mati!"

Mendengar kata-kata kedua orang tua itu, A Bin merasa tidak nyaman, dari matanya terlihat maksud menolak dan gelisah.

Tetapi Tiong Ki-cu dengan tegas dan hikmat berkata: "Putusanku sudah bulat, kalian jangan menghalangi, kita bertiga sudah tahu bahwa kita tidak ada harapan lagi mencapai hasil mendapat buah emas murni dalam ilmu silat, maka tidak boleh sayang lagi pada simpanan lama. Bila ilmu sesatku telah diturunkan pada anak ini, dan dipakai untuk berbuat amal pada masyarakat luas, bukankah lebih bagus, daripada ikut kita masuk ke liang kubur!"
selanjutnya dia berkata pada A Bin, "bocah, kau harus mendengarkan pesan, bila tidak, aku bisa terluka, kau pun tidak mendapat keuntungan, bukankah pengorbananku menjadi sia-sia!"

Selanjutnya dia mendudukan A Bin dengan sikap bersila, mengajarkan cara melihat ke dalam tubuh, mata memandang hidung, hidung memandang jantung, dari pikiran ruwet masuk dalam keheningan, menghilangkan ribuan pikiran yang bersimpang siur.

A Bin tidak bisa menolak, terpaksa menerima seluruhnya, agar tidak menjadi sia-sia pengorbanan Tiong Ki-cu, dia menuruti perintah itu, tidak lama dia sudah mencapai taraf manusia dan langit bersatu, pikirannya menjadi jernih sekali.

Tiong Ki-cu sangat senang, dalam hati dia memuji kecerdasannya, ilmu mengendalikan dirinya sangat kuat, kali ini dia pasti berhasil menyalurkan tenaga intinya, maka dia menjulurkan kedua tangannya, ke atas dan ke bawah menotok pusat nadi A Bin, diatas kepala "Sin-teng-hiat" dan di perut "Tiong-ki-hiat"

Menghadapi situasi tegang ini Tiong Ki-cu masih tenang, tapi kedua orang tua yang disampingnya Yu-siau-yau-cu dan Co-siau-yau-cu, malah sangat tegang sekali.

Tiong Ki-cu memusatkan tenaga murninya yang didapat dari latihan ilmu "Han-kie-sin-kang" selama seratus dua puluh tahun, dirobah menjadi setitik aliran udara yang halus, keluar dari kedua jarinya menuju aliran jalan darahnya.

Dan seperti menahan berat ribuan kilo, Tiong Ki-cu tampak sangat lelah, tetapi dia tetap harus bertahan untuk menghindari kegagalan total.

Rambut putih yang panjangnya empat lima inci, bergoyang tanpa angin, bertebaran diatas batu berukiran awan, dan rambutnya yang mengkilat bagaikan perak, mulai layu dan kusam abu-abu dari ujung hingga setengah, angin ringan berlalu, setengah rambutnya yang abu-abu itu, berterbangan jatuh.

Legenda Golok Halilintar - Lan LiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang