14. Antara Cinta dan Dendam

3.9K 76 1
                                    

A Bin bersembunyi di balik batu besar puncak gunung itu, dengan sabar menunggu orang yang datang, begitu melihat muka orang itu, A Bin terkejut bukan main.

Ternyata orang itu bukan Hong-tai, tetapi cucu Gin-hoat-lo-jin Wie Tiong-hoo, Siau-cian.

Begitu Siau-cian sampai dipuncak gunung, dengan gerakan cepat mengambil Giok-kiong Sambil menangis berkata:

"Ayah! Ayah! Kau dimana? Kemana kau pergi? Apa betul jagoan seperti ayah bisa mati konyol diatas puncak ini, kenapa tulang ayah tidak ada disini?"

Suara Siau-cian sangat sedih seperti burung To-koan menangis sambil memuntahkan darahnya, suara itu bikin orang turut sedih juga, dan A Bin teringat juga nasib ayah sendiri, sehingga tidak kuasa menahan linangan air mata.

Sambil menangis Siau-cian memperhatikan disekeliling tubuhnya juga tergeletak golok putus, pedang patah, melihat kedua barang itu, Siau-cian dengan gemas berkata:

"Betul, mereka mati karena saling bunuh! Aku akan cari turunan mereka, hutang ayahnya dibayar oleh anak, aku akan minta bayaran pada mereka dengan darah mereka!"

A Bin merasa merinding juga bulu kuduk sendiri, mendengarkan kata-kata sadis yang diucapkan seorang gadis belia dan lemah lembut yang baru berusia lima belas tahun. A Bin berkata dalam hati, 'Soal ini sangat ruwet, salah paham tiga keluarga bisa menimbulkan bencana balas dendam turun temurun, entah kapan bisa selesai, aku harus cepat mencari keterangan, kenapa mereka saling bunuh?'

Selang tidak lama, emosi Siau-cian tidak sekeras dibandingkan waktu datang dan berobah menjadi tangis kecil, mulutnya juga entah berkata apa, tidak jelas lagi didengar A Bin.

A Bin berpikir beberapa kali, dia memutuskan untuk tidak keluar dari tempat bersembunyi. Dan teringat kata Kiau-ji yang terus diucapkan oleh orang tua gila itu sebetulnya siapa? A Bin sudah dapat memastikan bahwa orang tua gila itu adalah salah satu dari In-kiam atau Giok-kiong, dan Siau-cian dengan Hong-tai adalah anak dari salah satu mereka, tetapi anak mereka berdua tidak ada yang namanya Kiau-ji, jadi siapa Kiau-ji?

A Bin sedang sibuk memecahkan teka teki itu, dari bawah gunung telah memanjat lagi seseorang kepuncak gunung, begitu tiba diatas, kedua orang saling pandang dan bersamaan berkata dengan nada terkejut:

"Kau......"

A Bin dengan jelas melihat orang yang baru datang itu adalah Hong-tai yang susah dilupakan olehnya, dan dari muka Hong-tai yang kurus kelihatan sedang menanggung tekanan batin.

Hong-tai masih berpakaian laki-laki, rambut panjangnya berantakan, dan tidak bisa lagi menutupi penyamaran, tampak jelas tubuh seorang gadis, Siau-cian begitu melihat Hong-tai, timbul perasaan tidak menentu.

Hong-tai sekali lagi melihat Siau-cian dengan dingin, dan melirik ketangan Siau-cian yang memegang busur rusak itu, dan segera melirik ketanah melihat sesuatu dan meloncat dengan gesit kepinggir tempat yang terletak pedang patah, sambil memegang benda itu, menangis dengan sedih dan berseru:

"Ayah!"

Siau-cian dalam keadaan sedih, terharu juga melihat kesedihan Hong-tai, sementara melupakan rasa permusuhan, turut juga menemani Hong-tai menangis.

Setelah beberapa detik, Hong-tai berhenti menangis, dengan mata melotot, berkata dengan menantang:

"Kau pasti anak gadis dari Giok-kiong, mereka bertiga mati saling bunuh, ayahmu pasti ikut bagian, jadi kau adalah musuh aku, aku mesti membunuhmu!"

Kata-kata Hong-tai itu memancing emosi Siau-cian yang tadi bersumpah penuh bau darah, sambil menggigit gigi juga bersuara keras menjawab:

"Biar kau adalah anak gadis In-kiam, berarti musuh aku, hutang dari ayah anak yang bayar, kau cepat serahkan nyawa!" mereka langsung memulai perkelahian.

Legenda Golok Halilintar - Lan LiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang