15. Hweesio Palsu

3.8K 73 0
                                    

Waktu lewat tengah hari, di bawah puncak Siauw-su mendadak telah datang serombongan orang orang persilatan yang sedang berjalan diantara pohon-pohon cemara yang lebat, baju mereka bermacam-macam corak.

Rombongan ini adalah mereka yang pernah bertemu di biara Cu-sia, yang sekarang mendapat undangan untuk rapat dibiara Siauw-lim.

Rombongan sepuluh orang itu, termasuk murid pertama aliran Go-bi-pay, Yang-ciang (Telapak Yang) Tee Wie dan Ciang-hohiap (Pendekar Sungai Ciang), Liu Ta-ang, keduanya paling menarik dan dihormati oleh yang lain, dan mereka berdua juga pantas dianggap pemimpin, hingga tindakan dan ucapannya juga sangat hati-hati.

Pendekar Tee dan Liu dua orang itu belum pernah ikut dalam pertemuan di biara Cu-sia. Mereka datang atas undangan Tee Wie mewakili kelompok partai Go-bi karena ketua partainya tidak bisa datang, Liu Ta-ang adalah pendekar tersohor di daerah sungai Ciang, kali ini mereka diundang karena munculnya Jian-kin-kau yang mengancam dengan provokasi kepada semua perguruan silat.

Rombongan itu dengan hormat mendengarkan pembicaraan kedua orang itu, mereka berdua karena belum melihat sendiri kejadian di biara Cu-sia, dan hanya mendengar desas-desus dari luar, mereka merasa berita itu terlalu dibesar-besarkan, mereka menganggap remeh kekuatan Jian-kin-kau, malah mengomentari jago-jago silat yang mengundang mereka terlalu membesar-besarkan soal yang sepele.

Yang-ciang Tee Wie menganggap dirombongan ini hanya Liu Ta-ang yang pantas namanya disejajarkan dengan namanya sebagai murid pertama dari partai ternama, dan pandangan mereka pun sama terhadap pertemuan kali ini, mereka bicara sangat akrab sepanjang perjalanan. Dan saat itu puncak Siauw-su telah kelihatan, Tee Wie dengan mengangkat telunjuk ke arah puncak itu berkata:

"Biara Siauw-lim telah mempunyai reputasi sohor hampir seratus tahun, tetapi menurut pendapatku, partai ini dalam beberapa tahun kebelakang menuju pada keadaan mengkhawatirkan, beberapa pimpinannya sudah kurang berwibawa dan kurang berjiwa besar, lihat saja undangan kali ini, untuk menghadapi Jian-kin-kau yang belum ternama, sudah merepotkan semua para pendekar di dunia persilatan, berarti mereka tidak sanggup menghadapi kejadian yang mendadak, boleh dikatakan keterlaluan...."

Ciang-hohiap Liu Ta-ang, umurnya lebih tua dan telah banyak makan asam garam didunia persilatan, dia takut perkataan pendekar Tee yang berlebihan, terdengar oleh pendekar lain dari rombongan yang punya hubungan dekat dengan partai Siauw-lim, dan dikemudian hari dia sendiri akan terlibat dalam kesalah pahaman, sehingga dia segera berkata:

"Pendapat pendekar Tee membuat kita tambah wawasan, tahun-tahun belakang ini, partai-partai besar ada yang maju ada yang diam ditempat, partai anda jauh di propinsi Suchuan, tetapi namanya sudah tersohor hingga ditepi Tiang-kang, wibawa kian hari kian naik, bukan saja partai tuan Ouyang dihormati oleh kalangan dunia persilatan, juga nama Yang-ciang Tee Wie begitu diucapkan semua orang juga akan kagum.

Liu Ta-ang sudah berpengalaman, kata-katanya moderat, tidak mengkritik partai lain, hanya memuji nama partai Go-bi, Yang-ciang Tee Wie masih muda dan gila nama, disanjung begitu oleh Liu Ta-ang membuat seperti mabuk dan menjawab dengan hormat:

"Jangan berkata begitu, Ciang-hohiap Liu Ta-ang, barulah dapat dikatakan petinggi silat didunia persilatan yang dihormati orang....."

Kedua orang itu saling sanjung, ada pula orang-orang dipinggir yang ikut melambungkan nama mereka berdua, membuat mereka makin sombong seperti sudah tidak ada tandingan lagi didunia.

Rombongan ini sudah mendekati jalan gunung yang menuju puncak, didepan mata terhalang oleh sebuah batu gunung yang besar, dan terdengar suara O-mi-to-hud beberapa kali, juga dua orang hweesio yang memakai jubah merah.

Yang-ciang Tee Wie dan Liu Ta-ang dijalanan berupaya mencemoohkan biara Siauw-lim yang makin redup namanya, dan hweesio-hweesionya yang makin tidak berilmu tinggi, tetapi begitu berhadapan dengan murid-murid dari biara yang tersohor didunia, dari lubuk hati mereka juga timbul rasa segan terhadap dua hweesio yang baru muncul.

Legenda Golok Halilintar - Lan LiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang