Trevin adalah orang yang pertama kali bangun hari itu. Dia duduk di sofa, memijit kepalanya agar rasa sakitnya bisa berkurang. Melihat sekeliling, pijatan di kepalanya makin kuat. Berdiri dan menuju bar, dia menuang air putih dari dalam lemari es. Matanya melihat ke arah jam dinding. Demi apapun, ini jam satu siang!
Mendesah, dia berjalan menuju pintu. Hanya meninggalkan pakaian dalam di tubuh, dia menceburkan dirinya ke dalam kolam renang. Tak peduli kolam itu kotor karena acara semalam, Trevin merentangkan tangannya. Mendayung dengan kakinya untuk mancapai seberang. Kakinya mendendang dinding sebagai tolakan untuk kembali ke titik awal, lalu mendendang lagi untuk melakukan putaran ketiga. Setelah mencapai ujung dan merasa dadanya sesak, dia mengangkat kepalanya.
Saat dia menoleh ke belakang, Dallas berdiri di bingkai pintu dengan gelas di tangannya. Trevin melambaikan tangan.
"Sampaikan salam pada Jed, aku harus pergi sekarang!" serunya.
"Katakan sendiri."
"He locked himself!" Dallas menjawab.
"See you," ujar Trevin kemudian, sebelum dia kembali masuk ke dalam air.
Trevin melakukan tiga kali bolak-balik lagi. Setelah itu, dia mengangkat tubuhnya naik dan duduk di pinggir kolam. Sambil mengatur nafasnya yang masih tersengal, dia menyisir rambut basahnya dengan jari. Pandangannya dia arahkan ke langit yang mendung. Pantas saja jam satu siang terasa seperti jam delapan.
"Oh, what a sexy back!" komentar suara di belakang Trevin.
"Hai, Jed. Dallas harus pergi dan dia berterima kasih."
Jed duduk di bangku santai dan menyandarkan punggungnya. Trevin melihat Jed. Laki-laki itu sudah rapi. Bersih, segar dan berpakaian.
"Darimana kau dapat baju baru?"
"Kiev mengantarnya tadi pagi."
"Meh, ain't fair!"
"The party is over. Aku juga harus pergi." kata Jed.
"Secepat ini, huh? Let's grab lunch first." Trevin menunggu jawaban Jed.
"Get your clothes on then."
Mereka duduk di resto hotel dengan makan siang penuh karbohidrat. Terutama Trevin yang mengambil banyak pilihan dish untuk dinikmati. Suasana resto ramai, namun tak berisik. Pengunjung masih bisa mendengar lantunan pelan musik jazz yang diputar pelan.
"Kapan kau akan ke Kindaren? Kau bisa pergi bersama rombongan."
"Rombongan?" Trevin mencelupkan udang bakar ke saos. "Siapa itu?"
"Orang tuaku, Thomas dan yang lainnya, yang bersedia hadir."
"Nope,"
"Apa maksudmu?"
"I am gonna drive my car!" Trevin mengangkat alis. "Aku akan menikmati cuti dengan berkendara."
Jed mengambil air putih dan meneguknya. "Kau mau membawa mobil sampai Kindaren?"
"Rencananya begitu. Aku akan berhenti di beberapa tempat. Badras mungkin akan jadi tujuanku sebelum Kindaren."
"Badras? Kota itu kecil, Man!"
"Kecil tapi indah. Sama seperti Kindaren. Badras eksotik, Jed. Dua atau tiga hari di sana akan menyenangkan."
"Kau yakin, Trevin?"
"Jalanan akan membuatmu tangguh dan sabar." Trevin tertawa. "Untuk itulah ini semua."
"Bullshit!" umpat Jed yang sudah selesai dengan makanannnya. "Kau serius?"
KAMU SEDANG MEMBACA
On The Way To The Wedding
Fiksi UmumSIDE STORY DARI LOVE OR DIE Manusia boleh punya rencana. Pada akhirnya, ketentuan bukan milik kita. This work is a fiction. The names, locations and incidents are fictitious. Any similarities are entirely unintentional. Cover: credit on tumblr