Nades akhirnya bisa kembali ke kamarnya setelah membantu Ata dengan segala kebutuhan resepsi pernikahannya malam ini. Semuanya sudah final, Ata hanya tinggal di make up dan menunggu waktu.
Nades duduk di ujung tempat tidur, membuka tas dan membereskan barang-barangnya. Dia juga tinggal menunggu waktu untuk pulang. Sudah selesai semua urusannya. Dia mengusap wajahnya, teringat Trevin. Lelaki itu sudah tak ada saat dia bangun tadi pagi. Bodohnya dia mengaku menyukai Trevin, padahal lelaki itu sangat membencinya. Mungkin, Trevin mengutuk pertemuan mereka di koridor hotel waktu itu. Mana mungkin Trevin menerimanya. Ya, Nades sadar kalau Trevin benar. Dia orang bodoh.
Suara ketukan pintu membuat Nades menoleh. Tanpa menunggu dibukakan, handel pintu ditarik ke bawah dan pintu terbuka. Ata masuk dengan kotak di tangannya. Dia meletakkannya di sebelah koper Nades.
"Dari Trevin!" katanya sambil tersenyum.
"Trevin?" ulang Nades.
Ata mengangguk.
Nades membuka penutupnya, lalu menarik kertas tipis di dalamnya. Tanpa membawanya keluarpun Nades tahu Trevin mengiriminya sebuah gaun pesta. Gaun berwarna oranye muda dengan aksen berupa deretan kancing kecil di dadanya.
"Dia pasti ingin melihatmu dengan dress ini nanti malam,"
Nades menelan ludah. Kenapa Trevin melakukan ini? Kenapa?
"Nades?"
"Umh-" Nades menutupnya kembali. "Maaf, tapi apa aku boleh pinjam ponselmu?"
"Tentu saja!" seru Ata seraya mengambil ponsel dari saku celananya. "Oke, istirahat. Sampai nanti malam,"
Setelah Ata keluar, Nades segera menekan deretan nomor yang sudah dihafalnya. Pada nada panggilan terakhir, terdengar suara malas di ujung sana.
"Marsa, ini Nades! Aku butuh bantuanmu."
Resepsi pernikahan Ata dan Jed dilakukan di halaman gedung di pinggir tebing. Dekorasi rustic yang dipilih Ata memang sesuai dengan mereka berdua. Tatanan lampu dan dekorasi floral dipadu unsur kayu dan akar tanaman yang diatur sedemikian rupa membuat penampakan gedung ini berubah drastis. Rumputnya dipenuhi kelopak bunga segar serta dedaunan berwarna keemasan yang kontras dengan hijaunya rumput. Deretan kursi yang dibalut kain putih terisi penuh dengan tamu undangan keduanya. Langit sudah berubah jingga saat keduanya berciuman di depan sana, tanda mereka sudah sah menjadi suami istri.
Ata mengangkat cincin yang melingkar indah di jari manisnya, dan adalah Dr. Theon yang pertama kali dipeluknya. Nades tersenyum, ikut merasakan bahagia Ata. Dia tahu bagaimana Dr. Theon menyelamatkannya dulu. Wanita itu menceritakan kisah mereka sebelum akhirnya Dr. Theon yang memilih cincin untuk menantunya itu.
Ata mengenakan wedding dress yang jatuh pas sampai mata kakinya. Berpotongan simpel namun begitu memukau, seperti ada mantra di baliknya. Rambutnya dibiarkan jatuh tergerai, namun diberi pita pada salah satu sisinya. Jed tak kalah menawan dengan jas berwarna hitam murni dari atas hingga sepatunya. Jed tetaplah Jed yang tampan dan berkharisma. Tak ada kekurangan dari pria itu malam ini. Rambutnya rapi tersisir dan senyumnya, kau tak bisa tak iri pada Ata saat melihat senyum Jed malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
On The Way To The Wedding
قصص عامةSIDE STORY DARI LOVE OR DIE Manusia boleh punya rencana. Pada akhirnya, ketentuan bukan milik kita. This work is a fiction. The names, locations and incidents are fictitious. Any similarities are entirely unintentional. Cover: credit on tumblr