#11 Stop

1.6K 230 26
                                    

Trevin tak bisa menemukan lokasi penembaknya. Dia masih meraba, sedang peluru menghujani orang-orang di sini. Mobil-mobil mulai menyala dan meninggalkan lokasi parade.

"Cari tempat berlindung!" seru Trevin sekuat tenaganya. "Bawa anak-anak berlindung!" dia berlari mengitari mobil-mobil, masih dengan tatapan ke atap gedung.

"LARI!!!" serunya. "Cari tempat aman!"

Nades, kau dimana?

Tangan Trevin menarik seorang anak untuk dia berikan pada ibunya yang sudah masuk ke dalam mobil. Rengekannya membuat hati Trevin mengerut. Dia menyebabkan hal ini lagi. Dia membuat kekacauan yang bisa dia urus sebenarnya. Dia tak seharusnya menjatuhkan korban. Trevin termangu dengan pistol di tangannya. Pikirannya kembali kosong.

Untuk apa pistol ini jika dia malah memicu serangan ini? Dia hanya perlu ke Sharpos, melaporkan bukti dan selesai! Lalu, apa yang membuatnya begitu bodoh membuang-buang waktu? Apa yang membuatnya begitu lama dan menyebabkan kejahatan malam ini?
Saat semua orang merayakan festival mengingat pahlawan mereka.
Apakah dia tak akan pernah siap?

Apa yang kau lakukan, Trevin? Dimana otakmu?

Tubuh Trevin ditarik sebuah tangan, tepat saat sebuah peluru menggores lengannya. Hal yang membuatnya kembali pada kesadaran betapa hecticnya keadaan di sekitar Trevin.

"Kau tertembak!" seru suara wanita itu.

Dia mengangkat tangan Trevin dan menatap mata lelaki itu. Namun, mereka tak punya waktu. Cepat dia mengeluarkan sapu tangan dan meletakkannya di bekas tembakan Trevin.

"Di sana!" tunjuknya pada sebuah mobil truk yang sudah hidup. "Dia akan membawa kita keluar dari sini!"

"Nades, aku membencimu!" kata Trevin.

Nades mengabaikan ujaran Trevin barusan dan menarik tangan pria itu. Dia menarik jempol Trevin kuat-kuat untuk dia bawa dari sana. Ada truk yang sudah menunggu mereka untuk kabur dari parade berdarah ini.

Trevin menoleh ke belakang, menarik jempolnya. Dia bisa memetakan lokasi penembaknya. Cepat dia pompa pistol dan mengarahkannya. Dua tembakan Trevin lepaskan untuk membuat serangan membabi buta itu berhenti. Trevin bisa melihat beberapa orang yang mengaduh kesakitan. Ringisan, rengekan, teriakan terekam jelas dalam pikirannya. Dia melihat ke atas lagi, satu sinar merah lagi.

Trevin tak akan melepaskan ini. Dengan tangan begetar dan kucuran darah, dia mengunci targetnya. Satu tembakan Trevin yang dibalas dua rentetan tak tentu arah. Dia mengenainya.

Ada berapa banyak orang yang mereka tempatkan di atas sana?

"Lari!" teriak Trevin. "Masuk ke mobil!" serunya kuat-kuat hingga tenggorokannya sakit.

"TREVIN!"

Trevin menoleh dan menemukan Nades sudah berdiri di belakang bak truk. "Cepat!" tangan Nades terulur.

Apa yang kau lakukan padaku, Nades?

Trevin menggerakkan kakinya untuk berlari mengejar truk yang sudah berjalan itu. Nades masih mengulurkan tangannya untuk meraih Trevin yang makin dekat. Namun, tangannya tak disambut Trevin, karena lekaki itu bisa melakukannya sendiri. Dia naik ke belakang truk dan langsung berbaring.

Nades duduk di sebelahnya, memerhatikan Trevin yang kini menormalkan nafasnya dengan mata terpejam. Sapu tangan yang terlilit di lengannya sudah berubah warna menjadi merah. Kaos putih Trevin juga terdapat bekas darahnya.
Suasana masih hiruk-pikuk saat mereka meninggalkan festival dan mobil bisa melaju kencang.

On The Way To The WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang