Trevin mengerjap saat sebuah hantaman mampir di belakang kepalanya. Dia hampir mengumpat kalau saja dia tak sadar sedang dimana dia sekarang.
"Are you with us?" tanya salah seorang badut.
Trevin melihatnya, lalu berdehem. "Aku akan tunggu di sini saja," matanya masih tertuju pada layar kaca.
Badut itu lalu mendecak, "Kau tenang saja, penyerangan semalam tak akan sampai ke sini, Rapolis memang tak aman!"
Nades yang baru menonton TV, tercengang menyaksikan liputan tentang Rapolis yang diteror semalam. Dia berjalan ke dekat Trevin.
"Ini mengerikan!" ujar Nades. "Kukira semua tak akan serumit ini," lirihnya.
"Gara-gara aku!" kata Trevin. "Aku seperti orang bodoh yang tak bisa melakukan apa-apa."
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya badut itu lagi. "Kenakan kostum kalian karena sebentar lagi, kita akan keluar!"
Nades berbalik melihat badut itu lalu tersenyum tipis. "Cepat pakai kostummu, Trevin. Kita tak punya banyak waktu. Kalau kita dapat uang, kita bisa pergi dari sini!"
Trevin mendengus. "Ini idemu. Kau saja yang lakukan!" dia memandang Nades marah.
"Astaga!" seru badut itu. "Lihat, yang lain sudah siap! Apa masalah kalian? Aku sudah menolong kalian, dan kalian bertingkah seperti brengsek!"
"Maaf!" kata Nades cepat. "Trevin, cepat pakai kepala pandanya!" Nades memberikan kepala panda pada Trevin.
Trevin melihat gadis itu. "Dan kau?" dia melihat Nades yang tak mengenakan apa-apa.
"Aku akan keluar tak lama setelah kau, begitu aturannya."
Trevin mendengus marah, dia merapatkan rahangnya kuat, lalu merampas kepala panda. "I am so done with you!"
Seorang badut mendorong tubuh Trevin yang sudah mengenakan kostum panda, membuatnya maju hampir ke depan pintu.
"Pakai sekarang!" perintah suara berat yang berasal dari badut ayam.Fuck adalah kata yang Trevin serukan setelah dia mengenakan kepala panda dan seketika dia merasa pengap. Dia melangkah bersama rombongan untuk berdiri di spot masing-masing. Trevin disuruh berada di depan biang lala, salah satu spot yang paling ramai. Anak-anak suka panda, makanya dia diletakkan di tempat itu.
Trevin mengeluh saat anak-anak mulai mengerubunginya. Memukul-mukul tangan dan kakinya. Lalu, ada yang memeluknya, membuatnya makin jengah. Dia hampir menyepak anak lelaki yang sejak dia berdiri terus-terusan mencubit lengan Trevin, kalau saja tak ada orang tuanya di sana.
Trevin mesti melambaikan tangan dan berjalan ke sana kemari untuk menarik perhatian. Anak-anak ikut mengejar kemana dia pergi.
"Demi Tuhan, kau akan membayar ini, Nades!" geramnya.
Trevin hanya bisa berdiri saat orang tua mulai mengabadikan dirinya dalam kostum badut bersama anak-anak kecil. Lalu, orang tua tak mau kalah. Trevin makin kesal saat beberapa orang tua mengusap kepalanya. Iya, Trevin tahu tidak secara langsung, hanya saja usapan di kepala itu membuat Trevin tidak nyaman. Apa mereka tahu siapa di balik kostum ini?
Suara dari penumpang bianglala di belakang Trevin tak kunjung mencerahkan hatinya. Dia kepanasan, lapar dan marah. Kombinasi yang pas untuk secara sengaja atau tidak menjegal kaki seorang anak, membuatnya jatuh. Dia melihat Trevin marah, lalu memukul perut Trevin kuat.
"Kau jahat!" serunya kasar lalu menendang kaki Trevin berkali-kali.
Trevin mencoba menghindar, yang kemudian membuat anak lelaki itu menggigit lengan Trevin kuat.

KAMU SEDANG MEMBACA
On The Way To The Wedding
General FictionSIDE STORY DARI LOVE OR DIE Manusia boleh punya rencana. Pada akhirnya, ketentuan bukan milik kita. This work is a fiction. The names, locations and incidents are fictitious. Any similarities are entirely unintentional. Cover: credit on tumblr