#20 Stop

1.9K 220 22
                                    

Trevin menghempaskan tubuh ke sebuah kursi dan menegak minumannya. Pesta makin meriah saat malam makin larut. Pasangan pengantin sudah berganti pakaian dengan setelan lebih santai.

Ata mengenakan dress dibawah lutut berwarna pink dan Jed mengenakan setelan berwarna hampir serupa. Mereka duduk bercerita dikelilingi orang terdekat, karena tamu undangan memang dari kalangan keluarga. Trevin bisa melihat Shae dan Theon yang sedang menari di tengah panggung. Seolah lelaki tua itu tak ada lelahnya. Dia baru saja selesai menari dengan Ata dan istrinya.

Thomas juga masih tampak di matanya, mengobrol dengan para wanita di meja dekat panggung. Beberapa dikenalnya juga- teman Jed yang bersedia hadir malam ini. Dia mengusap wajahnya, mengedarkan pandangan ke arah lain, tepatnya pada gedung di samping halaman ini. Dimana semua masalah teknis dikendalikan. Di sana juga Trevin melihat Nades menghilang saat bilang dia ingin membantu Chelsea tadi. Satu jam yang lalu. Apa dia kelelahan mengurusi bagian makanan dan minuman? Hingga kini dia tak kunjung kembali.

Trevin berdiri, mencoba menemukan Chelsea. Kakak perempuan Ata sedang duduk bersama suaminya, di deretan bangku belakang. Dia lalu mendekati mereka.

"Kau lihat Nades?"

Chelsea mendongak, lalu menggeleng, "Bukannya dia bersamamu?"

"Kemana dia pergi setelah membantumu?"

Dahi Chelsea berkerut. "Aku tak tahu, Trey. Kulihat dia berdansa denganmu tadi,"

Trevin menelan ludah. Chelsea sama sekali tidak bersama Nades sejak sejam yang lalu. Mungkin saja Nades mengerjakan banyak hal sendiri, dan sama sekali tak menolong Chelsea. Itu pasti cara Nades menghindari Trevin. Apa dia malu setelah mencium Trevin? Trevin mengusap rambutnya dengan senyum tipis.

"Alright, thank you."

Ada baiknya dia segera masuk ke gedung dan mencari Nades di sana. Keramaian juga terjadi di dalam sini. Ada beberapa orang mengurusi bagian sound dan penataan cahaya. Berbicara lewat handy talkie atau ponsel mereka, memastikan keadaan di luar gedung baik-baik saja. Makin ke belakang, urusan konsumsi mendominasi. Deretan botol anggur, buah-buahan dan makanan ringan disusun rapi di meja, menunggu dibawa pramusaji keluar.

Trevin sempat mencicipi pie buah saat dia tak kunjung menemukan Nades. Sialan! Tampaknya Nades benar-benar sibuk malam ini.

"Ada yang bisa kubantu?"

Trevin menoleh dan seorang wanita berdiri di belakangnya. "Umh-" dia menunjuk tak jelas. "Aku mencari Nades, apa dia di sini?"

"Tak ada yang bernama Nades."

"Dia memang bukan anggotamu, Nyonya. Dia sengaja menolong. Perempuan dengan dress oranye, kau lihat dia?"

Wanita itu menggeleng, lalu berbicara sebentar di handy talkienya. Dia kemudian melihat Trevin lagi. "Aku jamin tak ada yang masuk ke sini selain orang katering,"

Trevin mendengus. Dia mengangguk akhirnya dan keluar dari sana.

"Trevin!" panggil Thomas.

Tapi, Trevin mengabaikannya. Tak ingin bergabung dengan Thomas dan teman-teman wanitanya. Dia berjalan menuju Ata. Dia membungkuk di dekat Ata. "Kau lihat Nades?"

Ata melihat Trevin dengan tatapan yang sulit Trevin artikan. Dia berdiri dan membawa Trevin menjauh dari meja. "Dia pulang, kan?"

"Pulang sendirian? Tapi, tak ada siapa-siapa di rumahmu,"

Dahi Ata berkerut. "Trevin-" Ata menarik nafas. "She is literally going home. Kukira dia sudah pamitan padamu,"

"Ada apa?" sela Jed.

On The Way To The WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang